Brilio.net - Virus corona muncul pertama kali di Kota Wuhan, China. Bahkan kini virus tersebut sudah ditetapkan sebagai pandemi yang menjangkit berbagai negara di dunia. Semanjak virus corona meluas, Pemerintah China mengisolasi beberapa wilayah di antaranya Provinsi Hubei.

Namun baru-baru ini diketahui sebagian wilayah tersebut telah dibuka dari isolasi wilayah atau lockdown. Saat isolasi dibuka, warga pun berbondong-bondong mengunjungi berbagai tempat wisata populer. Terlihat selama liburan akhir pekan lalu di kota-kota besar di China, dipadati oleh wisatawan. Meskipun ada peringatan dari otoritas kesehatan bahwa risiko yang ditimbulkan oleh pandemi corona masih jauh dari kata selesai.

Salah satunya di tempat wisata Taman Gunung Huangshan di Provinsi Anhui. Pada Sabtu (4/4) ribuan pengunjung berdesakan bersama, meski demikian mereka pun banyak yang memakai masker wajah. Rupanya mereka ingin merasakan liburan setelah berbulan-bulan mengikuti larangan bepergian dan tindakan isolasi wilayah yang ketat.

Dilansir brilio.net dari cnn.com, Selasa (7/4), sejak pagi banyak wisatawan yang terburu-buru untuk masuk ke tempat wisata tersebut. Akhirnya pada pukul 7.48 pagi pihak berwenang mengambil langkah dengan mengeluarkan pemberitahuan yang menyatakan bahwa taman tersebut telah mencapai kapasitas 20.000 orang setiap hari. Dengan demikian pemerintah pun tidak akan menerima pengunjung lagi atau berhenti menerima turis.

 

padatnya tempat wisata di China © 2020  AsiaWire

foto: AsiaWire

 

Rupanya hal yang sama juga terjadi di ibukota Beijing, masyarakat juga berbondong-bondong mengunjungi taman kota. Dibukanya aktivitas yang normal ini, setelah pemerintah mengisolasi wilayah selama tiga bulan setelah virus pertama kali terdeteksi di kota Wuhan di China. Wabah itu, yang telah menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi lebih dari satu juta orang, membuat sebagian besar China terhenti dalam upaya menahan transmisi.

Pada puncaknya, ribuan kasus baru dicatat di China setiap hari. Namun, dalam beberapa minggu terakhir tingkat infeksi telah melambat secara signifikan. Pada hari Senin (6/4), China melaporkan hanya 39 kasus baru. Hingga saat ini, China telah mencatat 82.641 kasus dan 3.335 kematian.

Namun kini pemerintah perlahan-lahan melonggarkan pembatasan, para ahli kesehatan China mendesak masyarakat untuk terus berlatih hati-hati. Zeng Guang, kepala ahli epidemiologi bersama Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, mengatakan bahwa China belum melihat akhir dari epidemi ini

"Tiongkok tidak mendekati akhir, tetapi telah memasuki tahap baru. Dengan epidemi global yang berkobar, China belum mencapai akhir," katanya seperti dikutip dari cnn.com pada Selasa (7/4).

 

<img style=

foto: AsiaWire

 

Dengan jumlah infeksi baru di China yang dilaporkan turun, pemerintah telah secara tentatif untuk memulai kembali industri manufaktur dan jasa negara.

Lumpuhnya aktivitas telah mempengaruhi setiap sektor ekonomi negara, yang menyebabkan kekhawatiran kerusakan jangka panjang. Namun, dalam beberapa minggu terakhir, ada tanda-tanda bahwa pemerintah telah khawatir akan membuka terlalu cepat dan memicu gelombang kedua infeksi di negara ini.

 

 

Rencana untuk membuka kembali bioskop dibatalkan pada akhir Maret, kurang dari dua minggu setelah mereka diminta untuk memulai kembali, menurut media pemerintah. Sementara banyak tempat wisata di Shanghai buka hanya 10 hari sebelum ditutup kembali pada 31 Maret.

 

padatnya tempat wisata di China © 2020  AsiaWire

 

 

Setelah foto-foto wisatawan di Huangshan muncul di media sosial, surat kabar resmi pemerintah pun mengeluarkan teguran keras memperingatkan turis untuk tidak berkumpul. Tak hanya itu dalam sebuah komentar yang diterbitkan di situs web surat kabar itu, meskipun seseorang dapat keluar namun tetap harus waspada. Menurut surat kabar itu, Huangshan sejak itu mengumumkan akan berhenti menerima turis.