Brilio.net - Pekerjaan dengan gaji besar dan kedudukan tinggi tidak langsung diperoleh begitu saja. Tentu harus melewati tahap-tahap dari bukan siapa-siapa hingga akhirnya bisa menjadi seseorang yang dipandang.

Itulah yang dialami oleh Ali Sonko, seorang pencuci piring di sebuah restoran terkenal di dunia yang berada di Denmark. Selama 14 tahun ia dedikasikan hidupnya untuk bekerja di restoran itu sebagai pencuci piring hingga akhirnya kini ia bisa menjadi seorang bos di restoran itu juga.

Dilansir brilio.net dari The Washington, Rabu (8/3) manajemen Noma, nama restoran tersebut, memberikan kehormatan kepada imigran asal Gambia untuk menjadi salah satu bos dari tiga bos di restoran terkenal di dunia itu.

Ali © Istimewa

Di hadapan para tamu undangan dalam perayaan pembukaan restoran baru Noma, pendiri restoran Rene Redzepi mengatakan bahwa Ali adalah sosok yang sangat penting di restoran miliknya, bahkan ia mengatakan Ali adalah jantung sekaligus jiwa bagi restoran tersebut.

“Orang sulit menghargai betapa beruntungnya memiliki Ali yang bekerja untuk kami. Dia selalu tersenyum meski harus menghidupi 12 anak," ujarnya.

Ali © Istimewa

Selama 14 tahun itu Ali tidak pernah berpaling dari profesinya sebagai pencuci piring. Atas kerja kerasnya yang sangat bagus, ia dihormati oleh para petingginya bahkan ia mendapatkan gaji tertinggi.

Ali Sonko bersama dengan dua bos lain dari direktur pelayanan, Lau Richter dan manajer James Spreadbury, mendapatkan 10 persen saham restoran Noma. Keputusan Rene Redzepi mengangkat Ali Sonko juga dipengaruhi sejarah keluarganya.

Ali © Istimewa

Ayah Redzepi adalah seorang Muslim Macedonia bernama Ali-Rami Redzepi yang berimigrasi ke Kopenhagen pada awal 1970-an. Dan secara kebetulan Ali-Rami Redzepi, sang ayah, adalah seorang pencuci piring di sebuah kafetaria di Kopenhagen.

Kepada tabloid Denmark, Ali mengatakan merasa sangat terhormat. “Saya sangat bahagia bekerja di sini. Mereka adalah orang-orang terbaik untuk bekerja sama,” ujar Ali.