Bahasa Jawa merupakan bahasa keseharian yang digunakan oleh orang-orang Suku Jawa. Bahasa Jawa memiliki logat khas dan tingkatan dari kasar hingga halus. Penggunaan bahasa Jawa pun memiliki tingkatan yang berbeda, tergantung kepada siapa kamu bicara. Misalnya saja bahasa yang digunakan sehari-hari serta tergolong cukup sopan, ada juga bahasa kasar yang bisa digunakan untuk teman sebaya, dan juga bahasa Jawa halus untuk orang tua.

Kamu bisa menggunakan bahasa Jawa untuk dijadikan pepatah. Pepatah merupakan peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran, yang biasanya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Pepatah Jawa yang sering digunakan untuk mengingatkan seseorang yakni pepatah Jawa kuno. Kata-katanya memang kuno tetapi mengandung makna yang dalam. Bahkan, masih relevan dengan kondisi sekarang.

Selain untuk mengingatkan seseorang, pepatah Jawa kuno juga bisa dijadikan bahan introspeksi diri hingga sindiran. Jika memahaminya dengan baik, pepatah Jawa ini banyak mengajarkan tentang kehidupan. Berikut 95 pepatah Jawa kuno, dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Kamis (26/8).

1. Hidup memang harus saling membantu.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

2. Setelah usaha tentu harus pasrah dengan kehendak Tuhan.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

3. Tak pernah ada kata kurang.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

4. Itulah teman.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

5. Semua sudah ada porsinya sesuai dengan usahanya.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

6. Hemm, kelak janji mereka akan ditagih.

95 Pepatah Jawa kuno istimewa

foto: Istimewa

Pepatah Jawa kuno beserta artinya.

<img style=

foto: freepik.com

7. "Urip iku urup."

(Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Sekecil apa pun manfaat yang kita berikan, jangan sampai menjadi orang yang meresahkan masyarakat.)

8. "Sapa sira sapa ingsun."

(Janganlah menggurui, memerintah, serta mencampuri urusan orang lain tanpa izin, apalagi memaksakan kehendak, biarlah masing-masing memiliki prinsip, pandangan, keyakinan serta pemikiran.)

9. "Surga manut neroko katut."

(Kehidupan seorang istri ditentukan dari baik-buruknya agama suami.)

10. "Aja gumunan, aja getunan, aja kagetan, aja aleman."

(Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut-kejut, jangan manja.)

11. "Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka."

(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.)

12. "Adhang-adhang tetese embun."

(Berharap sesuatu dengan hasil apa adanya. Seperti berharap pada tetes embun.)

13. "Adigang, adigung, adiguna."

(Mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya.)

14. "Ana dina, ana upa."

(Tiap perjuangan selalu ada hasil yang nyata.)

15. "Becik ketitik, ala ketara."

(Perbuatan baik akan selalu dikenali, dan perbuatan buruk nantinya juga akan diketahui juga.)

16. "Gliyak-gliyak tumindak, sareh pakoleh."

(Upaya yang dilakukan perlahan, tapi akhirnya tujuannya akan tercapai.)

17. "Kena iwake aja nganti buthek banyune."

(Berusahalah mencapai tujuan tanpa menimbulkan kerusakan.)

18. "Ngundhuh wohing pakerti."

(Apa pun yang kita lakukan akan membuahkan hasil yang sepadan.)

19. "Sabar sareh mesthi bakal pikoleh."

(Pekerjaan apa pun jangan dilakukan dengan tergesa-gesa agar berhasil.)

20. "Sepi ing pamrih, rame ing gawe."

(Melakukan pekerjaan tanpa pamrih.)

21. "Sluman slumun slamet."

(Biarpun kurang hati-hati tapi masih diberi keselamatan.)

22. "Dhemit ora ndulit, setan ora doyan."

(Berharap doa dan harapan agar selalu diberi keselamatan, tidak ada suatu halangan dan rintangan.)

23. "Milih-milih tebu oleh boleng."

(Terlalu banyak memilih tapi pada akhirnya malah mendapatkan yang tidak baik.)

24. "Nabok nyilih tangan."

(Menggambarkan orang yang tidak berani menghadapi musuhnya dan meminta bantuan orang lain diam-diam.)

25. "Ngajari bebek nglangi."

(Pekerjaan yang tidak ada manfaatnya.)

26. "Obah ngarep kobet mburi."

(Segala tindakan pemimpin selalu jadi anak buahnya.)

27. "Pitik trondhol diumbar ing padaringan."

(Orang yang diberi kepercayaan barang berharga, pada akhirnya hanya bisa menghabiskannya.)

28. "Sembur-sembur adus, siram-siram bayem."

(Sebuah tujuan yang terlaksana karena mendapat dukungan banyak orang.)

29. "Beras wutah arang bali menyang takere."

(Menggambarkan sesuatu yang sudah rusak tidak akan bisa kembali sama seperti semula.)

30. "Cuplak andheng-andheng, yen ora pernah panggonane bakal disingkirake."

(Orang yang menyebabkan keburukan maka semua kebaikannya akan terhapus.)

31. "Dadiya banyu emoh nyawuk, dadiya godhong emoh nyuwek, dadiyo suket emoh nyenggut."

(Menggambarkan orang yang saking jengkelnya hingga tidak mau bertegur sapa lagi.)

32. "Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang."

(Perkara yang buruk dianggap baik, sedangkan yang baik dianggap buruk.)

33. "Gupak pulute ora mangan nangkane."

(Sudah ikut berjuang susah payah, tapi tidak ikut menikmati hasilnya.)

34. "Jagakake endhoge si blorok."

(Berharap pada sesuatu yang belum pasti.)

35. "Jalma angkara mati murka."

(Mendapat kesulitan karena kemarahannya sendiri.)

36. "Kakehan gludug kurang udan."

(Terlalu banyak bicara namun tidak pernah memberi bukti.)

37. "Kebat kliwat, gancang pincang."

(Tindakan yang tergesa-gesa pasti tidak sempurna.)

38. "Kendel ngringkel, dhadang ora godak."

(Mengaku berani dan pintar, kenyataannya penakut dan bodoh.)

39. "Kumenthus ora pecus."

(Menggambarkan orang yang banyak membual tanpa bukti dan perbuatan yang becus.)

40. "Lambe satumang kari samerang."

(Orang yang sudah berkali-kali dinasihati tapi tak juga didengarkan.)

41. "Menthung koja kena sembagine."

(Menggambarkan seseorang yang merasa telah memperdayai namun sebenarnya dia sediri yang telah terpedaya.)

42. "Tunggak jarak mrajak tunggak jati mati."

(Perkara jelek merajalela sedangkan perkara baik tinggal sedikit.)

43. "Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah."

(Hidup rukun pasti akan hidup sentosa, sebaliknya jika selalu bertikai pasti akan bercerai.)

44. "Kacang ora ninggal lanjaran."

(Kebiasaan anak selalu meniru dari orang tuanya.)

45. "Kebo mulih menyang kandhange."

(Sejauh-jauh seseorang pergi, akhirnya akan pulang ke kampung halamannya.)

46. "Kesandhung ing rata, kebentus ing tawang."

(Menemui musibah yang tidak disangka-sangka.)

47. "Mikul dhuwur mendhem jero."

(Seorang anak yang menjunjung tinggi derajat orang tua.)

48. "Busuk ketekuk, pinter keblinger."

(Orang bodoh ataupun pandai suatu saat sama-sama akan mengalami keusulitan.)

49. "Desa mawa cara, negara mawa tata."

(Setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda.)

50. "Dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan."

(Meskipun tidak ada ikatan darah, namun terasa sudah seperti bagian dari keluarga, yang jika ada duka, ikut merasa sedih dan kehilangan.)

51. "Tak kiro lali bales, tibake wes males."

(Aku pikir lupa membalas, ternyata udah malas)

52. "Dandhang diunekake kuntul, kuntul diunekake dandhang."

(Perkara yang buruk dianggap baik, sedangkan yang baik dianggap buruk.)

52. "Bibit, bebet, bobot."

(Menilai kualitas berdasarkan asal muasal, peranan, dan kiprah yang telah diperbuat.)

53. "Dhuwur wekasane, endhek wiwitane."

(Kesengsaraan yang membuahkan kemuliaan.)

54. "Diobong ora kobong, disiram ora teles."

(Menjadi pribadi yang ulet, tekun, tangguh menghadapi segala ujian dan rintangan, hingga berhasil merengkuh kemuliaan serta kejayaan.)

55. "Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira."

(Terjadinya dirimu karena diciptakannya ibu bapakmu sehingga kedua orang tua harus dimuliakan.)

Pepatah Jawa kuno penuh makna.

<img style=

foto: Instagram/@khomarudin_id

56. "Jaman iku owah gingsir."

(Ruang, waktu, serta zaman akan selalu dinamis dan berubah.)

57. "Kaya banyu karo lenga."

(Tidak pernah rukun ibarat air dan minyak.)

58. "Nguyahi banyu segara."

(Melakukan suatu perbuatan yang sia-sia belaka, ibarat menggarami lautan.)

59. "Urip iku saka Pangeran, bali marang Pangeran."

(Hidup itu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.)

60. "Manunggaling kawula gusti."

(Manunggalnya atau bersatunya antara kawula (hamba) dengan sifat-sifat Tuhannya.)

61. "Bedo neng lambe bedo neng ati."

(Lain di mulut lain di hati)

62. "Atose watu akik isih kalah karo atose omonganmu."

(Kerasnya batu akik masih kalah dengan omonganmmu)

63. "Wani ngalah, luhur wekasane."

(Berani mengalah demi kepentingan bersama adalah sikap yang luhur. Begitulah watak kesatria yang berjiwa besar dan lapang dada.)

64. "Wani silit, wedi rai."

(Seorang pengecut yang hanya berani di belakang layar, namun takut ketika behadapan secara langsung.)

65. "Asu rebutan balung."

(Manusia berkonflik untuk memperebutkan suatu hal yang sifatnya sepele atau remeh temeh.)

66. "Beda-beda pandumaning dumadi."

(Tuhan Yang Maha Adil memberikan anugerah yang adil kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya.)

67. "Kebo nyusu gudel."

(Kaum tua menimba ilmu atau berguru kepada kaum muda.)

68. "Crah agawe bubrah."

(Pertentangan atau konflik menyebabkan perpecahan/kerusakan.)

67. "Krido lumahing asto."

(Hamba yang mengemis dan peminta-minta.)

68. "Kutuk marani sunduk."

(Mendekati mara bahaya.)

69. "Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wis wikan."

(Jikalau engkau belum memahami alam pribadimu, hendaknya engkau bertanya kepada yang telah memahaminya.)

70. "Manungsa iku kanggonan sipating Pangeran."

(Manusia itu memiliki sifat Tuhan.)

71. "Yen wedi aja wani-wani, yen wani aja wedi-wedi."

(Jadilah engkau pribadi yang mempunyai prinsip, tegas, dan tidak ragu ragu.)

72. "Kuat lakoni, ora kuat tinggal ngopi."

(Kuat dilakukan, kalau tidak kuat ditinggal ngopi)

73. "Mundur wae saingane konco dewe."

(Mundur aja saingannya teman sendiri)

74. "Ngono ya ngono ning aja ngono."

(Boleh saja engkau berperilaku sekehendakmu, namun jangan sampai melanggar nilai atau norma sehingga merugikan orang lain.)

75. "Jenenge pasangan, yen ora pas yo mung dadi angan."
(Namanya pasangan, kalau enggak pas yang cuma jadi angan)

76. "Sabar iku ingaran mustikaning laku."

(Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratkan sebuah hal yang sangat indah dalam sebuah kehidupan.)

77. "Aja mbedakake marang sak sapadha-pada."

(Hargai perbedaan, jangan membeda-bedakan sesama manusia.)

78. "Ambeg utomo, andhap asor."

(Selalu menjadi yang utama tapi selalu rendah hati.)

79. "Mbangun kromo ingkang satuhu, boten cekap bilih ngagem sepisan roso katresnan. Hananging butuh pirang pirang katresnan lumeber ning pasangan uripmu siji kui."

(Pernikahan yang sukses tidak membutuhkan sekali jatuh cinta, tetapi berkali-kali jatuh cinta pada orang yang sama.)

80. "Witing tresno jalaran soko kulino. Witing mulyo jalaran wani rekoso."

(Bahwa cinta itu tumbuh lantaran ada kebiasaan, kemakmuran itu timbul karena berani bersusah dahulu.)

81. "Manungsa mung ngunduh wohing pakarti."

(Kehidupan manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri.)

82. "Urip iku terus mlaku, bebarengan karo wektu, sing bisa gawa lakumu, supaya apik nasibmu."

(Hidup itu terus berjalan, bersamaan dengan waktu, yang bisa membawa tingkah lakumu, biar nasibmu baik.)

83. "Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa."

(Jangan jadi orang yang merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.)

84. "Uripmu koyo wit gedhang duwe jantung tapi ora duwe ati."

(Hidupmu seperti pohon pisang, punya jantung tapi tak punya hati)

85. "Urip semeleh lan nerimo ning pandum."

(Jalani hidup dengan ikhlas dan menerima keadaan.)

86. "Kadang mripat iso salah ndelok, kuping iso salah krungu, lambe iso salah ngomong, tapi ati ora bakal iso diapusi."

(Terkadang mata bisa salah melihat, telinga bisa salah mendengar, mulut bisa salah mengucap, tapi hati tak bisa dibohongi dan membohongi.)

87. "Waktu iku duit. Yen kancamu mbok jak dolan raono wektu, brarti wonge lagi ra duwe duit."

(Waktu adalah uang. Kalau temanmu tidak ada waktu untuk diajak jalan, artinya ia sedang tidak punya uang.)

88. "Niat kerjo, ora golek perkoro. Niat golek rejeki, ora golek rai. Ora balapan, opo maneh ugal-ugalan."

(Niat bekerja, bukan cari perkara. Niat mencari rejeki, bukan cari perhatian belaka. Bukan balapan, apalagi ugal-ugalan.)

89. "Kacang iku gurih, tapi nek dikacangin iku perih."

(Kacang itu gurih, tapi kalau dikacangin itu perih.)

90. "Iso nembang gak iso nyuling, iso nyawang gak iso nyanding."

(Bisa nyanyi tidak bisa bermain seruling, bisa melihat tidak bisa mendampingi.)

91. "Arek lanang iku kuoso milih, arek wadon kuoso nolak."

(Anak laki-laku bebas memilih, anak perempuan bebas menolak.)

92. "Akeh manungsa ngrasakaken tresna, tapi lalai lan ora kenal opo kui hakekate atresna."

(Banyak manusia merasakan cinta, namun mereka lupa tidak mengenal hakikat cinta sebenarnya.)

93. "Nek ngomong ojo manis-manis, mundak cangkeme dirubung semut."

(Kalau bicara jangan manis-manis, nanti mulutnya diserbu semut.)

94. "Ben akhire ora kecewa, dewe kudu ngerti kapan wektune berharap lan kapan wektune kudu mandeg."

(Agar akhirnya tidak kecewa, kita harus mengerti kapan waktunya berharap dan kapan waktunya harus berhenti.)

95. "Jarene wes ikhlas de'e karo sing liyo, kok iseh ngomong 'Nek Tuhan ra bakal mbales, karma sing mbales.' Mbok wes meneng wae luwih apik."

(Katanya sudah ikhlas dia dengan yang lain, kok masih bilang 'Kalau Tuhan nggak akan membalas, karma yang balas.' Udah diam aja lebih baik.)