Brilio.net - "Innalillahi wa Innailaihi Rojiun telah berpulang ke Rahmatullah pada tanggal 5 April 2020 pukul 02.50 di RSUD Pasar Minggu drg.Anna Herlina Ratnasari. Sementara dr. Wahyu Hidayat, lanjut Halik, meninggal pada pagi ini pukul 06.13 WIB," tulis Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Halik Malik, seperti dilansir brilio.net dari Liputan6.com.

Kabar duka deretan dokter berguguran akibat pandemi terus menyebar ke seluruh pelosok Tanah Air. Hingga Sabtu (26/9), IDI mencatat sudah ada 123 dokter meninggal akibat Covid-19. Berbagai ungkapan duka cita dan doa semoga diampuni segala dosa bagi mereka para pahlawan garda depan melawan corona. Begitu pun untuk keluarga dan kerabat yang ditinggalkan, semoga mendapatkan kesabaran dan keikhlasan.

Pada Selasa (29/9) malam, pria bernama Sandi Nugraha menceritakan sepenggal kisahnya terkait meninggalnya sang ayah kepada brilio.net. Bukan akibat penyakit biasa, melainkan terpapar virus jahat corona atau Covid-19. Sehari-hari Sandi Nugraha berprofesi sebagai dokter spesialis anak di Rumah Sakit Moewardi, Surakarta, Solo.

Bertugas merawat orang sakit, begitu pula dengan sang ayah. Ya, sosok ayah yang dimaksud tak lain adalah dr Wahyu Hidayat, Sp. THT yang telah berpulang ke pangkuan sang khalik pada April lalu. Kesedihan dan kerinduan teramat dalam masih terasa bagi Sandi dan keluarga. Ungkapan itu pun sempat ia tuangkan sehari pasca sang ayah wafat melalui akun Instagram pribadinya.

Wahyu Hidayat Sandi Nugraha instagram

foto: Instagram/@sssandinugrahaaa



"You’ll be Missed. Inshaa Allah Syahid ya pak, Husnul Khotimah. Wahyu Hidayat bin Soepardi 03/06/52 - 05/04/20," tulis dr Sandi Nugraha, Sp.A pada akun Instagram @sssandinugrahaaa.

Sekadar diketahui, dr Wahyu Hidayat, Sp. THT adalah pria kelahiran Lumajang 3 Juni 1952 dan dibesarkan di Madiun. Sang ayah berdomisili di Cikarang, Bekasi. Sedangkan dr Sandi berada di Solo.

Selama ini Wahyu Hidayat bertugas di tiga rumah sakit swasta di Cikarang. Sampai akhir hayatnya pula Wahyu Hidayat masih bertugas di tiga rumah sakit itu.

-

Tetap bekerja meski kesulitan mendapatkan APD


Pada 21 Maret 2020, hari itu menjadi momentum terakhir Wahyu Hidayat menjalani kegiatannya sebagai dokter di rumah sakit. Dua hari kemudian, Wahyu Hidayat mengeluhkan demam. Namun ketika dirawat di Rumah Sakit Annisa, hasil RO dan MSCT tidak mengarah pada tanda pneumonia atau pun Covid-19.

Selang beberapa hari, Wahyu Hidayat dibolehkan untuk pulang ke kediaman. Sayangnya baru istirahat semalam, ayah Sandi itu mengalami diare.

"Tanggal 27 Maret sempat pulang, baru satu malam beliau diare," ujar Sandi Nugraha ketika berbincang dengan brilio.net belum lama ini.

Hari berikutnya, Wahyu Hidayat kembali harus mengikuti perawatan intensif dari tim medis. Pria pensiunan PNS itu dibawa lagi ke Rumah Sakit Annisa. Pada Minggu (29/3) hasil RO menunjukkan pneumonia dan saat Wahyu Hidayat langsung dirujuk ke RS Pelni, Jakarta Barat.

"Dilakukan RO hasilnya pneumonia, PDP susp Covid, dan dirujuk ke RS. PELNI," lanjut Sandi.

BACA JUGA: Mengenang Prof Iwan sosok santun dan ulet, berpulang karena Covid-19

Pada Senin pagi, tepatnya 5 April pukul 06.13 WIB, akhirnya Wahyu Hidayat meninggalkan Sandi Nugraha dan keluarga untuk selamanya.

Masih berbekas jelas di ingatannya, awal mula diumumkan ada pandemi virus corona di Indonesia, sang ayah menjadi salah satu orang yang berupaya keras mencari perlengkapan medis alat pelindung diri (APD).

"Almarhum bapak mulai minta tolong untuk mencarikan APD, karena beliau kesulitan untuk mendapatkannya. Saya pun yang mencarikan berkali-kali kesulitan. Bahkan pesanan dari beberapa marketplace dibatalkan sebelah pihak oleh seller," kenang Sandi Nugraha.

Kendati masih kesulitan mendapatkan APD dan hanya mengenakan seadanya, kala itu Wahyu Hidayat tetap beraktivitas seperti biasa. Sebagai garda depan corona, ia tetap ikhlas dan selalu semangat menjalani semua tugasnya. Masih terus merawat dan melakukan pelayanan kepada pasiennya.

-

Sosok hebat yang selalu fokus pada pendidikan


Di mata Sandi Nugraha selaku anak pertama, tentu tahu dan paham betul bagaimana sikap dan kebiasaan sang ayah selama hidupnya. Wahyu Hidayat adalah sosok ayah yang begitu baik, tegas, dan pastinya ingin yang terbaik untuk semua anaknya.

"Di mata anak-anak beliau adalah ayah yang tegas, selalu berusaha yang terbaik untuk anaknya. Terutama masalah pendidikan," tutur Sandi.

Sedangkan di mata keluarga besar, sosok dokter yang telah tutup usia pada 68 tahun itu pun tak kalah baik dan penuh perhatian.

"Di mata keluarga besar beliau adalah sosok yang perhatian, sering berkunjung silaturahmi ke saudara-saudara," tutup Sandi Nugraha.

Selamat jalan dokter Wahyu Hidayat. Jasa dan perjuanganmu di dunia kedokteran tak akan pernah hilang.