Brilio.net - Mendapatkan keistimewaan dari negara karena bagian dari keluarga pejabat tentunya bukan suatu yang asing lagi. Namun meski demikian tak semua pejabat menginginkan keistimewaan tersebut. Ada di antara mereka bahkan tak memanfaatkan keistimewaan tersebut.

Padahal jika dilihat mereka bisa saja melakukan hal itu karena sang Ayah merupakan pejabat negara yang memiliki kekuasaan besar dan banyak akses untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Namun salut, mereka tak melakukan hal itu dan masih memahami aturan yang ada.

Nah siapa saja mereka yang tak memanfaatkan keistimewaan sebagai keluarga pejabat? Berikut lansiran brilio.net dari merdeka.com, Rabu (19/6).

1. Istri Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat) ikut antre daftar SMA.

Instagram/@ridwankamil © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@ridwankamil

Ridwan Kamil merupakan Gubernur Jawa Barat yang cukup tersohor. Menariknya, Kang Emil memiliki keluarga yang tak manja, hal ini ditunjukkan oleh sang istri Atalia Praratya. Di mana ia ikut mengantri saat mendaftarkan anaknya Camilia Laetitia Azzahra di SMA Negeri 3 Bandung.

Diketahui saat itu Atalia mendapat nomor antrea 197. Padahal ia sudah datang ke sekolah sekitar pukul 08.00 WIB. Atalia mengantre hingga pukul 11.00 WIB untuk mendaftar di SMA favorit tersebut, ia bergabung dengan orangtua murid lainnya.

"Enggak apa-apa demi anak mah. Luar biasa karena memang animo masyarakat terkait sekolah-sekolah negeri luar biasa tinggi. Jadi saya juga memantau SMA 2 dan lain-lain begitu ngantre," kata Atalia yang dilansir dari merdeka.com, Rabu (19/6).

2. Anak pejabat tak diterima di sekolah favorit.

Instagram/@ridwankamil © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@ridwankamil

Masih dari keluarga Ridwan Kamil, beberapa waktu lalu Ridwan Kamil curhat di Facebook-nya, ia menceritakan mengenai anaknya yang tak diterima di SMP negeri Bandung.

"Zara, anak perempuan saya, NEM-nya bagus dan mendaftar ke SMPN 2 Bandung. Namun ia tidak diterima karena tergerser oleh sistem zonasi PPDB Kota Bandung versi awal sebelum yang sekarang," ujar Ridwan Kamil.

Kang Emil juga menjelaskan bahwa sang anak menangis dan bertanya-tanya mengapa dirinya tak diterima. Dengan sabar Kang Emil menjelaskan pada anaknya bahwa sebuah peraturan haruslah dihormati.

"Anda kan Walikota, Anda kan punya kuasa, bisa kali nyelipin buat anaknya sendiri. Masa tega ama anaknya sendir?!" Akan tetapi, omongan itu tidak dia hiraukan.

Ridwan Kamil dan istri sepakat untuk tidak menyalah gunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi.

"Nilai hidup apa yang akan menempel seumur hidupnya Zara, jika ia kami paksa masuk. Maka Ia akan meyakini bahwa berbohong itu boleh. Nauzubillah. Zara kini bahagia dan gembira sekolah di SMP swasta. Semoga ini menjadi hikmah, bahwa mungkin kita tidak menyukai sebuah aturan yang membuat kita di pihak yang kalah. Namun aturan tetaplah aturan. Kesuksesan tidak selalu harus dengan bersekolah di negeri. Mari kita hormati," ujarnya.

3. Anak Presiden ikut tes CPNS.

Instagram/@ayanggkahiyang © 2019 brilio.net

foto: Instagram/@ayanggkahiyang

Anak perempuan semata wayang Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu rela ikut tes CPNS bersama peserta lainnya. Di mana tak ada perbedaan antara dirinya dan peserta lainnya. Kahiyang ikut tes CPNS di Gedung Bakorwil Surakarta.

Sama seperti yang lainnya, ia juga harus mengerjakan ratusan soal tes, namun ia hanya berhasil menyelesaikan 100 soal saja. Alhasil Kahiyang hanya mendapatkan skor 300.

Meski dirinya telah mengikuti serangkaian tes, namun Kahiyang tetap dinyatakan tidak lulus. Kepala Pengembangan BKD Pemerintah Kota (Pemkot) Solo Lancer S Naibaho mengatakan, dengan skor 300 itu posisi Kahiyang Ayu dalam test CPNS ini belumlah berada di zona aman.

"Skor tertinggi dalam penerimaan CPNS ini adalah 450-500. Angka tersebut (300) belum bisa menentukan apakah diterima atau belum, tergantung dari formasinya," katanya.

4. Anak seorang Kapolri tak dapat keistimewaan.

merdeka.com © 2019 brilio.net

foto: merdeka.com

Pada tahun 2014 silam, Danny Tri Sespianto Arif sempat menjadi sorotan. Pasalnya ia adalah putra dari Kapolri Jenderal Sutarman. Danny mengikuti jejak sang ayah untuk menjadi seorang polisi. Ia memulainya dengan masuk Akademi Kepolisian (Akpol). Selama Danny di Akpol, ia kerap kali bertemu ayahnya, yang saat itu menjabat sebagai Kapolri.

Meskipun ayahnya merupakan seorang terpandang kala itu, namun tak membuat dirinya menja dan menggunakan kesempatan untuk tidak perlu repot-repot mengikuti berbagai kegiatan di Akpol. Namun justru sebaliknya, Danny mengikuti segala tes di Akpol, termasuk dihukum jika ada kesalahan. Tidak ada perbedaan dengan anak-anak Akpol lainnya.

"Orangtua saya ya saya pandang sebagai orangtua, tanpa saya pandang jabatannya. Saya juga enggak mendapat keistimewaan apapun di Akpol. Kalaupun dihukum, ya saya dihukum sama seperti teman-teman yang lain," kata Danny yang dilansir dari merdeka.com, Rabu (19/6).