Brilio.net - Lahir di Bawen, Semarang, sebagai anak desa, tak menyurutkan Miftachuddin menancapkan cita-cita tinggi.

Salah satunya adalah meneruskan kuliah ke luar negeri. Alhasil beragam cara ditempuh oleh sosok, yang dalam dunia maya menggunakan tambahan nama Arjuna ini. "Bukannya tidak bersyukur. Karena nama dengan satu suku kata agak menyulitkan dalam kancah internasional. Toh saya bisa menjelaskan jika ditanya kenapa memakai nama Arjuna," ungkapnya menjelaskan.

Alhasil, selepas menyelesaikan sarjana di Institut Agama Islam Salatiga (kini STAIN), Miftachuddin mencoba mewujudkan cita-citanya melanjutkan kuliah ke luar negeri.

Berbekal kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni, ia kemudian mencoba mencari beasiswa. Tentu perjuangannya tak mudah. Sosok yang kini mengabdi sebagai dosen di almamaternya ini mengaku mendapatkan banyak sekali rintangan.

"Yang jelas, cita-cita besar tidak akan pernah mudah, hanya orang-orang yang niat dan punya visi hari ini yang akan mendapatkan masa depan," katanya menjelaskan.

Setelah berjuang dengan segenap kemampuan, Miftachuddin akhirnya sukses mendapatkan dua beasiswa untuk meneruskan pendidikan master-nya. Salah satu beasiswa yang dia peroleh adalah Ford Foundation.

Beasiswa ini tergolong prestisius. Sebab, pelamar harus memiliki kriteria prestasi sangat baik ketika menempuh pendidikan S1 dan S2. "Saya ambil untuk melanjutkan studi ke Inggris, di kampus tercinta Manchester University. Kampus yang letaknya diapit oleh dua klub sepakbola Manchester United dan Manchester City," ungkapnya kepada brilio.net.

Pengalaman memperoleh beasiswa dan keberhasilannya sebagai anak desa meneruskan kuliah ke luar negeri kemudian menginspirasinya menuliskan buku, yang diberi judul "Jurus Kuliah ke Luar Negeri" (JKLN). Buku yang berkisah bagaimana dan seperti apa meneruskan kuliah di luar negeri ini.

Miftachuddin © Facebook

Bukunya laris. Selain itu banyak mendapat testimoni dari tokoh nasional, mulai motivator Mery Riana, entrepneur Muhammad Assad, sampai Menteri ESDM Ignatius Jonan mengapresiasi bukunya.

"Saya ingin berbagi pengalaman dan memotivasi mahasiswa yang ingin meneruskan kuliah ke luar negeri," ujarnya. Selain dalam buku, Miftachuddin, juga kerap membagikan pengalamannya secara langsung melalui berbagai kegiatan seminar.

Salah satu yang sedang ia rancang adalah menciptakan konsep dan strategi persiapan bagaimana menjadi peraih beasiswa luar negeri yang 'anti gagal' bersama Inspira Solution, lembaga bimbingan kuliah ke luar negeri.

"Saya sudah membuktikan sendiri tentang apa yang saya katakan dan tulis, 'walk the talk'. Banyak mahasiswa gagal kuliah ke luar negeri bukan karena tidak mampu tapi kurang berusaha," ungkapnya.

Menurutnya, untuk mendapatkan beasiswa, mahasiswa setidaknya mengenali sejumlah syarat-syarat, di antaranya mempersiapkan riset, persiapan diri, seleksi dan lainnya. "Riset itu penting untuk menentukan jurusan, kampus dan negara yang dituju," ujarnya.

Ia berharap, usahanya membantu mahasiswa-mahasiswa belajar ke luar negeri bersama Inspira Solution akan memberikan manfaat yang lebih luas lagi bagi yang membutuhkan. "Teman-teman mahasiswa yang ingin mendapatkan tips beasiswa dari saya bisa melalui Inspira Solution, saya akan berbagi pengalaman lebih di sana."