Brilio.net - Momen bersejarah dan penting bagi dunia politik Indonesia baru saja terjadi pada Rabu (24/7) siang. Setelah lama tak bertemu karena persaingan politik di Pemilu 2019, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Prabowo tiba di rumah Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat sekitar pukul 12.29. Ia tampak mengenakan pakaian batik motif parang berwarna hijau. Pakaian tersebut cukup mencuri perhatian sebab memiliki nilai filosofis yang bermakna dalam.

Seperti diketahui, batik motif parang juga pernah digunakan Jokowi saat debat capres dengan Prabowo pada tahun 2014 lalu. Batik parang ini juga kerap dipakai Sultan Hamengkubuwono VI. Lantas, apa makna batik motif parang tersebut?

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, Rabu (24/7), motif batik yang paling tua dari Jawa ini melambangkan usaha yang tidak pernah lelah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Parang sendiri berasal dari kata 'pereng' yang artinya lereng. Batik parang memang memiliki bentuk garis diagonal dan biasanya punya susunan motif yang membentuk seperti huruf S.

Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam.

Batik parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik parang ini memiliki petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak.

Batik parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.

Garis diagonal yang terdapat dalam motif batik parang, memberi gambaran bahwa manusia harus memiliki cita-cita yang luhur, kokoh dalam pendirian, serta setia pada nilai kebenaran. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara satu dengan yang lainnya.

Batik parang sudah ada sejak era keraton Mataram Kartasura. Mataram Kartasura atau Kasunanan Kartasura yang kini lebih sering disebut Solo berdiri pada tahun 1600-an. Motif batik ini diciptakan oleh pendiri Keraton Mataram dan jadi pedoman utama dalam menentukan derajat kebangsawanan seseorang. Bahkan pada masa itu, motif parang hanya boleh dikenakan oleh raja dan keturunannya.

Motif batik parang ini punya banyak jenis. Di antaranya adalah Parang Rusak, Parang Rusak Barong, Parang Klitik, Parang Kusumo, Parang Tuding, Parang Curigo, Parang Centung, dan Parang Pamor.