Kisah perjalanan hidup seseorang tentu tidak selamanya mulus. Untuk meraih kesuksesan dan kebahagian, tentu harus melewati berbagai lika-liku kehidupan dulu sebelumnya.

Seperti halnya kisah salah seorang gadis yang berasal dari Papua ini. Kisah yang menyayat hati hadir dari seorang siswa Pusdik Kowad bernama Elizabeth Mansum. Gadis muda ini sempat dipaksa menikah muda sesuai adat setempat.

Lantaran tidak berasal dari keluarga berada, orang tuanya melarang untuk mengikuti tes Korps Wanita TNI Angkatan Darat (Kowad). Untuk makan saja susah dan harus utang, apalagi mengurus biaya tes.

Elizabeth pun kerap menerima cacian dan dijatuhkan semangatnya. Lantas ia pun memberanikan diri pergi dari rumah. Elizabeth menginap di Kodam tanpa memberi tahu orang tuanya.

Serangkaian tes di Kodam berhasil dilaluinya. Elizabeth pun dikirim ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan. Meski begitu, orang tuanya masih saja tak percaya anaknya tinggal di Kodam.

Hingga Elizabeth pun menangis di malam hari. Mengadu ke orang tua, esok adalah hari terakhirnya bertemu keluarga di Papua.

Dilansir brilio.net dari video YouTube TNI AD, Selasa (6/7), semasa kecilnya, Elizabeth Mansum kerap menjumpai para tentara di Komando Daerah Militer XVIII/Kasuari. Diakuinya penampilan para TNI tampak memukau dan menjadikan penyemangat bagi Elizabeth. Begitu polosnya kala itu, Elizabeth menyebut ingin bisa berseragam 'kacang hijau'.

<img style=

foto: YouTube/TNI AD

 

"Sebetulnya saya dari kecil, dulu ketika lihat di Manokwari ada Batalyon, sebelum jadi Kodam XVIII/Kasuari. Ada bapak-bapak tentara baju loreng, saya ingin sekali bisa memakai juga. Itu jadi cita-cita saya. Saya nggak tahu namanya waktu itu, cuma bilang 'baju kacang hijau'," kata Elizabeth seperti dikutip dari kanal YouTube TNI AD.

Keinginan besar Elizabeth kian memuncak seiring tahun. Sayang kedua orang tuanya kala itu selalu menolak mentah-mentah dengan alasan fisik.

"Saya izin, tapi orang tua nggak ngizinin. Katanya fisik saya lemah. Di situ saya berusaha untuk tetap tes Kowad. Tujuan saya biar bisa jadi tulang punggung keluarga," tangisnya.

<img style=

foto: YouTube/TNI AD

 

Sekian kali Elizabeth menerima cacian dari kedua orang tuanya. Tak ada dukungan sama sekali.

Apalagi melihat kondisi keluarga yang kesusahan. Hal itulah yang sebenarnya menguatkan Elizabeth, ingin bisa meningkatkan derajat keluarga.

"Orang tua tidak setuju. Kadang saya dimarahi, dicaci maki. 'Buat apa tes Kowad. Kita makan saja sudah susah, orang tua kadang pinjam uang, jadi buat apa?'. Kata papa saya tes Kowad itu butuh biaya yang banyak. Tapi saya menjelaskan TNI itu tidak perlu biaya," papar Elizabeth.

"Tapi di situ orang tua menjatuhkan saya, mereka tidak mendukung saya. Saya bilang kepada kedua orang tua saya, bagi Tuhan semua itu tidak ada yang mustahil," imbuhnya.

<img style=

foto: YouTube/TNI AD

 

Kesempatan berharga, Elizabeth mengaku senang bisa berjumpa dengan istri dari Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa, Diah Erwiany (Hetty).

"Ibu Hetty bilang, puji Tuhan akhirnya saya tidak jadi menikah dan saya diterima menjadi Kowad," ujar Elizabeth.

"Kenapa (dinikahi)? Kamu kan masih kecil?" tanya Hetty.

"Siap, karena adat di sana begitu. Masih muda ditunangkan," tuturnya.

Sebelum berpisah, Hetty pun tak lupa memberi semangat dan pesan untuk Elizabeth.

"Jadi kamu bersyukur dong bisa masuk Kowad. Tapi nanti kalau kamu kembali ke sana (Papua), membangun. Membantu semua anak-anak gadis di sana untuk sekolah. Maju dulu, habis lulus jadi bisa bermanfaat," ungkap Hetty.

Elizabeth selalu dipojokkan dengan pertanyaan yang sama. Ia kerap disuruh lekas menikah. Tapi di sisi lain, Elizabeth masih ingin menggapai cita-citanya.

<img style=

foto: YouTube/TNI AD

 

"Mereka sering bicara-bicara saya, 'Kapan kamu nikah, kapan nikah?', Tapi saya hanya fokus gimana caranya supaya saya bisa sukses dan membanggakan orang tua saya. Karena bapak saya tidak punya pekerjaan. Kadang sakit," ujar Elizabeth.

Apalagi melihat kondisi adiknya yang keburu hamil. Sontak rasa ingin membanggakan orang tua kembali menggebu.

"Awalnya orang tua mengharapkan adik saya yang cewek, cuma karena hamil akhirnya dia nikah. Di situ saya melihat di antara kita belum ada yang bisa membanggakan keluarga. Saya pun terus fokus berusaha, berdoa, berdoa, minta yang terbaik dari Tuhan," imbuhnya.

Seusai tamat sekolah, Elizabeth pun memutuskan untuk membantu di gereja. Di sana ia banyak memanjatkan doa memohon petunjuk dan jalan terbaik.

"Saya tamat dari sekolah, pekerjaan sehari-hari saya membantu di gereja. Di situ kadang saya berdoa, 'Tuhan bantu saya. Saya ingin jadi orang yang sukses'," tukas Elizabeth.

<img style=

foto: YouTube/TNI AD

 

Seraya nekat kabur dari rumah, Elizabeth yang masih dicegah untuk mengikuti tes Kowad pun berani pergi ke Kodam. Selama beberapa hari ia menginap di sana dan mengikuti serangkaian tes. Sayangnya keluarga betul-betul mengabaikannya karena tak percaya.

"Puji Tuhan saya diterima. Dan waktu itu saya tidak sempat kasih izin ke orang tua. Saya ditelepon harus cepat ke Kodam. Saya ke Kodam tidak balik-balik dan langsung tinggal di mess. Orang tua saya panik, saya pun jelaskan. Tapi mereka tidak percaya. Karena gosip di kampung," cerita Elizabeth.

Seiring waktu, orang tua Elizabeth masih belum percaya. Hingga tangisnya pun pecah. Ia mengaku harus bertolak ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan Kowad.

Kasih ibu pun luluh juga. Keluarga datang dan ibunda memohon maaf. Tak lupa sang ayah berpesan untuk selalu berbuat baik, tidak sombong dan berdoa kepada Tuhan.

"Saya mengikuti tes dan lulus, dengar hasilnya malam. Saya pun telepon orang tua dan jelaskan, 'Ma, saya diterima dan besok pagi diberangkatkan ke Bandung'. Tapi mereka tidak percaya. Saya pun menangis, bilang ini terakhir kali kita ketemu karena saya mau ikut pendidikan. Akhirnya keluarga mau datang, mama nangis minta maaf," pungkasnya.