Brilio.net - Kasus ramainya video yang merekam aksi penamparan terhadap seorang petugas bandara di media sosial membuat berang banyak orang. Seorang Ibu berkacamata hitam yang mengaku istri pejabat bintang 1 dengan berani dan arogan menampar Personel Aviation Security pada Rabu (5/7) di Bandara Sam Ratulangi, Manado.

Permasalahannya sebenarnya sepele, hanya karena ibu yang mengaku istri jenderal tersebut diminta melepas jam tangan untuk dimasukkan ke X-Ray, tapi yang bersangkutan tidak bersedia. Sehingga terjadilah keributan dan penamparan pada petugas tersebut.

Melihat aksi arogansi perempuan yang mengaku istri pejabat tadi, rasanya kita semua harus malu jika menengok kisah kesederhanaan jenderal yang satu ini. Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Imam Santoso namanya. Jenderal yang dikenal sebagai polisi paling bersih yang ada di Indonesia ini punya pangkat tidak tanggung-tanggung. Hoegeng merupakan penjabat Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari tahun 1968 - 1971.

Dihimpun brilio.net dari buku Hoegeng: Oase Menyejukkan Di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa, yang ditulis oleh Aris Santoso dkk diceritakan salah satu kisah bagaimana Jenderal Hoegeng mengajarkan sikap kehati-hatian memegang jabatan kepada istrinya, Merry Roeslani.

Dalam buku tersebut dituliskan, ketika Bung Karno mengangkatnya menjadi Dirjen Imigrasi, pertama yang dilakukan oleh Hoegeng sebelum dilantik adalah mengharuskan istrinya untuk menutup toko bunga milik keluarga di Cikini. Ketika istrinya tak mengerti alasan penutupan toko bunga tersebut, Hoegeng menjawab agar jangan sampai semua orang yang berurusan dengan keimigrasian, memesan dan membeli bunga di toko bunga milik istrinya. Sesuatu hal yang bagi Hoegeng tidak adil bagi pemilik toko bunga lainnya.

istri Hoegeng istri Hoegeng

foto: Merry Roeslani, istri (alm) Jenderal (purn) Hoegeng Imam Santoso yang berusia 92 tahun. (tribratanewspekalongankota.com)


Lalu ada lagi kisah ketika Sekretariat Negara memberikan sebuah mobil milik negara untuk tugasnya sebagai Dirjen Imigrasi, Hoegeng menolak. Alasannya sudah ada dua mobil dinas yang dibawa dari kepolisian, dan baginya cukup satu mobil untuk melakukan tugasnya.

Itulah nilai-nilai kehidupan yang seorang jenderal ajarkan kepada istrinya. Jangan memakan hak orang lain apalagi sampai memukul dan melukai orang yang sedang melakukan tugas penegakan hukum, bersikap tak adil dengan orang lain saja tidak mau. Lalu apa iya, sikap pejabat era sekarang ini sudah akut dan tak mengindahkan nilai-nilai yang diajarkan Jenderal Hoegeng? Semoga saja tidak.