Brilio.net - Pandemi Covid-19 masih melumpuhkan sebagian besar kehidupan masyarakat Indonesia. Termasuk kehidupan seniman Bali yang terpaksa berhenti sejenak menggelar seni pertunjukan. Padahal pertunjukan seni dan budaya merupakan salah satu daya tarik utama wisatawan dalam dan luar negeri.

Berangkat dari kondisi tersebut, Happy Salma selaku ketua Titimangsa Foundation bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menginisiasi pementasan bertajuk 'Taksu Ubud'.

Pementasan ini menjadi bentuk ekspresi seniman Ubud menyampaikan perasaannya kepada alam dan pencipta. Seperti diketahui seni, adat, dan tradisi Bali pada awalnya merupakan sarana bagi para pelakunya untuk terhubung dengan semesta.

Hal ini sama seperti yang disampaikan Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Hilmar Farid. Ia menjelaskan, dengan kesenian masyarakat Ubud berhubungan dengan Tuhannya dan membina hubungan baik sesama manusia.

"Berkesenian bagi masyarakat Bali, khususnya Ubud, bukan hanya menjadi kerja kebudayaan, tetapi juga berlaku sebagai ibadah kepada Tuhan-nya, sebuah identitas diri dan masyarakat serta pengejawantahan dari taksu--jiwa--masyarakat Ubud itu sendiri," ungkap Hilmar dalam rilis yang diterima brilio.net, Selasa (6/7).

Pementasan 'Taksu Ubud' akan menampilkan Ubud sebagai bagian penting dari wajah Bali melalui sebuah pertunjukan seni drama, tari, dan musik. 'Taksu Ubud' juga merupakan perwujudan keinginan menyatukan sebagian kecil keindahan seni Ubud dalam satu pertunjukan.

Pementasan Taksu Ubud © 2021 Instagram

foto: Instagram/@titimangsafoundation

Selain itu, pertunjukan ini jadi upaya kecil menghidupkan kembali ruang bagi pelaku seni Ubud membangun suasana Ubud yang sarat tradisi dan adat Bali. Bukan tanpa alasan, sudah sejak lama Ubud menjadi benteng pertahanan pelaksanaan adat dan tradisi leluhur masyarakat Bali.

Terlebih, hampir seluruh masyarakat Ubud hidup dekat dengan adat dan tradisi. Pada siang hari mereka bekerja sebagai petani, pedagang, pengajar, dan lain-lain. Malam hari mereka hidup sebagai pelaku kesenian di Ubud. Pendapatan dari pekerjaan harian mereka pun dikembalikan untuk pengembangan adat.

Ditampilkan melalui kisah sederhana, 'Taksu Ubud' menceritakan seorang pemuda Ubud bernama Umbara yang sejak kecil sudah merantau dan jauh dari ibunya. Namun, tiba-tiba sang ibu meminta Umbara untuk pulang ke Ubud.

Disitulah Umbara dihadapkan dengan dilema. Haruskah ia meninggalkan kenyamanan dan kemudahan di perantauan demi ibu dan Ubud, sebuah tempat leluhur yang asing baginya?

Pementasan Taksu Ubud © 2021 Instagram

foto: Instagram/@titimangsafoundation

Kisah perjalanan batin Umbara digambarkan lewat tarian, tetabuh dan mekidung yang melibatkan banyak kelompok penari dan penabuh. Sebut saja seperti Gamelan Yuganada, Yayasan Bumi Bajra Sandhi, Kertha Art Performance, Sanggar Cudamani, Ubud Performing Art, Napak Tuju, Swaradanta, dan Yayasan Janahita Mandala Ubud.

Bukan hanya itu, 'Taksu Ubud' juga menampilkan seniman-seniman senior Bali yang telah berkarya puluhan tahun dengan penuh dedikasi pada seni dan pengembangan budaya. Mulai dari Agung Oka Dalem dan Cok Sri (seniman tari), Aryani Williems (aktor senior), Desak Nyoman Suarti (seniman motif tradisi), dan Made Sukadana Gender (seniman dalang).

Pementasan Taksu Ubud © 2021 Instagram

foto: Instagram/@titimangsafoundation

Lebih dari itu, 'Taksu Ubud' juga menampilkan aktor-aktor Indonesia yang sudah tidak asing lagi namanya yaitu Reza Rahadian dan Christine Hakim.

Happy Salma sebagai produser pementasan menjelaskan, 'Taksu Ubud' terinspirasi dari alam, gerak, tutur, dan rasa ikhlas serta tidak berputus asa dari teman-teman di Bali, khususnya Ubud yang memang dekat di hatinya secara pribadi.

Pementasan Taksu Ubud © 2021 Instagram

foto: Instagram/@titimangsafoundation

Untuk itu, penting bagi aktris 41 tahun itu memberi ruang bagi para pelaku seniman mengekspresikan perasaan. Terlebih di masa pandemi, pementasan ini jadi inisiatif kecil yang penting dilakukan.

"Poin utama dalam proses ini adalah menyatukan energi kerja kolaborasi. Rasa yang menurut saya perlu dimiliki dalam situasi serba sulit seperti sekarang ini. Menyatukan perasaan kebersamaan dengan penuh tanggung jawab dan menghadirkan energi optimisme dan rasa saling mendukung untuk sebuah kreatif yang datangnya dari hati karena bakti dan kecintaan pada seni, adat, dan tradisi," pungkas Happy.

Pentas ‘Taksu Ubud’ telah direkam beberapa waktu lalu bertempat di Arma Museum, Ubud. Kamu bisa menikmati pementasan ‘Taksu Ubud’ secara daring yang ditayangkan perdana pada Selasa, 6 Juli 2021 pukul 19.00 WIB di kanal YouTube Budaya Saya. ‘Taksu Ubud’ dapat disaksikan secara bebas selama satu minggu hingga tanggal 12 Juli 2021.