Brilio.net - Sejumlah kasus ditemukan terinfeksi Covid-19 varian baru di berbagai daerah. Baru-baru ini, Indonesia dihebohkan dengan kasus Covid-19 varian baru yang disebut Delta alias B1617.2, yang sudah bermutasi lagi menjadi 'Delta Plus' atau AY.1.

Dilansir brilio.net dari merdeka.com pada Senin (21/6) Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menjelaskan bahaya dari varian Delta atau Covid-19 B1617.2 asal India. Dia menyebut, orang yang terpapar varian Covid-19 Delta memiliki risiko masuk rumah sakit dua kali lipat dari yang terjangkit varian B117 Alfa asal Inggris.

Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi ini menyebut varian Covid-19 Delta memiliki karakteristik lebih cepat menular. Karakter tersebut dipengaruhi oleh mutasi yang dimiliki varian Delta. Dilansir dari liputan6.com, menurut profesor epidemiologi genetik di King's College London, Tim Spector, varian Delta dapat menimbulkan beberapa gejala yang perlu diwaspadai, yakni seperti berikut:

<img style=

foto: freepik.com

 

1. Sakit kepala

2. Sakit tenggorokan

3. Flu parah

4. Demam

5. Batuk

Kendati demikian, lanjut Prof Zubairi, sejumlah vaksin masih bisa melindungi manusia dari varian Covid-19 Delta. Studi di Inggris menunjukkan, vaksin Pfizer-BioNTech bisa memberikan perlindungan hingga 96 persen dari Delta. Kemudian vaksin AstraZeneca memberikan perlindungan sampai 92 persen.

Guna mencegah tsunami Covid-19 varian baru, masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama. Kata Prof Zubairi, pemerintah harus tegas melakukan monitoring dan evaluasi penanganan kasus Covid-19 secara berkala. Sedangkan masyarakat harus tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Mari kita bahu membahu melewati keadaan ini. Tetap pakai masker dan berjarak," pungkasnya.

Sampai saat ini, data menunjukkan bahwa varian Delta setidaknya 40 persen lebih mudah menular daripada varian Alpha yang pertama kali terdeteksi di Kent, Inggris, dan tampaknya menggandakan risiko rawat inap. Ini juga membuat vaksin agak kurang efektif, terutama setelah hanya satu dosis.

Spector menambahkan bahwa dengan Delta, batuk tampaknya menjadi gejala paling umum kelima, dan hilangnya penciuman tidak masuk dalam 10 besar.