Brilio.net - Dalam ajaran Islam, menunaikan ibadah sholat merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim. Seperti yang diketahui, sholat merupakan salah satu rukun Islam dan juga sebagai tiang agama. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun, sholat harus tetap dijalankan dengan tata cara dan syariat tertentu.

Islam merupakan agama yang luwes. Terdapat banyak kemudahan yang diajarkan Allah SWT untuk umatnya agar tetap menjalankan segala kewajiban dalam beribadah. Misalnya saat kita sedang sakit, Allah mempersilakan umatnya untuk tetap sholat dalam keadaan duduk, apabila masih tidak mampu, sholat bisa dilakukan dengan berbaring.

Tak hanya itu, misalkan kita dalam perjalanan jauh, Allah SWT memberikan kemudahan atau keringanan untuk menggabungkan (jamak) dan meringkas (qashar) ibadah sholat wajib. Sehingga, tidak ada alasan untuk seorang muslim meninggalkan ibadah sholat, kecuali wanita yang sedang haid.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut:

<img style=

foto: merdeka.com

Artinya:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir."

Keringan yang diberikan Allah SWT tersebut dinamakan rukhshah, yang merupakan bentuk kemudahan karena kasih sayang Allah SWT kepada hambanya.

Namun, kemudahan ini didapat saat kita sedang dalam kondisi tertentu. Seperti dirangkum Muhammad Bagir dalam Fiqih Praktis (2016: 2013-2015), beliau menjelaskan beberapa kondisi yang memperbolehkan sholat dijamak, yaitu ketika dalam perjalanan jauh, ketika turun hujan lebat, sakit, hingga keperluan-keperluan mendesak lainnya.

Selain itu, salah satu dalil yang menjadi landasan dalam melaksanakan dan cara menjamak sholat jamak ditemukan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Al-Turmudzi dari sahabat Mu’adz. Mengutip dari publikasi oleh uinsuska.ac.id, dalil tersebut berbunyi:

"Dari Muadz bin Jabal, bahwasannya Nabi SAW dalam perang tabuk, apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau menta’khirkan shalat Zhuhur hingga beliau kumpulkan dengan shalat Ashar, beliau gabungkan keduanya (Zhuhur dan Ashar) waktu Ashar, dan apabila berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan shalat Zhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau berjalan. Dan apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau menta’khirkan Maghrib hingga beliau melakukan shalat Maghrib beserta Isya’ dan apabila beliau berangkat sesudah waktu Maghrib beliau segerakan shalat Isya’ dan beliau menggabungkan shalat Isya’ bersama Maghrib." (HR. Abu Daud).

Secara umum, menjamak sholat berarti menggabungkan pengerjaan dua sholat dalam satu waktu. Namun, perlu diketahui tidak semua sholat fardhu dapat dijamak. Sholat yang diperbolehkan untuk dijamak yaitu sholat dzuhur dengan ashar dan maghrib dengan isya. Sedangkan, untuk sholat subuh tidak diperbolehkan dijamak dengan sholat lainnya.

Jamak sholat terdiri dari 2 macam, yaitu jamak taqdim dan jamak takhir.

Jamak taqdim artinya menggabungkan dua sholat wajib ke dalam satu waktu dengan memajukan sholat dalam sholat yang telah masuk waktunya atau didahulukan di waktu awal. Seperti misalnya sholat dzuhur dan ashar, dikerjakan saat waktu dzuhur dan sholat maghrib dan isya, dikerjakan saat waktu maghrib.

Sedangkan, jamak takhir artinya menggabungkan dua sholat dalam satu waktu dengan cara mengundurkan sholat yang telah masuk waktu dalam waktu sholat yang berikutnya. Misalnya, sholat dzuhur dan ashar, dikerjakan saat waktu ashar dan sholat maghrib dan isya, dikerjakan saat waktu isya.

Kali ini, brilio.net telah merangkum mengenai tata cara sholat jamak takhir pada sholat maghrib dan isya dilansir dari liputan6.com pada Rabu (22/4).

Begini niat dan tata cara jamak takhir sholat maghrib dan sholat isya:

1. Niat sholat jamak takdim maghrib dan isya (dilakukan saat waktu maghrib).

"Ushollii fardlozh maghribi thalaatha raka’aatin majmuu’an ma’al ‘isyaa’i jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa."

Artinya:

"Aku sengaja sholat fardu maghrib 3 rakaat yang dijama’ dengan isyak, dengan jama’ takdim, fardu karena Allah Ta’aala."

2. Takbiratul ihram.

3. Sholat maghrib tiga rakaat seperti biasa.

4. Salam.

5. Setelah selesai sholat maghrib, langsung dilanjut sholat isya dengan bacaan niat. Perlu diperhatikan bahwa setelah salam pada sholat yang pertama harus langsung berdiri, tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdo’a, bercakap-cakap dan lain-lain. Berikut niat sholat isya jamak takhir:

"Ushollii fardlozh ‘isyaa’i arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al maghiribi jam’a taqdiimin adaa-an lillaahi ta’aalaa."

Artinya:

"Aku berniat sholat isyak empat rakaat dijamak dengan magrib, dengan jama’ takdim, fardhu karena Allah Ta’aala."

6. Takbiratul Ihram.

7. Sholat isya empat rakaat seperti biasa.

8. Salam.