Brilio.net - Wabah corona Covid-19 bukan hanya mengancam kesehatan orang banyak tapi juga mengguncang perekonomian dunia. Sejak Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada awal Maret 2020, kehidupan banyak orang pun berubah.

Anjuran karantina mandiri maupun work from home (WFH) memang bisa dilakukan sejumlah orang. Namun bagi mereka yang pekerjaannya tak bisa dilakukan di rumah, tentunya membuat perekonomian mereka terganggu.

Saat ini sudah banyak toko, pusat perbelanjaan maupun pabrik yang tutup, demi memutus rantai penyebaran virus. Namun, di tengah pandemi corona Covid-19 seperti saat ini masih banyak orang yang sukarela saling tolong menolong.

Seperti brilio.net lansir dari World of Buzz pada Rabu (22/4), seorang petani memberikan mentimun secara gratis kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan karena sebagian timun hasil panennya tidak laku ketika dijual.

<img style=

foto: Worldofbuzz.com

Petani yang berusia 60 tahun ini berhasil memanen mentimun sebanyak 3 ton atau 3.000 kg. Baru-baru ini, petani tersebut hanya berhasil menjual 2 ton mentimun dari hasil panennya. Petani tersebut mengungkapkan kendala biaya dan transportasi jika terus mengupayakan untuk menjual sisa mentimunnya.

Untuk mencegah agar mentimunnya tidak membusuk dan terbuang sia-sia, petani ini pun membagikan sisa mentimun tersebut secara gratis. Petani ini menyumbangkan mentimun kepada siapa saja yang membutuhkan.

Walaupun dirinya sedang dalam kesusahan, namun petani ini masih bisa menebar manfaat dengan memberikan mentimun secara gratis. Petani tersebut menyumbangkan lebih dari 1.000 kg hasil panennya kepada masyarakat.

Kebijakan lockdown yang telah diterapkan di setiap negara tentunya menghambat ruang gerak masyarakat. Para petani pun merasa kesulitan untuk mendistribusikan hasil panen mereka selama penerapan lockdown tersebut.

Selama masa pandemi corona Covid-19, petani yang berasal dari Pahang, Malaysia ini pun memutuskan untuk membagikan mentimunnya secara gratis. Karena menurut petani berusia 60 tahun ini, dia tidak mampu menjual hasil panennya setelah lockdown diberlakukan.