Brilio.net - Banyaknya kabar bohong (hoax) yang sedang merajai jagat maya memang harus ditindak tegas oleh pihak berwajib. Pasalnya, banyak orang yang menyebar hoax tanpa mencari tahu dulu tentang kebenarannya. Hingga akhirnya hoax tersebut menyesatkan dan bisa merugikan orang, lembaga atau perusahaan.

Seperti yang baru saja terjadi, seorang pemilik akun Facebook bernama Eko Prasetia telah menyebarkan hoax dan menyangkut profesi tertentu. Dalam postingannya itu, Eko melecehkan profesi pewarta foto dan mengandung informasi hoax.

Dalam foto yang diunggah oleh Eko pada hari Selasa 3 Januari 2017 pukul 13.56 WIB, terlihat beberapa pewarta foto tengah duduk di luar Gedung Kementerian Pertanian (Kementan). Dalam keterangan fotonya, Eko menuliskan, "Tim cyber/buzzer penista agama yang malu dan takut ketahuan tampangnya untuk dipublikasikan, turut hadir dipersidangan hari ini. Sudah seperti PSK asal Cina kelakuan mereka, pakai tutupin muka segala".

Postingan tersebut mengundang reaksi keras dari netizen maupun PFI (Pewarta Foto Indonesia). Pihak PFI pun tidak tinggal diam karena merasa telah mencemarkan profesi mereka. Pada hari Selasa 10 Januari 2017, pihak PFI pun mengunggah foto postingan Eko Prasetia dan membuat surat terbuka di akun Instagram mereka.

Berikut surat terbuka PFI terkait tuduhan buzzer penista agama yang brilio.net kutip dari akun Instagram @pewartafotoindonesia, Rabu (11/1).


"Surat terbuka untuk Eko Prasetia

Selamat sore mas Eko Prasetia. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan kesehatan jasmani, rohani dan kesehatan berfikir kepada anda.

Sore ini kami mendapati sebuah foto yang anda unggah di halaman Facebook melalui akun anda tanggal 3 Januari 2017. Sebuah foto yang sengaja anda ambil menggunakan telepon pintar untuk memotret kami yang tengah menunggu proses persidangan berlangsung. Foto itu anda lengkapi dengan keterangan foto sebagi berikut "Tim cyber/buzzer penista agama yang malu dan takut ketahuan tampangnya untuk dipublikasikan, turut hadir dipersidangan hari ini. Udah seperti PSK asal China kelakuan mereka, pake tutupin muka segala".

Kami berusaha memaafkan dan memaklumi kata-kata kotor anda yang sudah menghakimi kami, melecehkan profesi kami, menyakiti perasaan kami. Baiklah, mungkin anda tidak kenal kami, anda juga tidak mengerti pekerjaan kami. Anda juga tidak merasakan kelelahan kami. Mungkin anda terlalu sibuk mengikuti kata hati anda yang sedang dibalut kebencian yang sangat. Anda juga mungkin terlalu sibuk mengais kemarahan untuk anda umbar ke jagat maya. Sehingga anda buta dan leluasa menghakimi kami seperti apa kehendak hati anda.

Mas Eko, anda dengan sadar dan sengaja mengangkat telepon anda dan mengarahkan kameranya kepada kami. Anda sadar betul kami ini wartawan, oleh karenanya anda memang sengaja memotret kami.

Mas Eko, kami ini awak media, kami adalah jurnalis foto yang setiap hari bekerja mengabadikan peristiwa dengan kamera. Tugas kami menyampaikan berita melalui gambar.

Kedatangan kami ke persidangan adalah murni karena tugas jurnalistik. Terlepas dari siapa yang sedang berperkara dalam persidangan, sejauh itu suatu peristiwa penting yang layak diketahui masyarakat luas. Dipastikan kami akan ada dan hadir mengabadikan peristiwa tersebut dimana dan kapan pun itu. Anda mungkin tidak pernah tau bagaimana kesulitan kami. Ya karena kami tidak mau mengeluh, kami bekerja karena kami mencintai profesi kami.

Mas Eko yang kami hormati, perkataan anda yang mengatakan kami tim cyber/buzzer penista agama sangat merendahkan profesi kami. Anda menyamakan profesi kami sama dengan PSK. Sebegitu kronis kebencian anda hingga menyebarkan fitnah dan menyerang kami. Sehat mas Eko? Kami mendoakan anda selalu dalam keadaan sehat mental dan fisik.

Ingin sekali kami marah, melaporkan anda ke Polisi dan melihat anda duduk di kursi pesakitan lalu kami arahkan semua kamera kami menyoroti wajah anda. Lalu kami sebarkan fotonya dengan kata-kata yang sama seperti kata-kata kotor yang anda lemparkan kepada kami. "Inilah penyebar fitnah menutupi wajahnya seperti PSK asal China karena malu diberitakan di media masa dan diunggah media sosial". Bagaimana perasaan anda mas Eko? Jika anda tidak tersinggung, kami ragu anda punya nurani. Sebaiknya ada segera berkonsultasi dengan psikolog terdekat.

Mas Eko profesi kami dilindungi Undang-undang pers. Langkah dan gerak kami dipagari kode etik jurnalistik. Kami tidak bergerak sebebas pikiran dan hati anda. Sebagai jurnalis, kami punya tanggungjawab sosial yang besar. Terlebih masyarakat sekarang begitu kritis dan cerdas. Kami dituntut sangat berhati-hati menyampaikan informasi.

Kami ini adalah garda terdepan dalam industri media, kami bukan pembuat kebijakan, kami juga bukan pengambil keputusan, kami tidak memiliki kekuatan membuat suatu sikap keberpihakan.

Mas Eko kami hanya ingin melihat sikap kesatria anda sebagai seorang laki-laki. Kami ingin melihat keberanian anda untuk bertanggungjawab atas semua perbuatan dan ucapan anda yang sudah melukai kami.

Kami tidak ingin menodai hati kami dengan kebencian, kami tidak ingin mengotori pikirian kami dengan amarah.

Kami serahkan semua persoalan ini kepada pihak yang berkompeten untuk diselesaikan.

Semoga Tuhan memaafkan kita semua. Amin

Pewarta Foto Indonesia

#turnbackhoax #antihoax #pewartafotoindonesia"

Atas sikap tersebut Eko meminta maaf. Akun Facebook-nya pun sudah tidak aktif lagi.

Eko Prasetia © Istimewa

Dalam pernyataan maafnya, Eko menyebutkan bahwa bukan dia pertama yang memposting foto itu melainkan akun Benz Syafei. Tetapi akun Facebook Benz Syafei membantah dan malah meminta Eko mengklarifikasi.

Postingan dari PFI ini ternyata juga mengundang berbagai reaksi dari para netizen. Kebanyakan para netizen ini ingin kasus pencemaran profesi diusut tuntas agar tidak terjadi kembali dengan kasus yang sama di kemudian hari.