Brilio.net - Razia Satpol PP terhadap warung tegal milik Saeni di Serang, Banten menjadi viral di media sejak beberapa hari lalu. Ketika itu, Saeni sampai menangis saat semua dagangannya diangkut Satpol PP. Bahkan, akibat kejadian tersebut para netizen menggalang dana hingga tembus Rp 200 juta. Tak ketinggalan, Presiden Joko Widodo juga ikut memberikan sumbangan berupa uang tunai Rp 10 juta.

Hingga kini respons netizen masih ramai di media sosial. Berbagai pengalaman pribadi terkait puasa Ramadan bermunculan. Salah satunya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pengalamannya ketika di medan perang dan dibagikan melalui akun Facebook pribadinya.

"Bicara tentang puasa, saya teringat kepada salah seorang anak buah yang rajin berpuasa walau saat sedang berada di tengah medan perang. Namanya, Sersan Mayor Durman, Caraka saya di Kompi A Denpur-1/Parako dalam operasi tempur di Timor Portugis tahun 1975 – 1976," tulis Luhut di akunnya seperti dikutip brilio.net, Rabu (15/6).

Menurut cerita Luhut, sepanjang berlangsungnya operasi, Durman tetap menjalankan ibadah puasa. Padahal perlengkapan perang yang digendongnya sangat berat.

"Kala itu, perlengkapan yang dibawa setiap prajurit memang cukup berat. Beberapa diantaranya berupa senapan otomatis AK-47, 750 butir peluru kaliber 7,62 mm, 3 magasin lengkung, 2 granat, bekal makan untuk beberapa hari, baju loreng, kaos, sepatu lapangan, dan topi rimba. Belum lagi setiap regu masih harus membawa senapan mesin RPD, peluncur roket RPG-2 buatan Yugoslavia, 60 peluru roket 90 mm, penyembur api lengkap dengan 5 mortir dan 18 butir peluru," terang dia.

Lanjut dia, operasi di Timor Timor (kini Timor Leste) itu terbilang cukup berat. Banyak parajurit gugur di medan laga. Selama 5 bulan operasi, pertempuran hampir setiap hari. Pasukan Fretilin, lawannya mempunyai motivasi tempur tinggi, kemampuan serta disiplin menembak prima, dan menguasai medan dengan sempurna.

"Kami di Kompi A mengawali operasi ini pada tanggal 7 Desember 1975 dengan kekuatan 110 orang prajurit. Tapi pada Maret 1976, jumlahnya bersisa menjadi 80 orang saja," tambanya.

Luhut mengungkapkan makanan yang mereka makan adalah bekal makanan kaleng T-1. Meski begitu, Durman tetap melaksanakan puasanya penuh.

"Setiap siang Durman dengan setianya membukakan kaleng makanan dan menyodorkannya kepada saya. Ada kalanya juga kami memasak makanan sendiri ketika merasa bosan dengan menu ransum tempur itu. Namun apapun menu kami, Durman tetap berpuasa dan tidak pernah batal," kenang Luhut.

KLIK NEXT untuk mengetahui motivasi Durman tetap puasa di medan perang.

2 dari 2 halaman

Luhut mengaku merasa penasaran sekaligus kagum dengan sikap Durman. Anak buahnya itu menyatakan ingin lebih dekat dengan Tuhan.

"Biar lebih dekat dengan Tuhan," ujar Luhut menirukan jawaban Durman kala itu.

Luhut menilai jawaban itu menunjukkan ketaatan Durman terhadap perintah Tuhan. Di samping itu, Durman juga telah menunjukkan penghormatannya kepada tugas negara.

"Anak buah saya ini sekarang tinggal di Banten. Terakhir kami bertemu di acara reuni tahun lalu di Cijantung. Jika ada kesempatan, saya ingin Durman dapat menceritakan pengalamannya kepada Saudara-Saudari sekalian sehingga kita dapat belajar bahwa betapa indahnya harmoni di negeri ini jika kita dapat saling menghormati. Saya percaya, menghormati sesama manusia adalah juga bagian dari ibadah," pungkas dia.