Brilio.net - Berdampaknya pandemi Covid-19 kepada perekonomian Tanah Air membuat setiap lapisan masyarakat terus memutar otak untuk tetap bisa bertahan hidup. Ya, hampir sebagian besar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terimbas pandemi. Bahkan tak sedikit pelaku usaha masih merasakan sepinya pelanggan, kemudian memaksa mereka harus gulung tikar.

Di sisi lain pandemi juga mendorong masyarakat untuk beradaptasi dengan berinovasi mengikuti situasi. Di tengah kelesuan ekonomi, bukan berarti tidak tersisa peluang dan kesempatan sama sekali. Banyak peluang bisnis-bisnis baru yang bisa berpotensi menghasilkan keuntungan di tengah kondisi krisis.

Merintis bisnis yang prospek juga bisa menjadi jalan keluar bagi masyarakat yang saat ini secara finansial terimbas pandemi. Salah satunya seperti kisah yang dialami oleh Joni Haryanto, pria yang berprofesi membuka jasa reparasi dan pembuatan jok sepeda motor di Kota Magelang, Jawa Tengah.

Sejak munculnya berita pandemi di Indonesia, Joni menjadi salah satu warga yang terdampak. Ia mengungkapkan lantaran beberapa bulan belakangan banyak masyarakat memilih untuk beraktivitas di rumah, membuat penghasilan dari jasa pembuatan joknya menjadi menurun.

Namun, tak patah semangat, Joni pun akhirnya melihat peluang untuk membuat helm sepeda vintage. Terlebih di masa pandemi, bersepeda menjadi aktivitas yang paling diminati oleh semua kalangan.

Kreativitas Joni © 2020 brilio.net/ Instagram

foto: Brilio.net/Dwiyana Pangesthi



Ide ini pun muncul dari temannya yang meminta untuk dibuatkan helm sepeda vintage. Kini hampir lima bulan terakhir, ia fokus menekuni bisnis barunya tersebut.

Jika awalnya Joni membuka usaha pembuatan jok di samping Superindo Potrobangsan, Magelang Utara, kini pria berusia 40 tahun tersebut terpaksa harus pindah lokasi usahanya ke rumahnya. Pasalnya sebelum pandemi ia masih bisa menyewa sebuah kios, namun sayangnya pemasukan yang tak seberapa membuatnya tak mampu lagi membayar uang sewa.

"Karena selama pandemi situasinya sepi, kalau mau ngontrak lagi, biaya mahal. Akhirnya balik ke rumah, tapi tetap buka jasa, tapi ada ide dari teman suruh buatin ini (helm sepeda), selama pandemi ini," ungkap Joni kepada brilio.net, Selasa (17/11).

Ya, di situasi serba sulit seperti sekarang, Joni harus terus berpikir kreatif. Dengan kerja 8 jam sehari, ia mampu membuat dua buah helm. Menggunakan spon ati dan kulit sintetis, helm sepeda vintage karyanya itu terlihat stylish dan lebih fashionable.

Joni pun menambahkan, helm sepeda produknya merupakan modifikasi produk zaman dulu yang dikemas lebih kekinian, ringan, dan nyaman karena dilengkapi sirkulasi udara.

Kreativitas Joni © 2020 brilio.net/ Instagram

foto: Instagram/@da_corsa



"Kelebihannya sirkulasi udara lebih bebas, lebih awet karena bahannya dari spon ati bukan stirofoam. Terus jatuh-jatuh nggak gampang rusak, gara-gara keringanan bahan. Jadi nggak langsung kena benturan, dari segi keamanan sama aja," jelas.

-

Kebanjiran pesanan sampai luar kota


Produk helm ini pun tak hanya dikenal dan diminati di Kota Magelang saja. Banyak konsumen dari kota besar seperti Jogja, Semarang, Jakarta, hingga Maluku sudah memesan produknya. Pasalnya helmnya tersebut dijual online (daring).

Dibantu temannya, produknya dipasarkan melalui media sosial mulai dari akun Instagram @da_corsa, hingga marketplace. Kini Joni pun menjadikan usaha helmnya ini sebagai pemasukan utama pengganti jasa pembuatan jok sepeda yang kian lesu.

"Dari hobi itu sekarang malah menjadikan pemasukan. Dari hobi menghasilkan hasil yang tak terduga," ujarnya.

Kreativitas Joni © 2020 brilio.net/ Instagram

foto: Brilio.net/Dwiyana Pangesthi



Menurut Joni, ia hanya membuat helm sepeda dengan satu model, dan tiga ukuran mulai dari S, M, dan L. Walaupun memiliki ide untuk mengembangkan model dan motif lain, namun ia masih ingin fokus dengan satu model lantaran tinggi peminat.

Menurutnya hingga kini peminatnya pun masih cukup stabil. Ia pun memasarkan produknya dengan harga Rp 145 ribu per item.

"Harga sama bahan standar sama semua. Ini Rp 145 ribu di bukalapak, tapi kalau reseller yang dijual lagi sampai Rp 120 - Rp 130 ribu. Selama ini ya produksi cuma ini aja, pengembangan belum dilaksanakan, masih rencana, pengen bahan kulit, motif, dan model baru," papar Joni saat ditemui di rumahnya, Kampung Potrobangsan 4, RT 6 RW 5, Kecamatan Magelang Utara.

Mulai modal awal hingga bahan baku dibantu temannya, alhasil ia mampu meraup untung Rp 40 ribu setiap itemnya. Meski demikian bukan tanpa hambatan, di sisi lain Joni ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya, namun ia masih terhalang modal. Sebab proses produksi yang dikerjakan sendiri, mulai dari memotong spon ati dan kulit sintetis, hingga menjahitnya dengan mesin jahit listrik.

Joni pun mengaku kewalahan meski telah memaksimalkan waktunya di luar jam kerja untuk memenuhi target. Namun, dirinya belum mampu untuk mempekerjakan tetangganya demi membantu mempercepat produksi. Dari alat dan bahan-bahan pembuatan ia masih memanfaatkan alat-alat untuk reparasi jok. Bahkan terkadang ia juga harus mencari barang produksi lainnya secara online.

"Untuk sementara waktu, cuma saya saja. Jadi kalau ada yang pesen banyak, saya pengerjaannya siang-malam saya full-kan. Kalau sudah ditarget otomatis saya mengejar. Kalau model kayak gini udah biasa, cuma pengembangannya ada planning," tambahnya.

Kreativitas Joni © 2020 brilio.net/ Instagram

foto: Brilio.net/Dwiyana Pangesthi



-

Wali Kota Magelang kagumi produk helm sepeda vintage karya Joni


Meski kini disibukkan dengan pembuatan helm sepeda vintage, ayah dua anak ini masih sesekali menerima permintaan reparasi jok. Saat menceritakan kisahnya ini, ia juga berharap bisa mengikuti perkembangan permintaan konsumen, agar bisnisnya tetap dapat berjalan. Selain itu, nantinya Joni juga ingin menjual produk yang serasi dengan helm, seperti topi, pelindung tangan, hingga baju.

Sementara itu ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Potrobangsan, Sapto Wadjito, mengungkapkan bahwa kreativitas yang dilakukan Joni itu ternyata juga sudah diapresiasi oleh Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito. Banyak dari pegawai pemerintah daerah yang akhirnya turut memesan produk home industri masyarakat kecil ini.

"Pak wali kota kan ada jalan-jalan, mlaku-mlaku tilik kampung, masuk ke RW 5, 'Apa yang mau disuguhkan untuk pak wali?', ternyata Pak Joni ini membikin ini, terus terang beliau bangga," ujarnya.

Kini pihaknya dapat membantu hanya sebatas dalam bentuk mempromosikan. Dari segi bantuan materi, Sapto menuturkan memprioritaskan yang lebih memerlukan, serta kepada yang berusaha mengajukan atas nama pribadi.

Menurut Sapto, usaha masyarakat untuk tetap bertahan di tengah pandemi ini layak mendapatkan penghargaan. Diharapkan, Joni dapat menjadi contoh dan juga memberi motivasi bagi warga lain yang tak luput dari dampak pandemi Covid-19 di Kota Magelang.