Brilio.net - Nama Sulaiman bin Mihran al-Asadi al-Kahali Abu Muhammad al-Kufi al-A'masy atau kerap dipanggil dengan Al-A'masy ini adalah seorang perawi hadis, ahli Alquran dan ulama yang tinggal di Kufah, Irak. Al-A'masy termasuk golongan tabi'in yang terakhir. Ia adalah seorang yang tepercaya dalam meriwayatkan hadis.

Selama hidup, ada kisah menarik tentang Al-A'masy. Pada suatu hari Syekh Al-A'masy keluar dari rumahnya saat subuh. Dalam perjalanannya, Al-A'masy melewati sebuah masjid yang bernama Bani As'ad. Pada saat itu Al-A'masy mendengar seorang muazin mengumandangkan azan salat subuh. Ia pun bergegas ke dalam masjid untuk ikut salat jamaah.

Seperti diketahui bahwa salat subuh terdiri dari dua rekaat. Saat Al-A'masy mengikuti jamaah subuh di masjid tersebut, sang imam membaca surat Al Baqarah pada rekaat pertama. Sementara pada rekaat kedua, sang imam juga membaca surat panjang yaitu Ali Imran.

Setelah salat subuh, Al-A'masy berkata sang imam agar ia memperingan bacaan salatnya. Hal tersebut ia lakukan karena Al-A'masy melihat ada beberapa jamaah yang sudah tua dan ada juga orang yang memiliki keperluan lain untuk segera dilaksanakan.

Kisah tersebut ditulis dalam sebuah kitab Akbar al-Hamqa wa al-Mughaffalin.

Dari Mundil bin Ali berkata: "Suatu hari al-A'masy keluar dari rumahnya di saat subuh. Ia melintasi Masjid Bani As'ad dan ketika itu muazin sedang mengumandangkan azan salat. Ia masuk ke masjid untuk ikut salat. Di rakaat pertama, imam salat membukanya dengan membaca Al-Baqarah, dan di rakaat kedua membaca Ali 'Imran."

Selesai salat, al-A'masy berkata pada imam itu: "Tidakkah kau takut kepada Allah? Tidakkah kau mendengar hadis Rasulullah SAW: 'Barangsiapa yang menjadi imam (salat), hendaknya ia memperingan, sebab di belakangnya ada orang yang sudah tua, orang yang lemah dan orang yang mempunyai keperluan'."

Seperti brilio.net kutip dari laman NU Online bahwa apa yang dilakukan Syekh Al-A'masy saat itu berdasarkan dengan hadis Nabi.

"Barangsiapa yang menjadi imam (salat), hendaknya ia memperingan, sebab di belakangnya ada orang yang sudah tua, orang yang lemah dan orang yang mempunyai keperluan." (HR Bukhari).

Kandungan hadis tersebut membawa pesan tentang pentingnya memahami manusia. Tidak semua manusia memiliki keadaan yang sama. Karena itu, Rasulullah menegur keras imam salat yang tidak mengerti jamaahnya. Di antara jamaahnya ada orang yang sudah tua, anak kecil, orang yang berkeperluan, dan lain sebagainya. Mereka memiliki problemnya masing-masing.

Rasulullah SAW juga menyarankan untuk jangan berlebih-lebihan dalam beragama. Beliau bersabda (HR Imam al-Bukhari):

"Sesungguhnya agama itu mudah. Tidaklah orang yang mempersulit (berlebih-lebihan dalam) beragama, melainkan ia akan dikalahkan. Maka, laksanakan (dengan semestinya), dekatilah (semestinya), dan berbahagialah (dengan pahalaNya). Dan mohon pertolongan di waktu pagi, petang dan sebagian malam."

Maksud dari hadis tersebut adalah "agama itu mudah" bukan berarti menganggap mudah pengamalan agama, tetapi mencari titik kenyamanan dalam mengamalkannya sesuai dengan ukuran diri kita. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, bahwa ukuran diri manusia berbeda-beda.

Jika kita berusaha mempersulit (berlebih-lebihan) dalam agama, bisa dipastikan kita kalah dengan sendirinya. Sebab, berlebih-lebihan yang disengaja akan memberi tekanan kuat terhadap kesehatan jiwa, di samping "berlebih-lebihan" itu identik dengan pemaksaan dalam taraf yang keterlaluan.