Dari dunia modeling, Dilla Fadiela mengawali kariernya dan kini menjadi Puteri Indonesia Perdamaian 2018. Gadis kelahiran 24 Juli 1993 itu belajar menjadi model sejak duduk di bangku taman kanak-kanak di Yogyakarta.
Tidak berlangsung lama, Dilla baru melanjutkan belajar modeling saat duduk di bangku SMP.

"Kulau dulu aku tu anaknya pemalu banget. Pemalu nggak bisa ngomong, nggak pede an, tomboy ya kan. Terus mama melihat itu merasa termotivasi kenapa ni anakku kok berbeda, lalu aku diikutin modeling, diikutin les les yang ibaratnya bisa menunjang komunikasi ku" cerita Dilla.

Sebelum masuk Puteri Indonesia, ia pernah menjadi pemenang Kategori Busana Nasional Wajah Femina 2016. Selain itu ia kerap tampil di Boyolali Fashion Show, Jogja Fashion Week, dan Jakarta Fashion Week.
Lulusan Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta ini juga berbakat di bidang akting. Dilla sempat bermain sebagai pemeran pembantu, seperti di film Surga Tak Dirindukan, Rudy Habibie, dan Kartini.

"Pertama kali itu, sebenernya aku tu nggak tertarik yaa soal beauty pageant, tapi gara gara aku lihat mbak Artika Sari Devi di tahun 2005 kalau nggak salah, ikut Miss Universe yang waktu itu banyak pro kontra kemudian aku lihat bagaimana perjuangan dia membawa nama Indonesia di ajang Internasional. Terus juga aku lihat Uni Wulandari, dia masuk Miss Universe juga. Dia top 13 apa ya, dia masuk place di Miss Universe. Nah kemudian mereka berdua ini jadi mentor ku di Artika Wulandari, waktu itu salah satu beauty camp yang aku ikutin, dan dari situ aku karantina selama 3 hari, itu makin banyak kan masukan masukan terus banyak lagi motivasi dari mereka dari keluarga, akhirnya semakin kuat mentalku, yaudah deh aku ikutan Puteri Indonesia" ujarnya.


Kini ia mengemban tugas yang tidak mudah, menyebarkan perdamaian khususnya di kalangan anak muda.

"Kalau Puteri Perdamaian itu cangkupannya lebih luas yaa. Karena kita tinggal di Indonesia yang ibaratnya beragam budaya, ras, suku, segala macam yaa. Kalau kita tahu di Indonesia sendiri konflik tu sangat mudah terjadi ya apalagi dengan minimnya pendidikan di Indonesia. Nah, dengan adanya aku sebagai duta atau memiliki title perdamaian itulah tugasku untuk mencegah atau menjadi contoh untuk kaum mudah terutama untuk mengatasi masalah atau konflik yang ada di beberapa daerah" jelasnya.

Ia juga bersuyukur dirinya bisa mengajak anak muda untuk bersama-sama menciptakan perdamaian dengan tantangan perkembangan teknologi saat ini.

"Tetapi kalau aku sekarang ini yang lebih konsern di media sosial karena kita masuk ke new media. Kita kenal banget kalau di media sosial segala macem kita gampang terprovokasi, terus kita baca berita dikit itu ternyata palsu beritanya, banyak lah segala macam. Nah itu yang justru aku pengen ajak ke temen-temen supaya kita tidak mudah percaya pada berita berita ibaratnya dari judulnya aja menarik nih tapi ternyata isinya hoax atau berita palsu yang dapat menyesatkan kita itu kan dapat mengarahkan ke konflik yaa" punhkasnya.

Salah satunya lewat media sosial ia menyebarkan tagar Stop Hating Start Loving. Ia menyebarkan semangat mencintai lingkungan sekitar dan menghentikan aktivitas membenci antar sesama.