Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima
foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR

Brilio.net - Sebagai kota wisata, Yogyakarta sudah pasti menjadi incaran wajib pecinta traveling. Seolah memberikan paket komplet liburan, Yogyakarta nggak hanya menyuguhkan tempat-tempat wisata penuh sejarah dan syarat akan makna. Tapi juga wisata kuliner yang tak pernah ada habisnya.

Nggak hanya memiliki kuliner khas seperti gudeg, oseng mercon, angkringan atau bakmi Jawa, Yogyakarta juga memiliki banyak pilihan kuliner yang siap memanjakan lidah. Dengan rasa lezat dan harga yang ramah di kantong, salah satu kuliner yang wajib masuk dalam daftar kunjunganmu di Kota Pelajar ini adalah Dimsum Uma Yum Cha.

Tak seperti dimsum pada umumnya yang dijual di restoran, Uma Yum Cha hadir dengan konsep sederhana. Berada di area Pasar Condronegaran, Gedongkiwo, Mantrijeron, Yogyakarta, Uma Yum Cha menawarkan berbagai varian dimsum dan ceker pedas yang menggugah selera. Meskipun berada di lokasi pasar, namun dimsum Uma Yum Cha menawarkan rasa yang tak kalah dari restoran.

Dimsum sendiri merupakan makanan kecil yang kerap dijadikan pendamping minum teh. Di negara asalnya, yakni Hong Kong dimsum disantap sebagai menu sarapan dan brunch. Dimsum juga memiliki beberapa jenis seperti bakpao, fung zau, siomay, dumpling, hakau, ceker, Gyoza, dan Xiaolongbao. Jika di Indonesia, siomay menjadi salah satu jenis dimsum yang paling terkenal.

Meskipun baru dibuka sejak Desember 2018 lalu, namun popularitas dimsum di Uma Yum Cha nggak perlu diragukan lagi. Namanya sendiri sudah dikenal luas seantero linimasa media sosial lho. Dibuka pada lima sore, para pelanggan bahkan rela mengantre sebelum kedai mulai siap berjualan. Para pelanggan pun silih berganti berdatangan hingga kedai ditutup pada 22.00 WIB. Saking ramainya, para pelanggan sampai menggunakan nomor antrean untuk memesan dimsum lezat Uma Yum Cha.

Uma Yum Cha menawarkan dua jenis dimsum, yakni siomay dan ceker. Dua jenis menu tersebut menjadi favorit para pelanggan. Dibanderol Rp 3.000 per siomay, kamu bisa merasakan dimsum ayam dengan berbagai toping seperti wortel, jamur, kepiting, udang dan daging asap. Kamu juga bisa menikmati seporsi ceker yang rasa pedasnya benar-benar menggugah selera.

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR


Disajikan dengan steamer bambu dalam keadaan hangat, rasa dimsum gurih akan terasa semakin nikmat jika ditambahkan dengan sambal. Sambal yang memiliki rasa manis, asam sekaligus pedas akan memberikan sensasi nagih di dalam mulut. Harga terjangkau dan rasa nikmat, bikin kamu terasa nggak cukup kalau hanya memakan tiga dimsum Uma Yum Cha ini.

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino


Nggak hanya menawarkan dimsum dengan rasa juara, Uma Yum Cha juga hadir dengan konsep tempat makan asyik untuk berkumpul. Jadi jangan heran, kalau saat berkunjung ke Uma Yum Cha kamu nggak bakal menemukan kursi dan meja layaknya di restoran pada umumnya. Uma Yum Cha hadir dengan konsep lesehan yang bikin waktu makan bersama keluarga, sahabat dan orang terkasih jadi semakin nikmat.

--

Terinspirasi dari warung dimsum asli

Umma Gumma sebagai pemilik usaha memang mengadaptasi konsep makan dimsum dari salah satu daerah di Hong Kong pada tahun 60-an atau 70-an. Di sana waktu istirahat dimanfaatkan oleh para pekerja dengan minum teh sambil menghabiskan waktu mengobrol bersama. Budaya tersebut yang kemudian ia terapkan pada usahanya sendiri.

"Jadi mereka break kerja dari pagi, mereka ngeteh terus sneaking (nyemil) sambil ngobrol dan kumpul-kumpul. Jadi budaya itu sih, sebenarnya yang aku tertarik dan pengen aku bangun di Uma Yum Cha. Nah, sneakingnya itu dimsum. Jadi mereka ngobrol, ngeteh sambil makan dimsum," ungkap Gumma ketika ditemui brilio.net, Kamis (19/9).

Berangkat dari konsep tersebut, Gumma akhirnya menemukan lokasi Pasar Condronegaran yang juga berisi beberapa makanan seperti pecel lele, bakmi Jawa, bajigur dan lainnya sebagai lokasi yang pas untuk membuka usaha dimsumnya.

"Di situ yang pengen aku coba bangun budaya di situ. Kebetulan kok tempatnya kalau di pasar ini kok cocok ya? Kan di sini suasananya enak buat ngobrol, santai, ya kayaknya pas. Ya sudah akhirnya aku bukan di sini," tambah Gumma.

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR


Meskipun Pasar Condronegaran merupakan pasar tradisional di pagi hari, namun pasar ini sangat menjaga kebersihan. Maklum, pasar ini memang berubah fungsi menjadi semacam food court pada malam hari. Saking bersihnya, bau-bau sisa jualan para pedagang sama sekali tidak tercium.

Jadi wajar, jika pelanggan Uma Yum Cha tetap nyaman jajan di sana. Dalam sehari Uma Yum Cha bisa menjual sebanyak 1.500 porsi. Wow!

--

Berawal dari menu diet

Bisnis dimsum yang dijalankan Gumma ternyata bukan sebuah kesengajaan. Berawal dari program diet yang ia jalankan, Gumma akhirnya menemukan menu diet rendah karbo, tinggi protein, namun mengenyangkan yakni dimsum. Menu tersebut ditemukan Gumma usai beberapa kali mencoba berbagai program diet seperti OCD dan diet mayo.

Makanan dimsum yang kerap ia pamerkan di Instagram Stories pribadinya mendapat respons positif dari para followers-nya. Beberapa pengikutnya pun tergiur untuk menikmati dimsum yang disantap oleh Gumma. Dari sekadar mengirim ke teman dekat, Gumma kemudian mulai menjualnya seiring banyaknya permintaan.

"Pas saya posting kok banyak yang reply, 'Kok kayaknya enak, pengen ikut (nyoba)'. Oh ya udah, akhirnya saya kirim. Di situ sih awalnya, sekitar bulan Juli (2018) akhirnya aku coba jualan karena banyak yang minta," ujar cowok berusia 33 tahun ini.

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino


Setelah beberapa bulan menjual dimsum secara online, Gumma akhirnya memutuskan untuk menjual dimsumnya secara offline. Tak langsung membuka kedai sendiri, pria lulusan Ekonomi UGM (Universitas Gadjah Mada) ini menjual dimsumnya melalui sebuah coffe shop milik sang sahabat sebagai menu makanan di sana.

Hingga akhirnya Gumma memutuskan untuk membuka dimsum sendiri yang berdiri hingga sekarang pada Desember 2018 lalu. Sudah memiliki pelanggan tetap sejak berjualan online, kehadiran mereka tentu membantu memperkenalkan Uma Yum Cha secara luas.

Tak bisa dipungkiri oleh Gumma, media sosial menjadi sarana promosi paling mujarab dalam usahanya. Berkat seorang teman lama yang membuat cuitan di Twitter mengenai dimsum miliknya, siapa sangka cuitan tersebut mendapat belasan ribu retweet yang membantu Uma Yum Cha mulai dikenal warganet.

"Jadi aku mutusin buat buka offline. Sebenernya aku nggak ada ekspektasi buat seramai ini sih. Ya, sebenarnya waktu itu gara-gara media sosial itu," kata Gumma.

Sebagai pemilik usaha yang juga memiliki bisnis di bidang seni, Gumma selalu berusaha membagi waktunya untuk mengontrol bisnis yang ia jalani. Meskipun tak terjun langsung dalam membuat dimsum, Gumma kerap turun tangan untuk urusan belanja kebutuhan lain. Untuk dimsum Uma Yum Cha sendiri memang dibuat khusus oleh salah satu saudaranya.

Uma Yum Cha, sensasi makan dimsum restoran bergaya kaki lima

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino


Buat kamu yang ingin mencicipi kelezatan dimsum Uma Yum Cha, rentang pukul 18.00 - 20.00 WIB bakal jadi waktu yang tepat buat datang bersama keluarga. Saat weekend tiba, kamu bisa datang lebih awal jika ingin menghindari antrean panjang.

Meskipun bisnis dimsum kaki lima sudah mulai menjamur di Yogyakarta, namun Uma Yum Cha mampu menjadi primadona lantaran hadir dengan konsep 'nongkrongnya' yang nggak bisa ditemui di tempat lain. Hal inilah yang kemudian membuat Uma Yum Cha menjadi tempat makan dimsum berbeda dari lainnya.

"Sebenarnya aku yakin sama sih, tapi karena Uma Yum Cha ini konsepnya bukan cuma makan dimsum. Jadi makan dan ngobrol, ada nongkrongnya juga," pungkas Gumma.





(brl/gib)

Video

Selengkapnya
  • Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

    Jalan Makan Shiki, resto sukiyaki bergaya kansai daging disajikan dengan permen kapas

  • Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

    Jalan Makan Kari Lam, jualan sejak 1973 membawa rasa nostalgia

  • Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

    Jalan Makan Sroto Eling-Eling, gurihnya kuah dan melimpahnya daging kuliner Banyumas

Review

Selengkapnya