Kisah Samidjan, seniman pembuat wayang ini sungguh inspiratif. Berawal dari coba-coba dan keinginan mengurangi sampah plastik, maka jadilah wayang yang tak kalah berkualitas dari wayang kulit. "Banyak orang yang sulit membedakannya," katanya kepada brilio.net.

Terciptanya wayang plastik bermula dari map plastik. Istrinya pulang dari kantor membawa map plastik. "Saya buat wayang untuk dolanan cucu. Lho kok lentur, ndak gampang patah. Ndak seperti karton, lebih awet, lebih liat, tidak gampang sobek," terangnya.

Samidjan pun semakin terdorong saat ada tetangganya yang membongkar rumah. Dia pun meminta sampah atap plastik dari garasi tetangga dan menyulapnya menjadi wayang berukuran besar. Wayang plastik pun tak kalah dibanding wayang kulit, bahkan punya beberapa keunggulan.

"Kalau ketahanannya saya rasa sama. Perawatannya enak. Saya juga pernah punya wayang kulit, pas disimpan di kotak harus betul-betul lurus dipress sama anyaman bambu (anjang-anjang). Berapa biji ditutup, kayak nata ikan asin. Kalau wayang plastik mau diletakkan di mana aja entah menggantung nggak khawatir menggulung. Di samping itu tahan digantungg di luar kena hujan kena panas," terangnya.

Hobi Samidjan ini turut membantu mengurangi masalah sampah di lingkungan kampungnya. Dia bahkan diusulkan mendapat penghargaan Kalpataru tingkat provinsi. Di samping penghematan biaya, keduanya lingkungan jadi bersih. "Untuk menjawab dua tantangan antara seni budaya yang hampir hilang. Kemudian sedikit banyak kami membantu kebersihan limbah plastik. Mungkin kami harapkan nanti banyak yang ikut jejak saya. Jadi lingkungan akan bersih," tutur kakek yang kreatif ini.