Brilio.net - Menjangkitnya virus Corona (COVID-19) tak hanya membuat panik sebagian besar masyarakat dunia, tapi juga mengubah kebiasaan, termasuk soal interaksi sosial di masyarakat. Kini banyak orang mulai “kreatif” saat berinteraksi sosial.

Di tengah merebaknya virus Corona, berjabat tangan tak lagi menjadi budaya keakraban. Padahal sejak lama berjabat tangan sangat populer di masyarakat. Tetapi, setelah penyebaran virus Corona, para pakar kesehatan memperingatkan bahwa berjabatan tangan adalah cara utama dalam menyebarkan virus Corona.

Kini banyak pejabat negara yang enggan berjabat tangan satu sama lain. Sebut saja Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer yang menolak berjabat tangan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel saat menghadiri rapat, baru-baru ini. Cara yang dilakukan Seehofer semata-mata untuk mencegah penularan virus Corona.  

Bahkan para pakar kesehatan juga menganjurkan saat ini agar dihindari memberikan ciuman pipi seperti yang kerap dilakukan banyak orang di berbagai negara sebagai simbol cara menyapa yang hangat. Cara ini pula yang disebut-sebut menjadi penyebab banyaknya kasus Corona di Italia.

Maklum, berciuman atau menempelkan pipi saat bertemu kolega menjadi kebiasaan masyarakat Italia. Belakangan diketahui, lebih dari 2.000 orang dinyatakan positif dan 79 orang meninggal, hampir semuanya di utara Italia. Budaya mencium atau bersentuhan pipi diklaim berkontribusi terhadap penyebaran virus.

Sementara di Negara tetangga Italia, Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran belum lama ini menyarankan warganya untuk mengurangi “la bise” kebiasaan di Prancis dan tempat lain di Eropa ketika memberikan salam dengan ciuman saat berjabat tangan.

Salam Siku Corona © 2020 brilio.net Gubernur Connecticut Ned Lamont (kiri) dan Ahli Bedah Umum AS Jerome Adams menyontohkan salam siku sebagai cara untuk mendorong orang agar tidak berjabat tangan demi menghindari penyebaran virus corona baru (Dok. David Bednarz/Kantor Gubernur Ned Lamont) 

Sebuah studi yang dilakukan pada 2014 silam yang diterbitkan American Journal of Infection Control menyebutkan bahwa hampir dua kali lebih banyak bakteri ditransfer melalui jabat tangan.

Lantas, bagaimana saat ini jika orang ingin tetap berinteraksi satu sama lain tanpa melakukan kontak fisik? Ahli Bedah Amerika Serikat Jerome Adams seperti dilansir the-leader.com memperkenalkan salam siku (The elbow bump) saat konferensi pers di Connecticut sebagai alternatif untuk menghindari virus Corona, baru-baru ini.

Dia menunjukkan kepada wartawan bagaimana hal itu dilakukan saat ia bersalaman siku dengan Senator Richard Blumenthal dan Gubernur Connecticut Ned Lamont.

“Kami mendorong masyarakat memikirkan langkah-langkah yang dapat mereka lakukan untuk membatasi penyebaran dan mengurangi dampak virus. Saat ini mungkin kita harus berpikir ulang tentang berjabat tangan untuk sementara waktu,” katanya.

Rupanya cara ini juga diadopsi sejumlah pemimpin dunia lainnya. Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Bruce Aylward juga menawarkan siku kepada seorang wartawan yang mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. 

Salam Siku Corona © 2020 brilio.net flipboard.com/@HoustonChronicle

Jadi cara teraman untuk menghindari penularan adalah dengan menghindari semua kontak, kata para ahli. Cara lain yang juga bisa dilakukan saat beriteraksi tanpa mengurangi rasa hormat adalah dengan melakukan salam Namaste yang biasa dilakukan umat Hindu. Namaste adalah salam gaya India yang akrab bagi para praktisi yoga di mana posisi tangan seperti berdoa dengan badan sedikit membungkuk.

Dr KK Aggarwal, seorang ahli jantung dan mantan presiden Asosiasi Medis India, mengatakan kepada Times of India bahwa 30% hingga 40% risiko coronavirus bisa dihindari jika orang mengadopsi apa yang disebutnya “Corona Namaste” untuk menggantikan berjabat tangan.