Brilio.net - Awal pekan menuju pertengahan November, warganet dihebohkan dengan 11.11. Tanggal cantik ini bukan jadi bahasan sebagai tanggal yang tepat untuk menyatakan cinta. Melainkan hari yang tepat untuk berbelanja online di e-commerce. Sebab 11.11 adalah hari yang paling ditunggu penggila diskon.

Hari Singles Day itu awalnya diperingati di China, namun kini menjalar ke sejumlah negara Asia lainnya, seperti Indonesia. Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Senin (11/11), Singles Day 11.11 mulanya digunakan perusahaan belanja online asal China, Alibaba sebagai strategi peluang besar bagi toko dan pembeli. Namun, karena ternyata antusiasme pembelinya tinggi, sejumlah perusahaan serupa memanfaatkan 11.11 sebagai strategi serupa.

Para penjual pun beramai-ramai mengiklankan barang dagangannya di situs media sosial untuk mempromosikan jualannya dengan setengah harga. Melansir dari World Street Journal, pemerintah juga turut membuat regulasi atas peringatan tambahan terhadap iklan yang menyesatkan atau vulgar. Bagi ratusan pembeli, kesempatan belanja online terbesar ini adalah tantangan yang cukup berat.

Singles Day awalnya dicetuskan pada 2009 oleh Chief Executive Alibaba, Daniel Zhang, yang baru-baru ini juga mengambil peran sebagai ketua eksekutif setelah co-founder Jack Ma pensiun.

11.11 dimaksudkan sebagai semacam Hari anti-Valentine yang jadi kesempatan bagi bujangan untuk berbelanja sendiri. Promosi ini berkontribusi untuk menjadikan perusahaan Alibaba China paling bernilai, dengan sekitar dua pertiga pasar e-commerce negara tersebut.

di balik 11.11 © pixabay.com

foto: unsplash.com

 

Penjualan Singles Day 2018 mencapai USD 30,8 miliar, naik 27% dari 2017 dan melebihi dari hari belanja online di AS yakni, Black Friday dan Cyber Monday bila digabungkan.

Tahun ini, Alibaba bertujuan untuk mengumpulkan hingga USD 15 miliar dalam daftar sekunder di Hong Kong segera setelah Hari Lajang, menurut orang yang akrab dengan masalah ini.

Pengecer lain tidak ingin ketinggalan di Hari Lajang. "Jika Anda penuh ambisi dengan merek apa pun, Anda harus berpartisipasi," kata Declan Kearney, direktur pelaksana Asia untuk Edge by Ascential, perusahaan data dan analitik e-commerce yang membantu merek-merek besar di Hari Lajang.

Sementara beberapa pengecer memangkas harga hingga 50% atau lebih, Mr. Kearney merekomendasikan bahwa perusahaan terkenal membatasi diskon hingga 15% hingga 20%.

"Jika Anda memiliki merek seperti Nike, Anda terpaksa menawarkan diskon, tetapi kuncinya adalah tidak terlibat dalam perang harga dan tidak merendahkan citra premium Anda," katanya.