Brilio.net - Sebanyak 16 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia baru-baru ini lolos ke babak final Writing Competition yang digelar Djarum Foundation. Para Beswan Djarum (sebutan bagi mahasiswa penerima program Djarum Beasiswa Plus) ini begitu antusias saat menyampaikan presentasi ide dan gagasan mereka di hadapan dewan juri.

Menurut Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation Laksmi LestariWriting Competition ini merupakan program soft skills (keterampilan lunak) lanjutan dari dua soft skills utama yang telah diberikan kepada Beswan Djarum 2017/2018 yakni character building serta leadership development. Mereka telah mendapat pembekalan karakter serta kepemimpinan menjadi sosok pemimpin yang visioner, komunikatif serta membawa pengikutnya menuju perubahan yang lebih baik.

“Saat ini kemampuan literasi di antara generasi muda di era digital maunya cepat dan instan. Lewat kompetisi ini mereka diberikan wadah nggak cuma untuk cari ide tapi juga berpikir cara menggali ide seperti apa,” kata Laksmi kepada Brilio.net di sela final Writing Competition di Hotel Ciputra, Jakarta Barat (4/9).

Beswan Tulis © 2018 brilio.net

Nah penilaian yang dilakukan salah satunya dari segi kebaruan ide atau gagasan. Bukan cuma sekadar inovasi. Nantinya ide tersebut divalidasi dewan juri. “Dari situ dewan juri menilai yang terbaik karena memiliki aspek kebaruan yang lebih baik,” lanjut Laksmi.

Tahun ini menurut Laksmi sengaja dibuat dua kategori sains dan humaniora. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada peserta di bidang sains dan non-sains.

Sementara salah satu anggota dewan juri Bayu Setiono kepada Brilio.net menjelaskan, penilaian dilakukan lebih kepada bagaimana peserta membuat esai dalam menggambarkan ide yang diajukan. “Kerangka berpikir ini yang kemudian cukup lama kita perdebatkan sampai kemudian kerangka berpikirnya disampaikan lewat presentasi,” kata Bayu.

Bayu menilai ajang ini sangat positif untuk meningkatkan literasi generasi milenial yang selama ini sudah dianggap menurun. Lewat ajang ini diharapkan anak-anak muda tetap memiliki kemampuan membaca dan menuangkan ide dan menuliskannya.  

“Kita butuhkan dari calon-calon intelektual seperti mereka. Dalam kampus mereka adalah agen perubahan yang harus mampu menuangkan ide dalam bentuk tulisan dengan kerangka berpikir yang jelas. Kemudian mereka juga harus mampu menampilkannya dalam bentuk presentasi untuk menyampaikannya dengan baik kepada berbagai pihak,” papar Bayu.  

Dari ajang ini dipilih tiga pemenang dari masing-masing kategori. Siapa saja mereka ya? Berikut enam pemenang Writing Competition dan ide-ide inovatif mereka yang berhasil dirangkum Brilio.net.

1. Verana Kartika Sari, ide dari sedotan

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Lewat karya tulisnya berjudul Wujudkan Indonesia Bebas Sampah 2020 Dengan Strategi Reverse Logistic, Verana Kartika Sari mahasiswi Jurusan Teknik Industri Universitas Diponegoro yang menjadi Juara I kategori Humaniora, Budaya dan Ilmu Sosial ini mengajak semua pihak mulai pemerintah, masyarakat dan produsen untuk mewujudkan Indonesia bebas sampah pada 2020.

“Idenya muncul karena saya terbiasa membawa sedotan dari stainless. Bayangkan kalau sedotan plastik itu sekali pakai buang dan itu kan susah sekali terurai. Dari situ muncul ide untuk memanfaatkan limbah plastik. Saya berpikir kenapa nggak ada sistem yang membuat barang itu digunakan secara berulang kali,” ujar Verana kepada Brilio.net.

2. Aulia Rizky Nuraina, demi membantu tunanetra

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Dalam pandangan Aulia Rizky Nuraina, mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga, semua orang berhak terhadap literasi dan ilmu pengetahuan. Tak terkecuali para penyandang tunanetra. Selama ini mereka terbantu dengan adanya buku Braile. Namun buku khusus ini dianggap kurang praktis. Alasannya sih harus menggunakan ruang besar untuk menyimpannya.

Itulah yang menjadi dasar mengapa Juara II Writing Competition kategori Humaniora, Budaya dan Ilmu Sosial ini mengajukan ide tulisan berjudul Penyediaan Audio-Book Bagi Tunanetra Untuk Meningkatkan Literasi Kota Surabaya.

3. Farhanah Tamimiyah, peduli penderita kanker

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Penyakit kanker di Indonesia menyasar semua golongan usia. Penderitnya pun semakin bertambah. Farhanah Tamimiyah mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah menilai penderita kanker khususnya anak-anak umumnya mengalami perubahan fisik dan psikis begitu divonis menderita kanker.  

Lewat karyanya berjudul Biblioterapi Didaktik: Sebagai Inovasi Terapi Mental Dasar bagi Penderita Kanker, Juara III Writing Competition ini melontarkan ide dan inovasi untuk membantu penderita melalui buku dongeng yang disesuaikan dengan kondisi depresi penderita. Melalui biblioterapi yang merupakan proses interaksi dinamis antara kepribadian pembaca dan sastra ini diharapkan bisa memberi motivasi pada otak anak penderita kanker yang nantonya akan berubah menjadi emosi positif.

4. Jowala Parmala Saga, petani zaman now

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Sekarang ini berapa banyak sih anak muda yang berkeinginan menjadi petani? Rasanya sih sedikit banget. Padahal Indonesia disebut negara agraris tapi kok jumlah petaninya semakin sedikit. Inilah yang menjadi pertimbangan Jowala Parmala Saga, mahasiswa Jurusan Manajemen Institut Pertanian Bogor lewat karya tulisnya berjudul Vertixplan: Aplikasi Solusi Pertanian untuk Kids Zaman Now. Melalui aplikasi ini Juara I Writing Competition kategori sains ini ingin mengajak anak muda lebih mencintai sektor pertanian meski mereka tinggal di perkotaan.

Vertixplan sendiri merupakan sebuah aplikasi pertanian terintegrasi yang menggabungkan teknik pertanian vertikultur hortikultura modern, media sosial, dan teknik perawatan tanaman dengan teknologi terkini berbasis smartphone.

“Mengajak anak-anak muda yang tadinya tidak suka pertanian tradisional menjadi suka karena bentuk pertaniannya modern dengan aplikasi ini. Kenapa nggak pertanian kota ini dibawa untuk individu. Mereka bisa bertani tanpa harus turun ke sawah,” kata Jowala. 

5. Anthony Johan, mengatasi limbah batik

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Industri batik di Indonesia semakin berkembang pesat. Bisa dimaklumi sih, batik sebagai salah satu karya feysen asli Indonesia kini makin digemari. Tapi di balik industri batik ternyata menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia lho.

Limbah ini berasal dari zat warna yang digunakan dalam proses membuat kain batik. Ternyata zat warna itu mengandung natfol, zat kimia jenis fenolik yang banyak digunakan untuk mewarnai katun dan krayon. Zat ini berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi mata, mengganggu saluran pernafasan bahkan bisa mengakibatkan kerusakan hati dan ginjal. Serem kan?

Hal itulah yang membuat Anthony Johan, mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro ini mengajukan ide Pemanfaatan Zeolit Alam Teraktivasi Desa Rebug Kemiri Purworejo dan Desa Ngendut Slahaung Ponorogo untuk Absopsi Zat Warna Naftol yang Banyak Digunakan dalam Industri Batik. Lewat gagasannya ini ia pun menyabet Juara II Writing Competition kategori sains.

6. Maria Roswita, memanfaatkan kulit pisang

Juara Beswan © 2018 brilio.net

Siapa sih yang nggak tahu pisang kepok? Pisang ini kerap digunakan untuk bahan kudapan seperti pisang goreng. Maklum, rasanya yang nikmat serta teksturnya yang padat membuat pisang ini favorit untuk dijadikan pisang goreng.

Nah umumnya, olahan makanan ini menyisakan limbah berupa kulit pisang. Tapi tahu nggak sih jika kulit pisang itu justru memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibanding daging buahnya. Tapi ya bukan berarti kamu harus makan kulit pisang ya.

Di tangan orang kreatif, ternyata kulit pisang bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang jauh lebih berguna ketimbang menjadi sampah. Cara inilah yang digunakan Maria Roswita, mahasiswi Jurusan Farmasi Universitas Tanjungpura, Pontianak dengan membuat teh kombucha dari bahan kulit pisang.

Cara inilah yang membuat Maria menyabet Juara III kategori sains lwat karyanya berjudul KOMBUKUSANG (Kombucha Kulit Pisang) Kepok Minuman Sehat Kaya Manfaat. “Saya melihat banyak kulit pisang yang dibuang begitu saja. Saya cari data ternyata kulit pisang itu bisa berguna untuk kesehatan kok,” kata Maria.