Brilio.net - Banyak sekali ibadah yang bisa dikerjakan umat muslim, termasuk di hari-hari besar Islam. Sebentar lagi akan memasuki ibadah haji, itu tandanya umat muslim pun akan memasuki fase Tarwiyah. Ritual ini dilakukan menjelang puncak ibadah haji yaitu wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah.

Kata "Tarwiyah" dari fi’il madli "Rawwa" yang berarti: berbekal air, melihat di dalamnya, dan beberapa makna lainnya. Hari Tarwiyah adalah hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Di mana pada hari itu orang-orang yang sedang melaksanakan haji berangkat menuju Mina dan mereka menginap di Mina.

Penamaan Tarwiyah berkaitan dengan sejarah Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah SWT untuk mengorbankan anaknya Ismail AS melalui suatu mimpi. Mimpi itu terjadi pada malam tanggal 8 Dzulhijjah. Pada malam itu Nabi Ibrahim bermimpi seakan-akan ada yang mengatakan untuk menyembelih anaknya. Nabi Ibrahim merasa sangat ragu, apakah itu benar perintah dari Allah sehingga wajib dikerjakan, atau hanya bisikan syaitan belaka.

"Sungguh Allah SWT memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu," ketika terbangun di pagi hari, beliau berpikir dan merenung, "Apakah mimpi ini dari Allah, atau dari setan?" maka, dari renungan inilah Tarwiyah dinamakan.

<img style=

foto: Istimewa

Tarwiyah bermakna berpikir atau merenung. Dengan demikian, hari Tarwiyah disebut juga hari merenung, berpikir, dan keragu- raguan. Hal ini karena setelah mendapatkan mimpi tersebut, Nabi Ibrahim terus merenung. Dia bingung harus mengerjakan perintah tersebut atau tidak. Pasalnya, anak yang diharap-harapkan tiba-tiba saja harus disembelih.

Kemudian pada malam sembilan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi, Nabi Ibrahim pun yakin bahwa itu merupakan perintah Allah. Hari saat Nabi Ibrahim mengetahui ini menjadi alasan kenapa tanggal sembilan Dzulhijjah dinamakan hari Arafah, yang bentuk verbalnya adalah "arafa", yang berarti telah mengetahui atau yakin.

<img style=

foto: freepik.com

Malam ketiganya, yakni tanggal sepuluh Dzulhijjah, Nabi Ibrahim bermimpi lagi. Persis seperti mimpi dua malam sebelumnya. Yakin bahwa itu adalah perintah Allah, Nabi Ibrahim pun melaksanakannya. Keyakinan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya itu disebut hari Nahr, yang berarti hari penyembelihan.

Puasa Tarwiyah.

Puasa sunnah tarwiyah bisa dilaksanakan pada 8 Dzulhijjah. Keutamaan puasa Tarwiyah termasuk dalam keistimewaan ibadah di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Niat puasa Tarwiyah.

Bagi umat muslim, puasa Tarwiyah sangat dianjurkan untuk dilakukan agar semua umat muslim bisa ikut merasakan nikmat yang dirasakan oleh para jamaah haji. Adapun niat puasa tarwiyah adalah sebagai berikut:

"Nawaitu shaumal tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala."

Artinya:

"Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala”.

Puasa Arafah.

Puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah 1442H. Pembacaan niat puasa Arafah akan berbeda jika melafalkan niatnya pada malam hari sebelum berpuasa dengan saat melafalkannya pada siang hari setelah melaksanakan puasa.

Lafal niat puasa Arafah di malam hari:

"Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa."

Artinya:

"Saya berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT."

Lafal niat puasa Arafah di siang hari:

"Nawaitu shauma haadzal yaumi ‘an adaa’i sunnati Arafah lillaahi ta‘aalaa."

Artinya:

"Aku berniat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah SWT."

Puasa Asyura/Dzulhijjah.

Menurut kisah Nabi Muhammad SAW puasa sunnah ini bisa dilakukan dari tanggal 1-7 Dzulhijjah 1442H. Beliau pun tidak pernah meninggalkan puasa di awal bulan Dzulhijjah, sebagaimana yang terdapat dalam HR. An-Nasa'i:

Dinarasikan dari Hunaidah bin Khalid yang istrinya mengatakan, salah satu istri Rasulullah SAW berkata, "Nabi Muhammad SAW terbiasa puasa di hari Asyura (10 Muharram), sembilan hari di bulan Dzulhijjah, dan tiga hari setiap bulan yaitu Senin pertama di bulan tersebut dan dua Kamis."

Niat puasa Dzulhijjah.

Adapun bacaan niat puasa Dzulhijjah sebagai berikut:

"Nawaitu shouma syahri dzil hijjah sunnatan lillahi ta'ala."

Artinya:

"Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta'ala."

Keutamaan berpuasa di bulan Dzulhijjah.

Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah)."

Kemudian para sahabat bertanya:

"Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah?" Nabi pun menjawab, "Iya, lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid)." Jadi, melaksanakan puasa di bulan Dzulhijjah pahalanya sama besar dengan orang yang meninggal di jalan Allah di medan perang.

Sementara itu, disebutkan pula dalam beberapa hadis jika puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, puasa Tarwiyah pun juga dapat menghapuskan dosa satu tahun bagi siapa pun yang melakukannya, dan puasa Arafah bisa menggugurkan dosa-dosa selama dua tahun, yaitu setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Waktu melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah.

Waktu melaksanakan puasa Arafah adalah pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu bertepatan dengan waktu wukuf jamaah haji. Sedangkan waktu puasa Tarwiyah adalah tanggal 8 Dzulhijjah.

Dalam hal ini ada dua pendapat ulama, yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanaan puasa mengikuti waktu wukuf di Arafah seperti pendapat Komite Fatwa Arab Saudi (Lajnah Daimah).

"Hari Arafah adalah hari ketika kaum muslimin melakukan wukuf di Arafah. Puasa Arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan haji. Karena itu, jika anda ingin puasa Arafah, maka anda bisa melakukan puasa di hari itu (hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah."

2. Pelaksanaan puasa sesuai tanggal di negeri masing-masing. Salah satunya pendapat dari Syaikh Utsaimin. Ia memfatwakan:

"Ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, jangan puasa."

Tata cara puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.

Setiap ibadah yang dilakukan oleh umat muslim selalu terdapat tata cara dan niat untuk melakukannya sesuai syariat agama, tak terkecuali puasa Tarwiyah dan Arafah. Puasa sunnah ini memiliki tata cara seperti:

1. Membaca niat.

Setiap ibadah yang kita lakukan sebagai umat muslim, harus selalu diawali dengan niat karena Allah. Selain itu juga terdapat niat doa yang harus kita baca saat akan menunaikan ibadah puasa sunnah puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.

2. Sahur.

Sama seperti puasa wajib di bulan Ramadhan, dalam menjalankan puasa sunnah juga kita disarankan untuk melaksanakan sahur. Hukum sahur adalah sunnah, apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala namun jika tidak dilakukan maka tidak apa-apa. Dalam artian, puasa tetap sah meskipun tanpa sahur.

3. Menahan diri dari nafsu.

Guna ibadah puasa yaitu menjaga diri dari nafsu. Saat puasa, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan adalah hal yang wajib dilakukan. Misalnya dilarang makan, minum, marah, mabuk dan lain sebagainya sebelum waktu buka puasa.

4. Berbuka.

Saat mendengar adzan magrib, segeralah berbuka sebab menyegerakan berbuka hukumnya adalah sunnah. Saat berbuka usahakan membaca doa berbuka puasa sebagai rasa syukur atas puasa yang sudah dilakukan pada hari itu.

"Allaahummalakasumtu wabika amantu wa'aa rizkika aftortu birohmatika yaa arhamarra himiin."

Artinya:

"Ya Allah karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa) dengan rahmat-Mu Ya Allah Tuhan Maha Pengasih."

Manfaat puasa Tarwiyah dan puasa Arafah.

Puasa Tarwiyah dapat dilakukan seorang muslim yang sedang melaksanakan haji maupun yang tidak melaksanakan ibadah haji, bahkan juga dianjurkan puasa dari tanggal 1 Dzulhijjah. Sementara itu puasa Arafah disunnahkan bagi yang tidak melaksanakan ibadah haji.

"Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari Arafah, seperti puasa dua tahun." (HR. Ali al-Muhairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, Ibnu Abbas)

Beberapa manfaat juga dapat kita peroleh jika melaksanakan puasa Tarwiyah dan puasa Arafah yaitu sebagai berikut:

1. Terkontrolnya hawa nafsu.

Salah satu tujuan berpuasa adalah menahan hawa nafsu karena hawa nafsu adalah musuh paling berbahaya dan berat bagi manusia. Jika seorang muslim terbiasa berpuasa, maka ia akan lebih mudah mengontrol hawa nafsunya.

2. Dapat merasakan kesusahan yang dialami oleh fakir miskin.

Dengan berpuasa kita akan mendapatkan pelajaran berharga dan merasakan rasanya menahan lapar seperti fakir miskin dengan berpuasa. Dengan begitu kita akan lebih menghargai dan mensyukuri nikmat yang sudah diberikan kepada kita oleh Allah.

3. Meneladani Nabi Muhammad.

Berpuasa berarti kita telah meneladani Nabi Muhammad. Diketahui oleh seluruh umat mulim bahwa Nabi Muhammad telah mencontohkan kepada kita untuk menjalankan puasa, baik wajib ataupun sunnah.

4. Dapat mengatasi nafsu makan berlebih.

Selain dapat menahan hawa nafsu, dengan berpuasa kita juga dapat menahan godaan dari berbagai jenis makanan yang tidak sehat seperti halnya makanan yang bersifat instan ataupun junk food bisa kita hindari dengan melaksanakan ibadah puasa.

5. Memberikan ketenangan dan ketentraman hati.

Dengan melaksanakan ibadah puasa, penekanan dan pengendalian hawa nafsulah yang nantinya menciptakan ketenangan hidup. Dampak positifnya yakni mempunyai pemikiran yang lebih tenang dalam menjalani kehidupan.

6. Dapat mengurangi kadar lemak.

Saat berpuasa, seluruh anggota tubuh akan melakukan proses pembakaran kadar glukosa yang masih ada di dalam tubuh untuk menghasilkan energi tambahan. Apabila kadar glukosa sudah tidak ada lagi, maka tubuh secara otomatis akan menggunakan lemak sebagai pengganti glukosa untuk dijadikan sebagai sumber energi baru dengan melalui proses pembakaran lemak.