Pakaian khas etnis Tionghoa di Nusantara

Asal usul baju koko Berbagai sumber

foto: shopee.com

Baju koko yang identik dengan kaum muslim, nyatanya sudah ada sejak abad ke-17 silam, lho. Pada era itu, pakaian tersebut dibawa warga Tionghoa yang datang ke tanah Batavia menggunakan pakaian bernama Tui-Khim.

Baju tersebut kemudian jadi pakaian khas dari etnis Tionghoa hingga abad ke-20. Lebih rinci lagi, budayawan Indonesia, Remy Sylado menjelaskan secara detail tentang asal-usul baju koko dalam karya novelnya berjudul: Novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah (2008).

“Baju logro bahan sutra putih yang biasanya disebut shi-jui. Karena yang memakainya dipanggil engkoh-engkoh, yakni sebutan umum bagi lelaki Cina yang lebih tua, maka baju ini pun disebut baju engkoh-engkoh. Dieja bahasa Indonesia sekarang menjadi baju koko,” tulis Remy menjelaskan dalam novelnya, dikutip brilio.net pada Senin (23/1).

Dimodifikasi jadi busana muslim

Dilansir dari merdeka.com, sejarahwan Betawi, Yahya Andi Saputra mengatakan, meski dulunya pakaian khas Tionghoa, baju koko pada saat ini telah menjadi identitas masyarakat muslim.

Hal tersebut karena saat warga Tionghoa akhirnya merdeka, mereka mulai melepaskan baju tersebut dan menggantinya dengan busana yang sama dengan orang-orang Eropa agar dianggap setara.

Asal usul baju koko Berbagai sumber

foto: Twitter/@yennywahid

Namun begitu, baju koko masih digunakan sebagian warga kelas menengah ke bawah, terutama etnis Tionghoa yang beragama Islam. Baju koko kemudian bertransformasi menjadi baju ibadah dengan mengganti warnanya dengan warna dominan putih.

"Ketika orang Tionghoa sudah merdeka, mereka lebih memilih memakai pakaian seperti orang-orang Eropa seperti sepatu pantofel dan lain-lain. Tapi masih ada masyarakat kalangan kelas menengah kebawah yang memakai busana itu. Nah busana tersebut banyak dipilih warna putih untuk dijadikan baju muslim," tutur Yahya Andi Saputro dikutip dari merdeka.com.