Brilio.net - Pariwisata yang digadang sebagai penyumbang devisa negara terbesar nomor dua di Indonesia, sempat lesu dihantam pandemi Corona. Banyak para wisatawan yang membatalkan rencana liburannya. Belum lagi penutupan bandara di sejumlah negara, membuat pariwisata semakin tak berdaya.

Karena situasi tak kunjung membaik, pemerintah pun mengambil langkah dengan mengeluarkan surat edaran tanggal 18 Maret 2020, tentang pemberhentian sementara kegiatan di dalam dan di luar ruangan pada semua sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pembatasan terkait kegiatan pariwisata, pastinya sangat berdampak bagi pendapatan dan juga nasib para karyawan.

Saat sebagian tempat wisata akhirnya tutup untuk selamanya, akan tetapi tak sedikit juga mereka yang memilih untuk bertahan. Tetap mengusahakan yang terbaik dengan berbenah diri dan menyusun strategi ke depan.

Begitulah yang kini sedang diusahakan pengelola wisata Tebing Breksi.

Kholiq Widiyanto, Ketua Pengelola Tebing Breksi, menuturkan, Tebing Breksi ditutup untuk wisata sejak 20 Maret sampai 14 Juli 2020. Selama tutup, mereka membersihkan kawasan wisata dan memperbaiki fasilitas.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Mereka juga menyusun strategi ke depan, untuk berjaga jika destinasi wisata dibuka kembali. Adanya kegiatan pembangunan fisik tersebut di-support dari saving money milik Tebing Breksi.

"Kita sepakat untuk mengembangkan lanskap, menambah fasilitas yang ada di breksi, penataan tempat parkir, membuat musala, membuat pendopo dan toilet. Mengapa demikian? Karena kita harus tetap bergerak dengan sisa kas yang ada," ungkap Kholiq saat ditemui brilio.net pada Selasa (10/11).

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: Instagram/@tebingbreksi_official

Tebing Breksi juga mempersiapkan fasilitas yang berkaitan dengan protokol kesehatan. Seperti menyediakan hand sanitizer di setiap sudut dan pembuatan 70 wastafel tersebar merata di sejumlah titik. Khusus pembangunan wastafel, tebing Breksi mendapat sokongan dari pengelola wisata hingga Dinas Pariwisata Provinsi.

Empat bulan lamanya Tebing Breksi berusaha untuk survive. Dari 140 karyawan yang bekerja, tak ada satupun karyawan mereka yang dirumahkan.

Pengelolaan terus berjalan hingga masa transisi menuju kenormalan baru pun tiba. Beberapa wisata sudah mulai membuka destinasinya, termasuk Tebing Breksi.

Kesiapan Tebing Breksi dalam menghadapi wisata di masa pandemi bisa dibilang cukup matang. Setiap pengelola di-briefing untuk menjalani protokol kesehatan. Bahkan dari segi administrasi pun tertata dengan baik.

"Pengunjung yang masuk ke Breksi kita data lewat aplikasi Visiting Jogja. Kami juga imbau untuk reservasi dan pembayaran online, walaupun praktiknya sampai sekarang yang online masih 4-5 persen," ujar Kholiq.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: Instagram/@tebingbreksi_official

Breksi juga membangun tempat untuk istirahat bagi setiap pengunjung yang merasa kurang sehat. Tempat itu disebut 'gubug transit', di mana tersedia tenaga medis untuk memeriksa kesehatan baik itu pengunjung maupun pengelola Tebing Breksi.

Pengadaan Alat Perlindungan Diri (APD) yang disediakan bagi para pengunjung, dilakukan oleh masing-masing pengelola. Misalnya wisata Jeep, perlengkapan APD seperti masker dan atau headcap disediakan oleh pihak manajemen Jeep.

Sudah empat bulan uji coba wisata berjalan sejak awal bulan Juli. "Secara umum, kalau dari sisi kunjungan kita ini masih 20 persen jika dibanding tahun lalu," terang Kholiq.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: brilio.net/Syamsu Dhuha FR

Selain karena pandemi, kenaikan yang belum terlalu signifikan itu disebabkan karena event-event besar yang belum diperbolehkan. Padahal Breksi sendiri merupakan tempat yang sering mengadakan event besar.

Kemudian pelajar yang belum masuk sekolah dan belajar via daring, sehingga membuat jumlah pengunjung Tebing Breksi menyusut drastis.

Walau jumlah kunjungan sudah menunjukkan progres yang lumayan, akan tetapi secara penghasilan belum mencukupi.

Kholiq mengatakan, jika kondisi terus seperti ini, maka pihaknya hanya akan bertahan hingga bulan Januari 2021.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Skenario terburuk ini sudah Kholiq proyeksikan kepada seluruh karyawan lainnya. Pihak pengelola pun berunding untuk membuat kesepakatan bersama, yaitu dengan membuat sistem piket. Sistem yang didasari atas loyalitas dari setiap pengelola, untuk tetap bekerja dengan sistem shift walau tidak digaji.

"Kalau sampai Januari nanti belum ada perbaikan secara pendapatan, kita sepakat untuk piket. Piket itu tidak gajian, kita atur sedemikian rupa yang artinya wisata tetap berjalan dan pengelola tetap ada," imbuh Kholiq.

Selama empat bulan bertahan di awal pandemi, tanpa pemasukan dari tempat wisata, tentu saja bukan suatu yang mudah. Namun Tebing Breksi mampu menunjukkan ketidakmungkinan itu dengan sistem manajemen yang cukup baik. Pendapatan yang diterima dari hasil wisata itu di-breakdown menjadi pos-pos dana, antara lain gaji karyawan, operasional air, transportasi, peralatan, kas, dan dana pengembangan.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: brilio.net/Ivanovich Aldino

Jika setiap pos kekurangan dana, maka pengelola bisa mengambil dari pos dana lainnya namun sifatnya meminjam/utang. Sehingga, uang yang terpakai itu harus digantikan kembali sesuai dengan pos dana.

"Kita kukuh dengan ini, makanya waktu Breksi ditutup, kita masih punya kas. Nah ini yang membuat kita bertahan sampai saat ini," tandas Kholiq.

Sistem upah yang diterapkan Tebing Breksi juga mempengaruhi mengapa mereka masih bisa bertahan. Breksi memiliki standar upah dari minimal sampai maksimal. Setiap orang digaji dengan sistem mingguan.

Jika pendapatan wisata melebihi yang diharapkan, maka upah yang diberikan pun besar sesuai standar yang telah ditetapkan.

Tebing Breksi juga sudah punya ancang-ancang untuk mempromosikan wisata mereka. Tim khusus telah dibentuk untuk menyusun strategi promosi. Mulai dari videografi, fotografi, dan memperkuat narasi.

Tim ini juga mendapatkan workshop dan pendampingan tentang konten digital yang diselenggarakan oleh Badan Otorita Borobudur, dengan menghadirkan mentor yang ahli dalam bidangnya masing-masing.

"Kita dilatih selama tiga hari, dan pendampingan selama lima bulan. Jadi betul-betul ditata gitu," pungkas Kholiq.

Kini media sosial Tebing Breksi juga telah diaktifkan. Beberapa event skala kecil sudah mulai digelar dengan mengedepankan protokol kesehatan, berkoordinasi dengan pihak kecamatan, gugus tugas Covid-19, dan kepolisian.

Kholiq melanjutkan, setiap pekerja harus menjalankan protokol kesehatan dengan baik. "Setiap seminggu sekali kita adakan pertemuan, semua pengelola. Ada rapat koordinasi seluruh pengelola yang ada di Breksi," terang Kholiq.

Di sisi yang terpisah, para pedagang yang berjualan di kantin juga mengupayakan untuk tetap bertahan selama pandemi.

Salah satu pedagang di kantin Tebing Breksi, Marniyati mengaku sudah lima tahun membuka warung di Tebing Breksi. Selama pandemi ini, dirinya ikut diminta menerapkan protokol kesehatan.

"Suruh pakai masker, suruh pakai shield, sarung tangan plastik, suruh menyediakan hand sanitizer, terang Marniyati.

Meja-meja kantin juga sering dibersihkan dengan kain dan disemprot dengan desinfektan setiap minggu. Pengunjung juga disediakan fasilitas pembayaran online dengan kode QR di setiap warung.

inovasi tebing breksi selama pandemi  © Berbagai sumber

foto: Instagram/@tebingbreksi_official

Biasanya para pedagang sering membawa anak mereka ke warung untuk diasuh sambil bekerja. Akan tetapi sejak pageblug ini, mereka terpaksa meninggalkan anak-anak di rumah.

"Kita juga sudah disarankan, kalau mau ke sini bawa ganti dan bersih-bersih di kamar mandi," sebutnya.

Setelah Tebing Breksi dibuka kembali, sejauh ini para pedagang dalam satu harinya bisa mendapatkan tiga rombongan.

"Ning kalau bejo (Taip itu kalau beruntung). Tapi kalau nggak, ya nggak ada sama sekali," tandasnya Marniyati.

Hingga kini Tebing Breksi masih beroperasi seperti biasa, mulai dari jam 06.00 hingga 20.00 WIB.