Brilio.net - Bisa membantu tuna rungu untuk berkomunikasi menjadi satu kesenangan tersendiri bagi Yudi Aditya Nugraha (26). Awalnya, Adit sangat terkesan dengan orang yang bisa berkomunikasi lancar dengan tunarungu, lalu ia pun memilih untuk belajar bahasa isyarat pada 2012 lalu.

Kesulitan yang dihadapi Adit saat belajar bahasa isyarat sama seperti saat belajar bahasa asing. Ia harus menghafalkan isyarat kata hingga struktur kalimat yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Saat menerjemahkan, Adit pun harus melakukan dua hal dalam waktu bersamaan, mendengarkan pembicaraan narasumber dan menerjemahkan untuk tunarungu.

"Jadi belajar bahasa isyarat itu harus langsung dengan tulinya. Padahal buat ketemu tunarungu itu kadang juga sulit untuk mencocokkan jadwal," terang Adit saat ditemui brilio.net beberapa waktu lalu.

Yudi Aditya Nugraha © 2016 brilio.net

Menurut Adit, kesulitan yang ia hadapi adalah memberikan pemahaman kepada tunarungu, karena setiap tunarungu punya kemampuan memahami yang berbeda-beda.

"Kemampuan setiap tuli beda-beda. Ada yang mudah paham, ada yang sulit paham. Nah, kesulitannya itu di bagian menjelaskan agar tunarungu bisa paham," ungkap pemuda asli Bantul yang kini aktif di Komite Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas DIY.

Kesulitan lain yang dihadapi Adit saat menjadi penerjemah bahasa isyarat adalah saat pembicara terlalu cepat berbicara. Tentu hal itu membuat Adit keteteran untuk menerangkan kepada tunarungu.

"Masing ingat banget, pengalaman berkesan saya pas di Solo. Menjadi juru bahasa pas acara teater yang banyak penonton tuli. Padahal waktu itu isyarat saya masih amburadul. Kosakata baru tahu sedikit," terang alumni Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini.