Brilio.net - Meski sempat mengalami penurunan, angka kemiskinan di sejumlah negara masih terbilang tinggi. Tidak terkecuali di negara tetangga, yakni Malaysia. Dikutip brilio.net dari laman Reuters, Jumat (21/8), diketahui bahwa tingkat kemiskinan di Negeri Jiran tersebut mencapai 15 persen.

Bukti konkret atas hal tersebut dapat dilihat pada tidak sedikit penduduk yang tinggal di rumah reyot. Sepasang suami dan istri di Baling, Kedah, Malaysia berikut ini misalnya. Dilansir dari laman Mstar, si suami yang tak disebutkan namanya ini hanya bekerja sebagai montir dengan penghasilan harian yang minim.

Natipah Abu Facebook

foto: Facebook/Natipah Abu

Oleh karenanya, jangankan untuk membangun rumah yang megah, memasang sambungan listrik saja mereka tak mampu. Uang yang didapat dari bekerja pun hanya bisa dipakai untuk membeli bahan makanan sederhana.

Kendati demikian hal tersebut tak berarti bahwa rumah reyot yang ditinggali oleh pasangan tersebut 'tidak layak huni'. Pasalnya, meski dari luar terlihat reyot, bagian dalam rumah tersebut ternyata cukup membuat terkesan.

Alih-alih terkesan kumuh dan berantakan, bagian dalam rumah itu ternyata sangat rapi dan begitu bersih. Tak terlihat adanya kotoran pada lantainya yang masih beralaskan tanah.

Natipah Abu Facebook

foto: Facebook/Natipah Abu

"Meski dapurnya cuma berlantaikan tanah, namun kebersihannya tetap terjaga. Ada tempat cuci di ujung dapur tapi tidak ada bau tidak sedap sama sekali," tulis pemilik akun Facebook Natipah Abu.

Natipah Abu Facebook

foto: Facebook/Natipah Abu

Begitu pula pada bagian ruang utama. Meski hanya berdindingkan batu bata yang dibuat sendiri serta tak ada perabotan mewah sama sekali, perabot dalam rumah ini tak dibiarkan berantakan.

 

"Jarang sekali kami menemukan rumah keluarga miskin sebersih ini. Inilah surga pasangan muda beranak empat. Saya kagum karena meski dalam keadaan kekurangan, mereka mampu mendidik agar tidak kufur dengan nikmat yang ada," lanjut Natipah Abu.

Natipah Abu Facebook

foto: Facebook/Natipah Abu

Natipah lantas mengatakan bahwa keluarga tersebut menjadi bukti nyata bahwa menjadi miskin tak selalu identik dengan hidup dalam kekumuhan.

"(Keluarga ini punya disiplin yang tinggi dalam hal kerapian). Jika ibunya saja bisa mengatur dengan rapi tetapi anak-anak tidak, juga percuma. Singkatnya, menjadi miskin bukan alasan untuk hidup dalam keadaan kotor," pungkasnya.