Brilio.net - Indonesia baru saja kehilangan salah satu sosok paling berjasa dalam sejarah bangsa. Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie meninggal dunia pada Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya.

Tercatat, BJ Habibie telah melakukan banyak jasa bagi kemajuan Indonesia semasa dia hidup. Mulai dari Bapak Demokrasi hingga dijuluki sebagai Bapak Teknologi Bangsa. Mengingat jasanya yang bergitu besar terhadap bangsa sosok kharismatik dan inspiratif ini akan terus dikenang meski telah tiada.

Kepergian Habibie meninggalkan duka mendalam bagi semua kalangan, termasuk Mahfud MD. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut mengenang sosok BJ Habibie sebagai telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional karena prestasi dan reputasinya sebagai ilmuwan kelas dunia.

"Bangsa kita telah kehilangan seorang Bapak Bangsa yang sangat membanggakan. Beliau juga menjadi kebanggaan kaum muslimin Indonesia karena ketika orang Islam masih dianggap kolot dia menjadi contoh bahwa orang Islam bisa hebat dan tidak perlu inferior," kata Mahfud di akun twitter-nya @mohmahfudmd.

Menurut Mahfud, BJ Habibie adalah ilmuwan muslim yang taat beribadah. Dari sosok dialah lahir ungkapan integrasi 'Iptek dan Imtaq', ilmu pengetahuan dan iman serta taqwa.

"Habibie dijadikan role model generasi muda Islam dengan ungkapan 'berotak Jerman, berhati Mekkah'. Allahummaghfirlahu warhamhu..." kata Mahfud.

Mahfud juga menilai, untuk bangsa Indonesia Habibie adalah penyelamat dan pembangun negara. Ketika Pak Harto lengser sebagai Presiden pada Mei 1998 maka Wapres BJ Habibie jadi Presiden sesuai dengan konstitusi.

"Dia didemo dan dihujat karena dianggap kroni Pak Harto tapi dia bertahan dengan sabar tegar menyelamatkan negara," ujarnya.

Mahfud menambahkan sosok BJ Habibie sebagai negarawan. Ia mengatakan sebenarnya menurut konstitusi, BJ Habibie berhak menjabat Presiden sampai tahun 2003. Tapi dia segera mengumumkan diadakannya Pemilu demokratis agar rakyat memilih Wakil Rakyat dan Presiden baru.

"Dia hanya memilih menjadi Presiden yang bisa mengantarkan pemilu agar rakyat memilih pemimpinnya. Sebenarnya Habibie berpeluang besar untuk dipilih jadi Presiden lagi oleh MPR pd tahun 1999 tapi dengan kesatria dia tidak mau dicalonkan lagi karena pertanggungjawabannya terkait Referendum di Timtim ditolak oleh MPR," jelasnya.

"Pak Habibie, beristirahatlah dengan tenang di sisi-Nya. Namamu selalu di hati kami," pungkas Mahfud.