Brilio.net - Sebelum merebaknya internet, hanya televisi dan buku yang bisa diandalkan menghabiskan waktu luang bagi anak-anak muda pada era 90-an. Buku hiburan seperti komik dan novel menjadi primadona pada saat itu. Anak sekolah dan mahasiswa rela menyisihkan uang jajannya untuk membeli sebuah buku ataupun majalah remaja. Apalagi ditambah embel-embel seperti bonus poster ataupun pembatas buku, pasti jadi buruan pembeli.

Bagi yang tidak mau membeli juga tersedia tempat persewaan buku. Waktu itu usaha persewaan ini sangat menjamur. Selain itu, tempat ini menjadi tempat nongkrong anak-anak sepulang sekolah. Mereka memburu komik-komik keluaran terbaru macam Naruto atau One Piece yang sangat populer sejak dulu. Ada juga yang lebih senang membaca majalah karena lebih banyak informasi hiburan serta tiap lembarnya berwarna.

nasib sewa buku di era digital © dok. pribadi

foto: dok. pribadi


Namun semakin berkembangnya internet dan telepon pintar, minat membaca langsung dari bukunya semakin menurun. Mereka lebih memilih untuk mengunduh buku yang sudah dikonversi menjadi e-book (buku elektronik), sehingga bisa dibaca melalui ponsel.

Selain itu dengan mendownload, tidak perlu repot-repot mengeluarkan kocek untuk membeli atau menyewa. Oleh karena sekarang ini sudah marak website penyedia buku elektronik baik komik, novel atau majalah secara gratis. Tinggal sekali klik, langsung baca di ponsel.

Di sudut Kota Yogyakarta, masih berdiri kokoh bangunan yang sudah lumayan tua. Di bangunan ini, ingatan tentang bagaimana masa-masa kejayaan tempat persewaan buku yang sempat menjadi destinasi favorit pelajar setelah pulang sekolah.

KK Book Rental telah berdiri sejak tahun 1994. Berawal dari hobi mengoleksi buku, dua bersaudara Keke dan Tedi membangun tempat persewaan ini. Berada di bawah Jembatan Lempuyangan, KK Book Rental menjadi pioner usaha persewaan buku di Yogyakarta. Tak hanya satu, namun persewaan ini memiliki 13 cabang, kini yang masih bertahan ada empat cabang yang tersebar di Jogja.

Sejak menginjakkan kaki di pintu masuk, masih terlihat beberapa orang menengadahkan pandangan atau juga membungkukkan punggungnya untuk mencari buku incaran mereka. Rak-rak yang berjejer pun tersusun lumayan tinggi, sepadan dengan ribuan koleksi yang dimiliki oleh toko ini.

nasib sewa buku di era digital © dok. pribadi

foto: dok. pribadi


Tim brilio.net berkesempatan untuk berbincang dengan Cipta Adi, manajer yang memegang kendali dari KK Book Rental. Di sebuah gudang dengan banyak kardus yang menumpuk berisi koleksi buku, Adi menceritakan bahwa era digital sangat berpengaruh terhadap usaha ini.

Namun Adi menolak kalau dibilang secara langsung terpengaruh oleh kecanggihan teknologi. Pria 43 tahun ini lebih beranggapan bahwa dengan adanya teknologi, kesibukan orang semakin bertambah.

"Dulu kalau orang habis kerja atau habis pulang sekolah, dia akan mencoba langsung ke sini. Tapi dengan adanya teknologi seperti HP, dia jadi punya kesibukan baru. Jadi sering pegang HP, browsing, macem-macem lah. Nanti kalau sudah jenuh, baru dia akan ke sini," kata Adi kepada brilio.net ketika ditemui di tokonya beberapa waktu lalu.

Terkait dengan banyaknya situs unduh buku elektronik gratis, pria asal Tegal ini mengaku merasa terancam. Namun lewat pengalaman yang sudah-sudah, orang-orang akan tetap balik lagi untuk membaca dari buku secara langsung.

"Ada yang bilang baca lewat HP itu makan kuota dan (bikin) mata pegal. Mereka akan balik ke sini lagi, ternyata baca secara langsung itu lebih enak," ujar Adi.

Untuk mensiasati agar tak tergerus perkembangan zaman, KK Book Rental mencoba untuk bersahabat dengan teknologi, bukan melawannya. Salah satunya adalah menggunakan media sosial. Mereka akan meng-update stok buku terbaru lewat Instagram @kkbookrental. Di situ juga pengikut bisa berinteraksi untuk menanyakan stok maupun memesan buku untuk disewa kemudian hari.

nasib sewa buku di era digital © dok. pribadi

foto: dok. pribadi


Dengan cara itu, usaha ini masih tetap eksis dengan empat cabangnya yang ada di Lempuyangan, Terban, Bumijo dan Condong Catur. Terbukti, bersahabat dengan teknologi menjadi salah satu kunci sukses KK Book Rental di era digital ini.

Pasalnya, hingga kini usaha yang Adi kelola ini masih mengeluarkan ratusan komik yang dipinjam pengunjung. Menurut penuturan Adi, setidaknya ada 300 lebih buku yang keluar dipinjam dalam satu harinya. Kalau dibanding dengan dulu tentu ada penurunan. Katanya, dulu KK Book Rental dalam sehari bisa menyewakan ribuan buku dalam sehari. Wow!

Hal itu membuktikan bahwa persewaan buku ini masih digemari oleh banyak orang saat ini. Hanya modal paling rendah Rp 1500, pengunjung sudah bisa membawa pulang satu buah komik untuk jangka waktu satu minggu.

Berbicara tentang saingan sesama usaha persewaan, kini sudah tak dirasakan oleh Adi. Kalau zaman dulu, memang saingannya sangat ketat. Oleh karena di Jogja sendiri saja waktu itu ada lebih dari 80 toko sewa buku.

"Saingan kita saat ini adalah teknologi," tegas pria yang tinggal di Sonosewu, Yogyakarta ini.

Sebelum menutup perbincangan di hari yang mendung itu, pria dengan gaya rambut belah tengah ini berharap semakin banyak generasi dengan minat baca yang tinggi di masa depan. Ia juga ingin KK Book Rental ini tetap eksis sebagai penyalur hobi walaupun, misalnya suatu saat, sudah mulai ditinggalkan penggemar buku di masa yang akan datang.

"Kita harapannya tetap ada walau nantinya tergilas zaman. Kita jadikan ini cagar budaya. Budaya membaca," tutup Adi.