Brilio.net - Tak dapat dipungkiri, adanya pandemi Covid-19 membuat banyak warga terkena dampak negatif. Penurunan jumlah pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, hingga kehilangan pekerjaan dirasakan oleh sejumlah warga di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Seperti warga di Desa Rendeng, Kudus yang terkena dampak merebaknya virus corona. Dikatakan oleh Benny Haryanto (43), seorang relawan peduli Covid-19 desa setempat, sebanyak 10% atau sekitar enam warga desa yang diketahui sebelumnya bekerja sebagai buruh pabrik, harus dirumahkan akibat wabah virus corona.

Untuk membantu meringankan beban warga yang terkena dampak pandemi, Kampung Siaga Candi yang terletak di Jalan Ekapraya RT 1, RW 1, Desa Rendeng, Kabupaten Kudus, membentuk suatu tim peduli Covid-19 yang diberi nama Relawan Rendeng Tanggap Covid-19 atau RRTC.

Tim relawan ini terbentuk sejak kabar pandemi kian santer di wilayah Kabupaten Kudus, yaitu pada April 2020 lalu. Tim ini terbentuk dari Satgas Jogo Tonggo di RW 1 Desa Rendeng, Kudus yang mana tugas awalnya adalah menjaga dan mengawasi pergerakan warga yang keluar-masuk di kampung itu, untuk memastikan tidak ada warga yang masuk dari luar kota dan membawa virus corona ke dalam desa tersebut.

Sembako gantung

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: brilio.net/Shofia Nida

Setelah itu, muncullah gerakan gantung sembako dari warga untuk warga yang menjadi salah satu program kerja Tim RRTC. Gerakan yang dimulai sejak 26 Juni 2020 ini berawal dari berakhirnya kegiatan warga selama bulan Ramadhan 2020 lalu, seperti berbagi takjil gratis yang kemudian dikumpulkan di posko RRTC dan dibagikan kepada warga per RT di RW 1. Namun warga ingin tetap saling berbagi setelah Ramadhan dengan cara yang lain.

"Setelah Ramadhan selesai kok, pengen ada acara seperti itu lagi, gimana ya? (Diskusi dengan warga) Oh, ini bikin gantungan (sembako aja), terus kita bikin gantungan itu. Saya share di grup WhatsApp RW dan RT," kata Benny Haryanto, relawan RRTC yang ditemui brilio.net pada Jumat (20/11).

Sembako gantung ini merupakan kiat bertahan kala pandemi yang bertujuan meringankan beban sesama warga, terutama yang merasakan dampak buruk adanya pandemi virus corona ini.

"Tujuan utamanya ya untuk membantu perekonomian dalam masa pandemi ini. Kan, banyak yang merasakan (kesusahan). Saya pun juga merasakan. Maksudnya dalam hal pekerjaan ya untuk warga yang lain sangat-sangat membantu dan mendukung penuh dengan adanya sembako gantung ini," jelas Benny.

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: brilio.net/Shofia Nida

Warga yang perekonomiannya masih stabil, atau memang dari keluarga mampu, akan menggantungkan sembako seperti mi, bumbu dapur, sayuran, dan lain sebagainya di salah satu sudut tembok Kampung Siaga Candi setiap Jumat pagi.

Seperti yang dilakukan salah seorang warga bernama Tarmini (78). Meski sudah memasuki usia senja, dirinya masih antusias untuk selalu memberikan bahan makanan dalam plastik yang digantungkan di tembok gantungan sembako. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk rasa syukur karena selama pandemi, keluarga, anak, dan cucunya masih diberi kesehatan dan kelancaran rezeki sehingga membuatnya ingin selalu berbagi dengan tetangga.

"Ya, saya bagi-bagikan seadanya (di gantungan sembako). Ya, semoga corona ini lekas selesai. Program ini ya bagus untuk bantu-bantu (tetangga). Ada yang kerjaannya di-PHK, kan kasian, kan penghasilannya juga kurang. Tujuan saya menggantungkan sembako itu, ya untuk amal karena usia saya semakin tua, ya jadi selalu ingat sama Yang Kuasa," tutur Tarmini.

Sembako ini bisa diambil oleh warga sekitar yang membutuhkan bahan makanan. Syaratnya hanya dengan mengambil sembako secukupnya. Sesuai pesan yang tertera di atas tempat penggantungan sembako yakni "Ambil secukupnya, tonggomu keluargamu". Dengan kalimat seperti ini, mengingatkan seseorang untuk mengambil hak secukupnya dengan mengingat hak keluarga terdekatnya yaitu tetangga.

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: brilio.net/Shofia Nida

"Tiap hari Jumat ambil. Ya, alhamdulillah bisa membantu yang menengah ke bawah. Kalau yang menengah ke atas, ya ngasih centelan. Yang menengah ke bawah, ya yang ngambil tapi khusus warga Desa Rendeng. Jadi, ya bersyukur lah alhamdulillah ada pertolongan. Kan, lumayan bisa buat makan sehari dua kali," kata Sri Muhari (66), warga yang mengambil gantungan sembako.

Dengan adanya gantungan sembako selama pandemi, Sri Muhari merasa kebutuhan pangan keluarganya jadi tercukupi. Dengan mengambil satu kantong plastik berisi sembako, Sri bahkan bisa menyajikan makanan dua kali sehari untuk keluarganya.

Pemanfaatan lahan kosong

Masih di area yang sama, tepatnya di seberang tembok gantungan sembako, ada sebuah lahan yang digunakan warga mendirikan warung kaki lima untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar. Misalnya Angkringan Pos Kampling yang didirikan sejak pandemi.

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: brilio.net/Shofia Nida

"Ini tujuannya angkringan ini supaya warga kalau mau jajan nggak usah keluar kampung. Jadi jajannya di sini aja (selama pandemi). Untuk warga yang ekonominya lebih, kadang ngasih support ke warung. Untuk yang jaga posko Covid-19, boleh ambil gratis," kata Benny.

Lahan yang digunakan untuk didirikannya angkringan ini awalnya adalah lahan kosong yang terbengkalai karena ditinggal pemiliknya ke luar kota selama bertahun-tahun. Warga memanfaatkannya untuk membuat angkringan. Pihak yang berjaga dan berjualan di angkringan tersebut adalah salah satu warga yang terkena dampak pandemi.

"Ada warga sini dulu kan jualan di pinggir jalan, karena dulu ada satpol PP yang keliling membatasi jam jualan saat pandemi jam 7 atau jam 8 harus tutup, kasian nggak cukup waktunya buat jualan. Terus kita bersih-bersih kebon (lahan kosong), warung yang jual di depan tadi disuruh jualan di sini aja," papar Benny.

Selain dimanfaatkan sebagai angkringan, selama pandemi lahan tersebut juga dimanfaatkan sebagai kebun Ekapraya PKK yang di dalamnya ada budidaya ikan lele dan kebun sayur.

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: brilio.net/Shofia Nida

"Ikan lele yang sudah gede itu dibagikan warga. Contohnya ada warga yang bangun rumah, kan ada tukang. Nah itu untuk konsumsi tukangnya, bisa ngambil lele di depan (di kebun)," kata Benny.

Sementara hasil kebun sayuran, sebagian hasil sayur kangkung digunakan untuk pakan lele dan sayur lain dikonsumsi warga di kampung tersebut, seperti sawi, tanaman toga, dan lain sebagainya.

Penggunaan lahan kosong tersebut juga sudah mendapatkan izin dari kepala desa, namun dengan syarat tidak boleh membangun bangunan secara permanen di atas lahan itu. Hal ini dimaksudkan jika suatu saat pemilik lahan sudah bisa dihubungi dan meminta lahan itu kembali, warga bisa menerima secara ikhlas.

Menjaga kebersihan dan kesehatan warga

Sebagai kampung peduli Covid-19, Relawan Rendeng Tanggap Covid-19 (RRTC) yang terdiri dari warga Desa Rendeng tersebut, juga membuat serangkaian program kerja yang mendukung kebersihan dan kesehatan warga, di antaranya membagikan hand sanitizer, melakukan penyemprotan desinfektan, pembagian sembako, dan mengadakan bersepeda bersama.

Sembako gantung di desa rendeng kudus © 2020 brilio.net

foto: Benny Haryanto

Pembagian hand sanitizer dan penyemprotan desinfektan ini sudah dilakukan sejak awal pandemi. Karena saat itu hand sanitizer dan cairan desinfektan mengalami kelangkaan, warga yang dikoordinir oleh Tim RRTC membuat hand sanitizer dan desinfektan sendiri.

"Dulu kan bahan-bahannya kosong semua. Kita bikin sendiri sesuai anjuran pemerintah. Nyemprot desinfektannya pakai semprotan kecil dulu karena belum dapat bantuan dari desa," jelas Benny.

Karena saat itu belum mendapat bantuan dari pemerintah desa, tim RRTC bersama warga, memanfaatkan uang kas atau uang jimpitan untuk membuat hand sanitizer, desinfektan, dan pembagian sembako. Mereka membuat hand sanitizer dan desinfektan dari alkohol dan bahan kimia lain yang aman untuk kulit, kemudian dibagikan rata untuk semua warga secara gratis.

Selama pandemi, yang perlu dijaga tak hanya kebersihan lingkungan dan kebersihan tubuh saja, namun menjaga kesehatan agar sistem imun tetap kuat. Hal ini juga menjadi perhatian khusus warga Rendeng sehingga mereka mengadakan kegiatan bersepeda bersama setiap hari Minggu pukul empat sore.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Pemuda Harapan Warga (@rendengceria)

 

Kegiatan bersepeda ini diikuti oleh warga dari mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. Setelah bersepeda, di posko RRTC biasanya sudah disediakan minuman atau makanan hasil sumbangan warga yang bisa dinikmati bersama usai bersepeda.