Brilio.net - Dunia kuliner tak pernah ada habisnya menghadirkan inovasi baru. Dalam persaingan yang makin kuat, para pebisnis tentu harus memikirkan secara matang bisnis apa yang akan mereka bangun, sehingga tak akan kalah bersaing dengan pedagang lain.

Seorang chef bernama Chea Raty berhasil menghadirkan sesuatu yang cukup antimainstream. Ya, dengan melibatkan ular, iguana, dan kalajengking, dia membuat sebuah kafe reptil. Meski terdengar cukup aneh, ia sukses membuat banyak orang penasaran.

reptil kafe © 2018 brilio.net

foto: Facebook/ Reptile Cafe

Kafe reptil ini berada di Ibu Kota Kamboja, Phnom Penh. Para pelanggan yang datang bisa menyantap sepiring makanan maupun segelas minuman sambil memegang ular, bermain dengan iguana atau kalajengking.

Dilansir brilio.net dari dailymail.co.uk, Minggu (9/9), Chea membangun usaha itu untuk mengubah reputasi hewan-hewan seperti ular sampai iguana yang biasanya sangat dibenci manusia. Sambil mengelus-ngelus iguana yang penuh sisik, dirinya menceritakan alasan membuat usaha tersebut.

"Mereka akan mencintai hewan ini sama seperti saya," ujarnya.

reptil kafe © 2018 brilio.net

foto: Facebook/ Reptile Cafe

Beberapa bagian dinding dilapisi oleh kaca yang berisikan ular panjang dan warna-warni, sedangkan burung beo saling bersiul di sudut ruangan. Bagi pengujung dipersilahkan memegang ular, tapi jika ragu boleh melihatnya dari kandang saja.

Ada pengujung terlihat melilitkan ular di lehernya, ngelus-ngelus tubuh iguana, mengajak berfoto bersama di atas meja, dan menggenggam kalajengking tanpa ragu.

reptil kafe © 2018 brilio.net

foto: Facebook/ Reptile Cafe

Untuk menikmati suasananya, pelanggan tidak dipungut biaya. Mereka bisa memesan makanan dengan minuman saja.

Banyak pelanggan yang merasa terkesan dengan konsep kafe reptil ini. Mereka menilai kafe ini sangat unik.

"Aku belum pernah melihat beberapa reptil ini sebelumnya. Mereka cantik dan menakutkan," papar salah seorang pembeli berusia 22 tahun.

reptil kafe © 2018 brilio.net

foto: Facebook/ Reptile Cafe

Chea menambahkan jika para kritikus mengatakan hewan harus dibiarkan di alam luar, dia menjelaskan hewan-hewannya dibesarkan oleh manusia, sehingga tidak akan bisa bertahan hidup di alam liar.