Brilio.net - Berita duka menyelimuti rakyat Indonesia. Pasalnya Presiden ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie wafat pada selasa (11/9), di usia 83 tahun.
Sosok yang akrab disapa BJ Habibie atau Eyang Habibie itu meninggal akibat gagal jantung dan usia yang semakin tua.

Tak hanya sebagai Presiden Republik Indonesia, Habibie juga dikenal dengan karyanya yang luar biasa di bidang dirgantara. Hingga akhir hidupnya, ia telah mengantongi 46 hak paten teknologi dunia. Jasa beliau akan selalu dikenang rakyat Indonesia, bahkan di mata internasional. Hingga ia dijuluki sebagai Mister Crack.

Perjalanannya sebagai teknokrat memang mempunyai kisah unik di dalamnya. Termasuk asal usul julukan tersebut yang baru-baru ini menjadi perbincangan publik. Hal tersebut diperkuat dengan Presiden Joko Widodo yang menyebut Mister Crack dalam acara pemakaman Habibie di akhir pidatonya.

"Saya mengajak untuk mendoakan almarhum, semoga almarhum diterima dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah dan khusnul khatimah. Kepada keluarga semoga Allah senantiasa memberikan ketabahan dan menerima kepergian almarhum dengan iklas dan tawakal," kata Presiden saat memberikan pidato, dikutip dari Liputan6, Rabu (12/9). "Selamat Jalan, Mr Crack, selamat jalan Sang Pionir. Kami akan selalu ingat pesanmu: jangan terlalu banyak diskusi, jangan cengeng, tapi terjunkan ke proses nilai tambah secara konsisten, pasti Indonesia akan terkemuka di Asia Tenggara dan dunia."

alasan penyebutan mister crack Liputan6

foto: Liputan6

Lalu, apa alasan kuat di balik gelar Mister Crack untuk BJ Habibie? Hal ini tak lain dilatarbelakangi kisah yang terjadi pada 1960an. Kala itu terjadi kecelakaan pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104. Habibie yang waktu itu bekerja di perusahaan Hamburger Flugzeugbau (HFB) berhasil menemukan penyebab kecelakaan itu.

Habibie mampu memecahkan permasalahan tersebut dengan menemukan sebuah teori. Dengan teori tersebut, Habibie menghitung rambatan titik kerusakan (crack propagation on random) pada logam pesawat.

Dari sanalah ditemukan Teori Habibie, Faktor Habibie dan Prediksi Habibie. Penemuannya tercantum dalam buku pegangan prinsip ilmu desain pesawat terbang standar Advisory Group for Aerospace Research and Development (NATO). Penemuan tersebutlah yang juga disebut-sebut sebagai penemuan terbesar BJ Habibie dalam dunia penerbangan.