Brilio.net - Menunaikan ibadah haji merupakan impian sebagian besar umat muslim. Terlebih menunaikan ibadah haji merupakan bagian dari rukun Islam kelima. Banyak cara yang dilakukan seseorang untuk bisa menjalankan rukun Islam tersebut. Seperti halnya Haki (92 tahun). Ia patut berbahgia karena bisa menunaikan ibadah haji usai menabung selama 54 tahun lamanya.

Dilansir brilio.net dari merdeka.com, Jumat (12/7), Haki yang ditemani istrinya Satuni (70) dan anak-anaknya tampak begitu senang mendapatkan ucapan selamat dari orang-orang terdekatnya. Pasalnya ia menjadi calon jamaah haji (CJH) tertua asal Kota Malang tahun ini.

"Olahraga jalan kaki, minum vitamin dan madu. Bawa obat-obatan dan minyak angin," kata Haki saat ditanya persiapan menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji.

Meski usianya sudah hampir satu abad, namun ia tampak sehat dan masih gesit. Haki memiliki kebiasaan yang mungkin sudah banyak ditinggalkan orang sekarang ini, di mana ia ke Pasar Besar dari rumahnya di Jodipan Wetan Gang I selalu ditempuh dengan berjalan kaki.

Rumah Haki menuju Pasar Besar berjarak sekitar 4 Km pulang-pergi. Walaupun banyak jenis angkutan, Haki mengaku biasa berjalan kaki. Setiap butuh sesuatu ke pasar selalu ditempuh dengan berjalan kaki, sekaligus untuk berolahraga.

"Kalau istri sejak dua bulan lalu rutin jalan-jalan sampai ke Alun-Alun," katanya dengan logat Bahasa Madura.

Haki memiliki pekerjaan sehari-hari bekerja sebagai pedagang aneka pakaian secara berkeliling dari pasar ke pasar. Profesi itu dijalani sejak masih muda dan hingga saat ini masih menjadi penopang hidupnya.

Sesuai hari pasaran, Haki mendatangi pasar di sekitar Malang secara terjadwal, berangkat subuh dan pulang maghrib. Haki berjualan sampai ke Pasar Nongkojajar (Pasuruan), Pasar Pakis (Kabupaten Malang) dan Pasar Kesamben (Blitar).

Hingga kini ia masih sanggup untuk menjalani aktivitasnya, ia masih berdagang ingga berjarak puluhan kilometer. Namun sekarang ini ia tak perlu lagi membawa dagangannya ke sana-sini, karena Haki bisa menitipkan dagangannya tidak jauh dari pasar, sehingga cukup datang tanpa membawa dagangan lagi. Sementara Haki menggunakan bus atau kendaraan umum menuju lokasi.

"Cuma anak-anak-anak meminta istirahat. Kalau dulu bahkan kadang tidak pulang, pindah lagi-pindah lagi," kata Haki yang mengenakan peci hitam tinggi khas.

Haki mengatakan bahwa dirinya sudah mulai menabung sejak 1965 atau sekitar 54 tahun lalu. Hasil kerja kerasnya itu dikumpulkan sedikit demi sedikit seiring menghidupan anak dan istri.

Haki dengan kesederhanaannya rajin menyisihkan hasil kerjanya. Walaupun dengan jumlah tidak besar, tetapi setiap pulang berdagang selalu menyisihkan untuk ditabung.

"Tergantung hasil dagang, terkadang Rp 10 ribu, kan hasil dagang tidak mesti laku," katanya.

Haki yang lahir 1 Januari 1927 mengaku tidak pernah mengenal bank. Tabungannya cukup diselipkan di sebuah tas dalam kamarnya.

"Nabungnya di rumah, ditaruh di tas," tegasnya.

Saking lamanya disimpan, uang tersebut tampak begitu lusuh. Beberapa tidak laku karena sudah ditarik peredarannya. Keluarga baru menyetorkan ke bank untuk pendaftaran pada tahun 2013 sejumlah sekitar Rp60 Juta.

"Setelah setor ke bank baru 6 tahun kemudian bisa berangkat," tegasnya.

Haki sendiri kelahiran Madura, karena sejak kecil yatim piatu diajak keluarganya ke Kota Malang. Ia pernah menempuh pendidikan Sekolah Rakyat (SR) sebelum kemudian menikahi Satuni.

Perkawinannya dengan Satuni dikaruniai 12 orang anak, tetapi 2 orang meninggal dunia. Saat ini keduanya menempati sebuah rumah sederhana yang berdampingan dengan musolla di kawasan Jodipan, Kota Malang. 10 anaknya sudah berumah tangga dan beberapa tinggal tidak jauh dari rumahnya, sementara dua lainnya di Jakarta dan Surabaya. Dari 5 anak perempuan dan 5 laki-lakinya itu telah memberikan 24 orang cucu dan 4 orang cicit.

"Semua ngumpul, keluarga besar," katanya.

Melihat perjuangan sang ayah, anak bungsu Haki, Frida Affani mengaku termotivasi dengan kerja keras kedua orang tuanya. Keluarga bersyukur akhirnya orang tuanya bisa berangkat setelah sekian tahun menunggu kesempatan panggilan.

"Ada kekhawatiran, cuma setiap hari diberi kegiatan untuk persiapan. Jalan-jalan dari rumah ke Alun-Alun sejak sekitar 2 bulan terakhir," kata Frida Affani.

Haki dan Satuni yang tergabung di Kolter 16 dijadwalkan bertolak ke Madinah, Arab Saudi, Jumat (12/7). Bersama 1.232 orang calon jamaah asal Kota Malang menuju Bandara Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah, Arab Saudi dari Bandara Udara Internasional Djuanda, Sidoarjo.