Kondisi pasien yang disembuhkan Tunari pada waktu itu adalah tulang pundak yang patah karena jatuh dari pohon. Didampingi rasa takut dan keringat bercucuran, akhirnya Tunari bisa melihat pasiennya sembuh dan bisa bergerak selayaknya orang normal. Hal itu membuatnya terkejut dan penasaran dengan kemampuan yang ia miliki.

Herman menjelaskan, sebenarnya Tunari memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah diwariskan dari nenek moyangnya zaman dulu. Kejadian itu menjadi langkah awal Tunari untuk bisa memijat orang dengan tenaga dalam yang dia miliki yang tentunya atas rida dari Tuhan.

Memiliki profesi baru sebagai tukang pijat, membuatnya berpikir untuk membantu orang-orang yang sedang memiliki penyakit yang mungkin secara medis sulit ditemukan. Profesi tersebut tidak hanya berbekal tenaga dalam dan kepercayaan saja, namun Tunari juga kursus sekolah saraf agar dapat dengan mudah dan tidak sembarangan dalam memijat. Kursus saraf ia lakukan dengan seorang dokter ahli saraf dari Magelang selama empat bulan.

Kabar tentang kemampuannya menyebar mulai dari tetangga hingga masyarakat luas, akhirnya banyak pasien yang berdatangan atau panggilan untuk memijat. Hingga akhirnya pada 1994, pasien mulai datang dari berbagai wilayah, di antaranya Malang, Kudus, Semarang, dan masih banyak lagi.

Hingga saat ini, Tunari masih sering dipercaya untuk menjaga rumah praktik Herman selama beberapa waktu untuk menggantikannya. Tunari menyebutkan, perjalanannya menjadi tukang pijat merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa.

"Semua pekerjaan yang kita lakukan hanya ingin mencari berkah dari Allah, untuk rezeki yang banyak itu bonusnya," tutur Tunari.