Brilio.net - Wisuda adalah momen yang tepat untuk menunjukkan prestasi kepada orangtua. Sebab kuliah bisa disebut sebagai jenjang pendidikan paling berat. Maka dari itu, orangtua bakal bangga jika anaknya mampu lulus pendidikan strata-1 (S1).

Namun bagi Sarifuddin dan Sri Nuryati Jamil, upacara anaknya menjadi momen membanggakan sekaligus sedih. Anak mereka, Syahrul Mubarok, tidak bisa menghadiri prosesi wisuda karena meninggal dunia. Sakit kelenjar getah bening yang diidapnya cukup lama membuat Tuhan punya rencana lain.

Meski demikian, nama Syahrul Mubarok tetap dipanggil pada upacara wisuda Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Minggu (6/10). Sosok yang menggantikannya menerima ijazah dari rektor ialah ayahnya sendiri. Pada foto yang diunggah oleh akun Instagram resmi IAIN Surakarta, tampak raut wajah sedih ditunjukkan Sarifuddin. Pun dengan sang rektor, ia ikut merasakan kesedihan yang dirasakan Sarifuddin.

Ketika nama Syahrul Mubarok dipanggil dan sang ayah maju ke depan, suasana Gedung Graha IAIN Surakarta mendadak sendu. Kesedihan tentu tak hanya dirasakan orangtua Syahrul. Teman-temannya, dosen dan juga orang yang mengenalnya ikut merasakan hal sama.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Sedih Banget Liat ini Ya Allah. Seorang ayah yang sangat tegar saja tak kuasa meneteskan air mata. Mari berdoa bersama semoga Alm. kak Syahrul Khusnul khatimah dan di terima di sisi Allah SWT. Amin. #wisudaiainsurakarta

A post shared by (@iain.solo) on

Dari video yang diunggah, terdengar tepuk tangan dari seisi gedung ketika rektor mengalungkan medali wisuda ke leher ayah Syahrul. Tepuk tangan penghormatan kembali terdengar ketika rektor menyerahkan ijazah yang sudah dipigura kepada orangtua Syahrul.

Dilansir brilio.net dari website resmi IAIN Surakarta, Syahrul Mubarok sempat mengidap sakit kelenjar getah bening cukup lama. Namun, penyakit itu tak menyurutkan semangatnya untuk menyelesaikan pendidikan. Ia tetap mampu membanggakan orangtua lulus dengan IPK 3,70.

Usai diunggah belum lama ini, video momen mengharukan tersebut jadi perhatian warganet. Hingga kini, postingan akun Instagram @iain.solo itu telah mendapat 3.000 lebih tanda suka. Banyak warganet yang menjadikan peristiwa itu sebagai introspeksi diri untuk tetap berjuang menyelesaikan pendidikan apapun kondisinya.

"Terharu, sedih, berduka, bangga, campur aduk," kata akun @megapitaaa.

"Alm mrut aku orgnya religius, sholeh, baik, berbakti dan nurut sm orgtua, pkerja keras. Sering bersholawat, ngajinya bgus bngt (bhkan sering juara MTQ)," ungkap akun @mfm19_solo.

"Rest in peace mas syahrul..orang tuamu sudah sangat bangga atas pencapain njenengan," tulis akun @fitra_nugraha.id.