Brilio.net - Perjuangan tidak akan mengkhianati hasil. Ungkapan ini sangat tepat disematkan pada kisah perjalanan dr Wahyu Triasmara, pendiri sekaligus pencipta beragam produk DRW Skincare. Sebelum sukses seperti sekarang, ia harus menjalani proses panjang dan jalan berliku.

Usai lulus kedokteran pada tahun 2010, ia mulai bekerja di dua rumah sakit swasta di Purworejo, Jawa Tengah. Di salah satu rumah sakit tersebut, ia bekerja menyediakan pelayanan estetika. Pekerjaan ini awalnya ia jalani dengan terpaksa karena dokter penanggung jawab sebelumnya mengundurkan diri.

“Sebenarnya agak terpaksa. Tapi itu menjadi berkah buat saya dikemudian hari. Di situ saya belajar lebih banyak disiplin ilmu, khususnya di bidang estetika,” ujarnya.

Setelah dua tahun bekerja, Wahyu berhasil mengumpulkan tabungan sekitar Rp 50 juta. Saat itu ia berencana meneruskan pendidikan spesialis obstetri ginekologi atau kandungan. Tekadnya begitu kuat untuk sekolah lagi. Hanya saja tabungan yang ia kumpulkan belum cukup untuk biaya pendidikannya. Ia pun memutar otak mendapatkan tambahan uang.

Sosok dr Wahyu Triasmara © 2020 brilio.net

“Saat itu saya belum menikah. Lalu bertemu dengan teman SMP, menawarkan bisnis investasi dan emas. Dari situlah, awal mula datangnya malapetaka bagi saya,” jelas Wahyu.

Wahyu yang tergiur iming-iming hasil besar, akhirnya menginvestasikan semua tabungan miliknya. Ia percayakan untuk diinvestasikan pada temannya tersebut. Saat itu ia berpikir dengan berinvestasi akan menghasilkan lebih banyak uang, sehingga dapat cepat sekolah spesialisi. 

Dua bulan pertama ia mendapat hasil yang cukup menggiurkan. Namun ia tak pernah mengambil hasil investasi itu. Ia justru menginvestasikan kembali dalam jumlah yang lebih besar dari sebelumnya. Malah ia juga mengajak rekan-rekannya untuk bergabung. 

“Saya ajak teman-teman di rumah sakit. Ada bidan, perawat. Saya juga mengajak teman-teman waktu sekolah, teman kuliah. Bahkan orangtua saya dengan jerih payahnya mendapatkan uang pensiun. Saya investasikan kepada teman saya tersebut,” kisahnya.

Malapetaka itu datang

Sosok dr Wahyu Triasmara © 2020 brilio.net

Tak disangka, tiga bulan selanjutnya semua uang yang jumlahnya hampir Rp 850 juta raib tak tersisa. Temannya yang ia percaya itu hilang entah ke mana. Musibah ini menjadi pukulan hebat baginya. Wahyu tak menyangka, ia harus menerima cobaan mengerikan seperti itu. Bahkan ia sendiri tak pernah melihat dan menyentuh uang sebanyak itu.

“Jadi setiap dapat uang dari teman, saya langsung transfer ke teman saya tersebut. Jadi benar-benar uang tersebut hilang raib. Belum pernah sedikit pun teman-teman saya mendapatkan bagi hasil dari investasi tersebut,” ujarnya.

Peristiwa itu sempat membuatnya terpukul dan stres berat. Ia tak mampu jujur menceritakan pada orangtuanya karena tak mau merepotkan dan berimbas buruk pada mereka. Saat itu, hanya ada satu orang tempat ia berkeluh kesah, Nita Yulianti, yang saat ini menjadi istrinya.

Nita tak henti-hentinya menyemangati Wahyu untuk tidak larut dalam kesedihan. Nita juga yang membantu Wahyu bangkit dan meyakinkannya berani mengejar cita-citanya sebagai dokter spesialis.

Berkat dukungan Nita, Wahyu akhirnya berani berkomitmen mengembalikan uang rekan-rekannya yang raib. Setelah pertemuan pertama dengan Nita, setahun kemudian mereka menikah. “Itu adalah pernikahan yang kami rintis semuanya dari minus. Kami berjuang bersama untuk melewati masa-masa sulit,” kenangnya.

Mulai berbisnis, kulakan dan tidur di masjid

Sosok dr Wahyu Triasmara © 2020 brilio.net

Tak lama setelah menikah, mereka memutuskan berbisnis jualan online pakaian dan jilbab. Mereka juga sempat menjadi reseller di beberapa penjual lain di Jakarta. Setiap dua kali dalam sebulan, pasangan muda ini kulakan di Pasar Tegal Gebug, Cirebon.  Di sana, mereka bahkan rela tidur di masjid karena pasar tersebut hanya buka satu minggu sekali. “Setelah hampir dua tahun menjalani bisnis pakaian, kami sempat terlena. Dua tahun menikah, kami tak kunjung diberikan momongan,” kata Wahyu.

Menyadari itu, pasangan ini menjalani program hamil di mana istrinya diharuskan mengonsumsi obat-obat hormon. Ternyata hal itu berdampak pada wajah Nita yang mulai ditumbuhi jerawat. Mereka sempat melakukan pemeriksaan ke beberapa dokter, termasuk memakai racikan dari rumah sakit tempat Wahyu bekerja, tetapi tak membuahkan hasil.

Wahyu akhirnya mencoba membuat racikan sendiri untuk digunakan pada istrinya. Ternyata, racikan tersebut memberikan hasil pada istrinya yang sedang dalam program hamil. “Alhamdulillah jerawatnya bisa sembuh,” jelasnya.

Dari situ, harapan mulai terlihat. Beberapa keluarga dan teman-teman istrinya tertarik mencoba krim racikan Wahyu. Pada tahun 2014, Wahyu berani menjual produk skincare yang ia buat dengan nama DR Skincare. Produk ini cukup diminati di Kalimantan Timur, karena di sana banyak keluarga Wahyu yang menggunakannya. 

Lahirnya DRW Skincare

Sosok dr Wahyu Triasmara © 2020 brilio.net

Setahun kemudian, Wahyu dan istrinya membuat jaringan bisnis online prosefional dan mendaftarkan produknya ke BPOM. Sempat terkendala dalam proses pendaftaran, sebab BPOM tak bisa menerima merek DR Skincare. Nita menyarankan untuk menambahkan huruf W di belakang DR menjadi DRW yang merupakan akronim nama suaminya. Akhirnya, nama DRW Skincare disetujui BPOM.

“Dari situlah hadirnya nama DRW Skincare dengan memiliki jaringan bisnis online yang waktu itu berkembang dari satu orang, dua orang, pada akhirnya hampir satu tahun seratus orang,” jelas Wahyu.

Pada 2019, jaringan bisnisnya telah memiliki hampir 10 ribu beauty consultant terpercaya yang tersebar di seluruh Indonesia. Perjalanan DRW Skincare dari tahun 2015 hingga saat ini, berhasil membangun klinik sederhana di Kota Purworejo. Klinik DRW Skincare ini digunakan sebagai pelayanan perawatan masyarakat sekitar. Kemudian pada 2017, klinik kedua ia dirikan di Kutoarjo. Setahun kemudian, banyak reseller DRW Skincare yang mempercayakan perawatannya pada DRW Skincare.  

Kehadiran dan keberhasilan DRW Skincare lahir dari pergulatan pengalaman pahit di masa lalu. Kisah yang dialami Wahyu mengajarkan banyak orang untuk tidak menyerah. Selalu ada harapan di setiap persoalan dan selalu ada cobaan yang layak dijadikan pelajaran.