Brilio.net - Semua anak yang lahir di dunia ini memang tidak bisa memilih, dari rahim siapa ia lahir. Namun setiap anak bisa mengusahakan masa depannya. Mereka bebas bermimpi untuk menjadi orang sukses di kemudian hari meski kemiskinan menghimpit hidupnya setiap hari.

Semangat itulah yang ditunjukkan oleh Francis Sinaban, anak seorang buruh cuci yang mampu menyelesaikan pendidikannya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Sejak kecil Sinaban sudah bekerja keras banting tulang dan memeras keringat.

Perjuangan hidupnya dimulai sejak tahun 2009. Kala itu Sinaban kehilangan ayahnya yang menderita stroke. Hidupnya terasa makin sulit sehingga memaksanya untuk bekerja lebih keras. Mencuci dan membersihkan botol menjadi kesibukannya sehari-hari waktu itu. Situasi tersebut membuatnya harus berhenti sekolah. "Saya akan mencuci 24 buah botol untuk mendapatkan uang 2 peso," kata pria 25 tahun ini.

Francis Sinaban © 2017 viral4real.com

Tak hanya Sinaban, ibunya, Nida Sinaban, juga ikut bekerja keras demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Sang ibu bekerja sebagai buruh cuci dan mendapatkan uang 200-300 peso atau sekitar Rp 53.000-80.000 per hari. Dari penghasilan tersebut, Nida dapat menyekolahkan dan menyelesaikan pendidikan anaknya hingga SMA.

Teman-teman sekelas Sinaban banyak yang mengejeknya karena ia menjadi lebih tua dari mereka. Namun ejekan tersebut tak pernah menganggu Sinaban untuk terus belajar dengan giat. Alhasil, ia berhasil lulus dengan nilai terbaik dan bisa mendapatkan beasiswa di sebuah universitas swasta. "Saya mendesaknya untuk belajar lagi, tapi dia mengatakan bahwa dia sudah terlalu tua. Saya mengatakan kepadanya bahwa usia bukanlah masalah jika kamu ingin belajar. Saya tidak ingin di amenjadi seorang tukang kayu atau pekerja di lapangan," kata sang ibu seperti dikutip brilio.net dari viral4real, Minggu (16/4).

Kini, semua kerja keras mereka terbayar. Sinaban mampu menyelesaikan studinya di Bachelor of Science in Psychology dengan predikat cumlaude di salah satu universitas di Santiago City, Filipina. "Tidak pernah ada kata terlambat dalam maraton (belajar). Selama kamu memiliki mimpi, kejarlah. Impian akan menjadi sangat jauh jika kamu hanya berdiri dan tak melakukan apa-apa. Tapi jika kamu berjalan, kamu lebih dekat dengan garis finish," ujar Sinaban.

Sosok Francis Sinaban menjadi bukti bahwa meski dilahirkan dari rahim seorang buruh cuci, dirinya mampu mengejar mimpi-mimpinya. Sinaban mampu membalas jerih payah ibunya lewat prestasi bukan dengan berdiam diri dan menyesali hidup yang ia miliki. Salut untuk Francis Sinaban dan ibunya!