Brilio.net - Rona Mentari masih ingat betul bagaimana masa-sama saat TK dulu. Seperti kebanyakan anak-anak TK pada umumnya, saat itu Rona kecil setiap pulang dari sekolah selalu ditanya ibundanya mengenai kegiatan apa saja yang dilakukannya selama di sekolah. Dengan ekspresi riang khas anak kecil dan mata berbinar penuh semangat, Rona menceritakan kembali dongeng yang ia dengar dari guru di sekolahnya kepada sang mama.

Ibundanya pun selalu mendengarkan cerita Rona, meski cerita itu disampaikan tidak lengkap dan lebih mirip celotehan-celotehan. Kehangatan sang mama itu membuat Rona yang pemalu dan minder menjadi lebih percaya diri. Khususnya ketika dirinya tengah mendongeng.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Bahkan, potensinya mendongeng semakin terasah hingga orangtuanya mengikutsertakan Rona dalam perlombaan mendongeng saat dirinya duduk di bangku kelas 3 SD. Pada perlombaan pertama yang di ikutinya tersebut, Rona langsung berhasil meraih juara 1.

Rona pun semakin percaya diri seusai mengikuti lomba. Dulu ketika mengikuti berbagai perlombaan, baginya itu adalah waktu untuk bersenang-senang. Ia merasa seperti sedang berekreasi dengan keluarganya pada saat itu.

Berangkat dari pengalaman pribadi di masa kecilnya tersebut, kini Rona telah tumbuh menjadi seorang perempuan yang penuh percaya diri dan ekspresif. Bahkan saat ini dirinya merupakan salah satu pendongeng ulung.

"Saya ini juru dongeng keliling," kata gadis 25 tahun itu merendah. Sebagai juru dongeng keliling, Rona telah berkeliling mendongeng ke berbagai tempat di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Gadis lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina ini mengaku baru mulai fokus untuk mendalami budaya bertutur selepas lulus SMA. Salah satu pemantiknya adalah ketika kakak pertamanya kerap bercerita pengalamannya saat mendongeng untuk anak-anak di Papua, tempat kakaknya KKN.

Mendengar cerita kakak pertamanya itu, Rona dan kakak keduanya pun merasa tertantang untuk melakukan suatu hal yang juga tidak kalah bermanfaat. Akhirnya kakak beradik ini berinisiatif mengadakan kelas mendongeng yang pada awal mulanya diperuntukkan anak-anak di sekitar rumahnya saja.

Hal ini juga menjadi titik awal terbentuknya komunitas mendongeng bernama Rumah Dongeng Mentari (RDM) pada 2010 di Jogja. Ini menjadi wadah untuk memopulerkan kembali budaya mendongeng untuk menanamkan karakter baik pada anak melalui dongeng.

Komunitas RDM ini sempat vakum karena kesibukan Rona yang kuliah ke Jakarta dan kakaknya yang bekerja. Kevakuman itu kemudian digantikan dengan program Dongeng.tv, sebuah saluran mendongeng secara digital yang bebas diakses di YouTube.

Baru pada tahun 2016, setelah dia menyelesaikan masa kuliah, Rona kembali mengaktifkan kegiatan-kegiatan RDM dengan cakupan yang lebih luas. Beberapa kegiatan RDM di antara lain yaitu, kelas mendongeng, Joy Circle (Jogja Storytelling Circle), Ayo Cerita Festival, mendongeng rutin di salah satu radio dan masih banyak lagi.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Terhitung sejak duduk di bangku kelas 4 SD, Rona sudah mulai aktif mendongeng hingga saat ini. Sepanjang perjalanannya terjun dalam dunia bertutur, tak sedikit pengalaman dan cerita menarik yang ia dapatkan. Tapi, menurutnya ada dua pengalaman menarik yang masih membekas dalam ingatannya sampai sekarang.

Kedua pengalaman ini terjadi di dua tempat berbeda tapi dengan momen yang serupa. Ketika perempuan dengan senyum manis ini mendongeng di Sabang, Aceh, seperti biasanya ia selalu berinteraksi terlebih dahulu dengan anak-anak yang hadir untuk menonton. Saat Rona bertanya apa cita-cita yang dimiliki, salah satu anak menjawab dengan mantap bahwa dirinya ingin menjadi seorang supir ambulans milik sebuah partai yang lagu marsnya kerap kali berdengung di TV. Sontak jawaban anak tersebut membuat Rona heran. Rupanya cita-cita sang anak terinspirasi dari apa yang selama ini selalu ia lihat di layar televisi.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Lalu pengalaman menarik lainnya ia dapatkan saat dirinya mendongeng di Karimunjawa, Jepara. Dengan pertanyaan yang sama, saat itu Rona tidak kalah dibuat kaget dengan jawaban salah satu anak yang menjawab bahwa ia kelak ingin menjadi seorang koruptor. Setelah ditanya lebih lanjut, alasan sang anak ingin memiliki cita-cita tidak wajar itu karena baginya sosok koruptor yang sering ia lihat di TV adalah sosok yang mempunyai banyak mobil, kaya dan terkenal.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Setelah mendengar dongeng dari Rona, kedua anak itu mengubah jawabannya. Mereka ingin menjadi seperti Rona. Menjadi juru dongeng keliling.

Jawaban-jawaban polos tetapi tulus seperti inilah yang membuat dirinya senang dan tetap semangat untuk mendongeng. Baginya hal tersebut merupakan pencapaian yang lebih tinggi dibanding piala-piala yang ia dapatkan.

Selain melihat perubahan positif pada anak-anak, pencapaian lain yang tidak kalah berarti baginya adalah ketika ia bisa berada di satu panggung dengan pendongeng profesional, Dianne Ferlatte di Sydney International Storytelling Conference, Australia pada tahun 2014. "Penutur favoritku ya mama, soalnya mama itu sosok pendengar yang sangat baik. Jadi ketika mama mendengarkan aku mendongeng, aku merasa didengar, dihargain, dan itu menumbuhkan rasa percaya diri aku," jelas dia.

Rona Mentari © 2018 Instagram

foto: Instagram/@mentarirona

Kini perempuan yang juga pernah mengikuti ajang Pildacil bersiap melanjutkan studi di International School of Storytelling di Inggris. Rona ingin lebih mendalami tentang mendongeng demi menjadikan budaya bertutur kembali sebagai bagian dalam kehidupan masyarakat Indonesia. "Mari kita memopulerkan kembali budaya bertutur," tandasnya.