Brilio.net - Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie mengembuskan napas terakhirnya pada Rabu (11/9) pukul 18.05 WIB. Setelah beberapa hari menjalani perawatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal pada usia 83 tahun.

Habibie merupakan sosok yang cukup terkenal di Indonesia. Selain pernah menjadi bagian penting negara, BJ Habibie juga dikenal sosok yang cerdas, romantis, dan sangat menginspirasi.

Tak heran jika kisah hidupnya yang diangkat ke layar lebar berhasil mencuri perhatian banyak orang. Cinta yang abadi, cinta yang tak lekang oleh waktu, mungkin itulah sepenggal kalimat yang menggambarkan kisah kasih Bacharuddin Jusuf Habibie dan sang istri, Hasri Ainun Besari.

Meninggalnya Habibie mengingatkan orang akan masa lalunya, karyanya, kisah cintanya, puisi romantis, serta sajak-sajak yang pernah ia buat. Salah satunya adalah sajak yang dibuat pada tahun 1960 di Aachen, Jerman Barat. Sajak tersebut begitu menggetarkan hati.
Kisah di balik sajak Habibie dibikin 1960 di Jerman istimewa

foto: Buku/ Habibie Dari Pare-Pare Lewat Aachen dan Tulisan-tulisan lainnya


Sumpahku!

Terlentang!!!
Djatuh! Perih! Kesal!
Ibu pertiwi
Engkau Pegangan
Dalam perdjalanan
Djandji pusaka dan saksi
Tanah tumpah darahku
Makmur dan sutji!!!


Hantjur badan
Tetap berdjalan
Djiwa besar dan sutji
Membawa aku,...... padamu!!!

Aachen, 12/7/60, djam 23.00
B.J. Rudy Habibie

Sajak BJ Habibie ini masih menggema hingga akhir hayatnya. Sajak tersebut diciptakan Habibie ketika dirinya masih berusia 24 tahun dan masih menjadi mahasiswa di Aachen, Jerman Barat. Kala itu, Habibie terbaring sakit. Penyakit yang dideritanya pun terbilang cukup parah. Ia terserang virus influenza yang menjangkit hingga organ jantungnya.

Habibie mudah akhirnya menjalani perawatan hingga dua tahun lamanya. Sakit yang dideritanya membuat Habibie begitu lemah, bahkan ia mengira bahwa dirinya akan meninggal di negeri orang. Ia pun merasa kesal dengan kodisinya itu, akhirnya kekesalannya diluapkan dalam bentuk sajak.

Menurut buku Habibie Dari Pare-Pare Lewat Aachen dan Tulisan-tulisan lainnya, sajak ini begitu tajam dan memiliki makna yang sangat luar biasa. Isinya memperlihatkan sumpah seorang pemuda untuk bangsa dan negara yang dicintainya dan semua itu telah ditepati oleh BJ. Habibie.