Brilio.net - Menghadapi keramaian di dunia maya ini tentang video lamanya yang beredar kembali, Adhyaksa Dault akhirnya buka suara. Melalui media sosialnya, mantan Menpora ini mengatakan bahwasanya video itu sudah tidak relevan. Kader PKS ini mengungkap, jika dia tidak sebagaimana yang dituduhkan.

Kontroversi muncul ketika video berisi wawancara di suatu acara yang digelar Hizbut Tahrir Indonesia pada 2013. Pernyataannya bahwa orang yang menganggap khilafah sebagai seuatu yang utopis adalah orang gila mengundang banyak reaksi. Misalnya jurnalis freelance, Ulin Ni'am Yusron menuliskan teks "Pecat Adhyaksa Dault. Tak layak jadi pejabat publik di negeri Pancasila!" sebagai caption unggahan videonya.

Berikut adalah tanggapan Ketua Kwartir Nasional Pramuka ini yang dikutip dari media sosialnya.

NKRI HARGA MATI
Assalamualaikum Wr.Wb. Saya mau menjelaskan video saya yang direkam oleh aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), saat acara HTI tahun 2013.

Seperti banyak acara organisasi lain yang saya hadiri, saya dan beberapa tokoh hadir di acara HTI itu sebagai undangan. Saya bukan simpatisan HTI, apalagi anggota HTI.

Beberapa hari ini, video yang diambil empat tahun lalu itu, kembali disebarluaskan oleh beberapa akun di media sosial.

Karena video itu, saya difitnah anti Pancasila dan anti NKRI. Bagaimana mungkin saya dituduh anti Pancasila?. Saya ikut pengkaderan dari bawah, sejak kuliah saya mengikuti P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila), Tarpadnas (Penataran Kewaspadaan Nasional), Suspadnas (Kursus Kewaspadaan Nasional).

Saya mengikuti Bela Negara dan sebagai kader Bela Negara, dan banyak lagi, sampai saya jadi Ketua Umum KNPI, kemudian jadi Menpora, kemudian sekarang menjadi Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka.

Sampai detik ini, dimanapun dan setiap ke daerah, saya selalu menyampaikan pada generasi muda agar mempertahankan dan merawat Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Tahun 2016 kemarin, saya menggagas lomba foto #PramukaPancasila agar generasi muda menghayati dan mengamalkan
Pancasila. Boleh teman-teman telusuri di internet.

Mengenai khilafah islamiyah itu memang ada hadistnya, tapi khilafah yang saya maksud adalah khilafah islamiyyah yang rosyidah, bukan khilafah yang berarti meniadakan negara, bukan khilafah versi Hizbut Tahrir, apalagi ISIS dan sebagainya.

Terkait video itu, harus dilihat juga tempat dan waktu saya berbicara, itu video empat tahun lalu. Sekarang tahun 2017, artinya, isi video tersebut tidak relevan lagi hari ini.

Sekarang ini tidak ada persatuan Islam, hari raya saja bisa berbeda, kalau ada khalifah, maka perbedaan-perbedaan dalam ibadah-ibadah tersebut bisa ditiadakan. Sekali lagi, ini bukan khilafah yang meniadakan negara. Jadi Pancasila, UUD 45, NKRI Bhinneka Tunggal Ika harus kita pertahankan dan kita rawat untuk generasi selanjutnya. Pancasila sudah menjadi kesepakatan pendiri Republik Indonesia. NKRI harga mati.

Kembali ke Pancasila dan NKRI. Saya masih ingat, saat awal reformasi lagi ramai-ramainya orang teriak negara federasi, negara serikat dan sebagainya.
Saya sebagai Ketua Umum KNPI ketika itu langsung mengadakan kebulatan tekad NKRI harga mati.

Saya daulat tokoh-tokoh nasional ketika itu seperti Pak SBY, Pak Amien Rais, Pak Wiranto, Pak AM Fatwa dan tokoh-tokoh lainnya untuk mendatatangani komitmen NKRI. Sekarang komitmen dan tandatangan beliau-beliau semua itu masih terpatri di dinding kantor DPP KNPI, Jalan Rasuna Said, Jakarta.

Demikian sementara dari saya, atas perhatian dan kerjasamanya, saya haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. NKRI selamanya.
Jakarta, 30 April 2017.

Hormat saya,
(Adhyaksa Dault)

Pernyataan tersebut mengundang beragam komentar. Seperti yang ditulis akun Sapoter Tanahmerah, "Sabar dan ikhlas Kak Adhyaksa Dault. Saya yakin kebaikan dan niat tulus Kakak untuk keutuhan NKRI akan menjadi contoh bagi banyak Generasi Bangsa Indonesia.

Kami yg dari pelosok senantiasa mendoakan Kakak selalu dalam keadaan sehat dan lindungan Allah SWT, Aamiin... Tetap semangat Kak Adhyaksa Dault untuk berbagi ide dan gagasan demi kejayaan Negeri tercinta Indonesia."

Sedangkan Ariwandi Hamid berkomentar dengan nada kritik, "Kepada yang Terhormat Abang Adhyaksa Dault, mohon maaf saya melihat di Video bahwa akan terekanm bahwa abang mendukung Khilafah. Seperti yang abang uraikan mengenai kesatuan Negara kita diatas, dalam diwawancara seharus dalam berkata-kata lebih berhati-hati karena semua akan menghubungkan dengan Acara pembacaan Ikrar Khilafah.

Sekarang nasi sudah jadi bubur image masyarakat termasuk saya sepertinya abang kurang berpendirian ( maaf ) , kenapa wawancara diacara pembacaan Ikrar Khilafah. sudah menjadi viral. Dalam Islam bahwa lebih baik kita berhati-hati dalam berkomentar sehingga tidak menjadi permasalahan dikemudian hari. Selamat berjuaang bang Adhyaksa Dault."