Brilio.net - Nama Hanum Salsabiela Rais tak hanya dikenal sebagai putri tokoh politik Indonesia, Amien Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu. Namanya juga dikenal luas sebagai jurnalis dan novelis andal dengan deretan buku best seller.

Tercatat lima buku sudah dirilis perempuan kelahiran Yogyakarta ini sejak buku pertamanya berjudul Menapak Jejak Amien Rais pada 2010 lalu. 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika adalah buku selanjutnya yang meraih kesuksesan dengan menyandang predikat best seller.

Kedua buku tersebut bahkan diangkat ke layar lebar dengan judul sama. Menggandeng Acha Septriasa dan Abimana Arya sebagai pemeran utama, kedua film tersebut juga meraih kesuksesan yang tak kalah dari versi novelnya.

Hanum Rais  © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@hanumrais

Sebelum dikenal sebagai penulis, Hanum lebih dulu berkecimpung di dunia jurnalistik dengan menjadi presenter dan reporter salah satu stasiun TV swasta. Meskipun anak kedua dari lima bersaudara ini merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dirinya sudah mulai jatuh cinta pada dunia jurnalistik dari seringnya menonton acara berita dari CNN, BBC, dan Aljazira.

Berkecimpung di dunia jurnalistik membuat Hanum Rais menemukan passion yang sesungguhnya, yaitu menulis. Usai menikah dengan Rangga Almahendra pada 2005 silam, Hanum memutuskan berhenti dari dunia pertelevisian dan menyibukkan diri dengan menulis.

"Akhirnya saya baru menyadari bahwa sesungguhnya bukan di dunia pertelevisiannya, tetapi bagaimana saya itu menuangkan hasrat kepenulisan dalam sebuah cerita,” ungkap Hanum Rais saat ditemui brilio.net, Senin (16/4).

Sukses dengan lima buku sebelumnya, kini Hanum Rais kembali membawa karya terbaru dengan judul I am Sarahza yang akan resmi beredar di toko buku seluruh Indonesia pada 1 Mei 2018 mendatang.

Buku ke-6 tersebut menjadi sangat spesial dan emosional bagi Hanum. Berbeda dari buku-buku sebelumnya, 'I am Sarahza' berisi tentang pengalaman pribadinya dan suami dalam menanti kehadiran buah hati selama sebelas tahun lamanya.

Hanum Rais  © 2018 brilio.net

Sampul buku I am Sarahza/foto: Instagram/@hanumrais

Setiap kegagalan melahirkan sebuah karya.

Setelah melepaskan karier presenter dan reporternya, Hanum Rais tak langsung berjibaku dengan karya-karyanya. Perempuan berhijab ini sempat mengutarakan keinginan untuk mendedikasikan dirinya sebagai seorang ibu.

"Saya mau berkarier menjadi ibu karena kan usia juga sudah nambah,” kata perempuan berusia 36 tahun tersebut.

Keinginan tersebut membawa Hanum mengikuti sang suami menempuh pendidikan S3 di Wina, Austria sembari menjalankan program kehamilan dengan memanfaatkan uang beasiswa Rangga.

Hanum Rais  © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@hanumrais

Berada di negara maju ternyata tak menjamin keberhasilan program hamil yang dijalani Hanum. Ia harus menerima kenyataan pahit ketika program bayi tabung dan tiga kali inseminasi ternyata tak membuahkan hasil.

Tinggal di negara orang tanpa saudara, orangtua, dan hanya ditemani sang suami, membuat Hanum dilanda rasa sedih mendalam karena kegagalan tersebut. Apalagi ketika itu tak banyak yang bisa dilakukan Hanum.

"Saya udah nggak mungkin lagi jadi reporter karena nggak bisa bahasa Jerman waktu itu,” cetusnya.

Keinginannya untuk memperdalam ilmu jurnalistik pun harus kandas lantaran basic pendidikan S1-nya sebagai Sarjana Kedokteran. "Inconsistency sekolah itu nggak mungkin di sana (Austria),” imbuh Hanum.

Hal tersebut semakin membulatkan keinginannya untuk menjadi seorang ibu. Namun saat itu pula Hanum harus menemui kegagalan.

Tak mau melihat sang istri larut dalam kesedihan, Rangga membawa Hanum ke sebuah perpustakaan dan memintanya untuk menulis. Dari situlah perempuan berzodiak Taurus ini mulai menemukan formula untuk mengatasi rasa sedih atas kegagalannya menjalankan program hamil dengan cara menulis.

Berawal dari kegetiran dan kegalauan atas kegagalan program hamil, justru mendatangkan ide-ide kreatif bagi Hanum untuk melahirkan buku-bukunya. Menapak Jejak Amien Rais (2010), 99 Cahaya di Langit Eropa (2011), Berjalan di Atas Cahaya (2013), Bulan Terbelah di Langit Amerika (2014), dan Faith and The City (2015) adalah lima buku yang sudah ditulis Hanum melalui penemuan ide kreatif dengan pola yang sama.

"Saya balas dendam dengan bikin buku. Kemudian yang terakhir (buku ke-5) itu saya IVF (bayi tabung) juga gagal,” ujar kakak dari Ahmad Baihaqy Rais ini.

Penghasilan dari royalti buku dan film pun digunakan Hanum dan Rangga untuk biaya program bayi tabung yang tak murah. Ibu satu anak ini mengaku harus mengeluarkan biaya Rp 40-50 juta untuk sekali program bayi tabung.

Sempat merasa putus asa.

Hanum Rais  © 2018 brilio.net

Hanum Rais/foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Tahun demi tahun usia pernikahan bersama Rangga dilewati Hanum dengan perasaan deg-degan. Apalagi usianya yang mulai mendekati kepala tiga namun tak kunjung dikaruniai buah hati, membuat Hanum semakin diliputi rasa takut akan tanda-tanda infertilitas (kemandulan).

Hanum juga sempat merasa down ketika timbul perasaan seperti tertinggal, tersisihkan, dan harapannya pupus saat melihat adik-adiknya sudah memiliki anak. Orang-orang langsung hamil setelah menikah, ditambah lagi pembahasan di grup WhatsApp tentang perkembangan anak teman-temannya.

Tak hanya itu, Hanum juga sempat merasa tertekan tentang pertanyaan mengenai buah hati dari banyak orang. Hal tersebut membuatnya menghindari acara-acara pertemuan keluarga besar maupun koleganya. Hanum juga keluar dari fanpage Facebook yang berisi perempuan-perempuan yang tengah berjuang untuk mendapatkan keturunan.

"Cerita-cerita orang-orang yang sudah berhasil itu lumayan bikin saya deg-degan,” tutur perempuan dengan senyum manis ini.

Secercah harapan sempat muncul pada usia pernikahannya yang ke-9 ketika Hanum diketahui tengah mengandung. Namun rasa bahagia tersebut ternyata hanya singgah sesaat setelah dokter menyatakan bahwa janin yang dikandungnya berada di luar rahim dan harus diangkat pada usia kandungan tujuh minggu.

"Tuba saya harus dipotong, jadi saya harus kehilangan," ungkap Hanum menceritakan pengalaman pahit tersebut.

Berkali-kali gagal menjalani program bayi tabung, inseminasi, dan pengobatan herbal membuat Hanum sempat merasa depresi dan kehilangan arah.

"Saya benar-benar berubah. Lifestyle saya juga berubah,” lanjutnya mengisahkan pengalaman depresi.

Bahkan Hanum menutup diri dari dunia luar dan akses terhadap media sosial selama tiga bulan lamanya. Yang ia lakukan hanya menenangkan diri di rumah, salat, dzikir, mengaji, dan menonton ceramah di TV ditemani sang suami.

Tiga bulan melewati masa depresi, Hanum akhirnya menemukan jalan hidupnya kembali.

"Hingga suatu saat saya merasa cemas, bingung, dan nggak bisa tidur. Rasanya kayak mau mati. Terus saya ke psikiater," jelasnya.

Bertemu dengan psikiater menjadi salah satu titik temu Hanum untuk bangkit, "Alhamdulillahnya Allah masih sayang sama saya, seperti mendapat hidayah," ucapnya lega.

Hingga akhirnya ia mampu bangkit dengan semangat baru dan sempat memiliki keinginan mengadopsi anak dari panti asuhan. Ia juga menjadi lebih mudah pasrah dan ikhlas.

Perjuangan Hanum dan Rangga dalam melewati segala cobaan selama sebelas tahun akhirnya terbayar setelah melewati 5 kali inseminasi, 20 kali terapi herbal, dan 6 kali bayi tabung. Keduanya dikaruniai seorang putri cantik bernama Sarahza Reashira yang lahir pada Desember 2016 lalu.

Hanum Rais  © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@hanumrais

Tak hanya dukungan dari suami tercinta yang membuat Hanum bisa survive dalam melewati masa-masa sulit selama sebelas tahun. Dukungan yang tak pernah putus dari sang ayah dan ibu juga menjadi salah satu faktor utama bagi Hanum hingga bisa melewati segala cobaan tersebut.

Di tengah kesibukannya sebagai tokoh politik, Amien Rais tak pernah absen memberikan dukungan dan berada di samping putri tercinta ketika Hanum mengalami masa sulit. Begitu juga dengan Kusnasriyati yang selalu memberikan nasihat dan mendampingi Hanum selama melewati program hamil.

"Keluarga itu adalah support system buat saya. Jadi saya tidak merasa berjalan sendirian," terangnya.

I am Sarahza bukan hanya bercerita mengenai bagaimana Hanum dan Rangga melewati masa-masa panjang dalam menanti kehadiran sang buah hati. Buku ini juga dipersembahkan Hanum bagi para pejuang kehidupan yang ia artikan sebagai Sarahza agar lebih yakin dengan doa dan usaha yang dilalui.

"Mudah-mudahan itu (buku) yang membuat semua orang lebih semangat,” pungkas Hanum.