Brilio.net -  Di Indonesia banyak berdiri berdiri pondok pesantren (ponpes). Namun ponpes Darusy Syifa' di Dusun 4 Desa Sei Mencirim, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara ini berbeda dengan pesantren pada umumnya. Ponpes yang diresmikan Gubernur Sumatera Utara, H Tengku Erry Nuradi pada Juni lalu ini dikhususkan bagi anak-anak para teroris atau keluarga orang-orang yang terduga teroris.

Pesantren yang demikiann ini adalah satu-satunya di Indonesia. Bahkan pembangunan fasilitasnya baru berjalan 20 persen, tetapi kegiatan belajar mengajar sudah berjalan 100 persen.

 

Banner tentang Ponpes Darusy Syifa yang dipasang di puntu masuk

pesantren © 2016 brilio.net

 

 

Pendiri dari Pondok Pesantren Darusy Syifa', Khairul Ghazali adalah mantan terpidana aksi terorisme di Medan. Ia terpaksa mendekam di jeruji besi selama enam tahun. Selama di dalam penjara, Khairul Ghazali sadar dengan apa yang telah dilakukannya adalah cara jihad yang salah. Dari situlah ia mulai memiliki niat untuk mendirikan pondok pesantren. Fungsinya bukan lain adalah untuk memutus mata rantai dari aksi terorisme.

"Saya mendirikan pesantren ini karena tidak ingin para anak-anak dari pelaku atau mantan teroris terjerumus ke hal yang sama melakukan tindak terorisme. Karena pasca orangtua atau keluarga mereka ditangkap, negara melakukan pembiaran terhadap keluarga mereka. Karena itulah saya pilih anak-anak para pelaku teroris karena mereka sangat berpotensi menjadi teroris, jadi saya ingin memutus mata rantai itu agar mereka tak terjerumus seperti orang tua mereka," ujar Khairul Ghazali.

 

Salah satu bangunan Ponpes Darusy Syifa untuk aktivitas santri

pesantren © 2016 brilio.net

 

Para santri tidak dipungut biaya apapun. Bahkan, setelah mereka menyelesaikan pendidikannya, para santri dibekali dengan hewan ternak yang mereka rawat saat pertama kali masuk ke pondok pesantren. Hal itu diharapkan bisa menjadi bekal bagi para santri setelah selesai dengan pendidikannya.

"Karena ayah para santri ada yang sudah tewas tertembak, dan masih di dalam penjara, tentu mereka memiliki kesulitan ekonomi, jadi kami tidak memungut biaya apapun bagi santri disini," kata Khairul Ghazali.

 

Proses pengajaran tidak selalu dalam kelas, tapi juga di luar kelas

pesantren © 2016 brilio.net

 

Untuk kebutuhan sehari-hari santri, Khairul Ghazali memanfaatkan kekayaan alam sekitar untuk mencukupi kebutuhan pangan para santri. Pondok Pesantren Darusy Syifa' ini memiliki konsep seperti sekolah alam. Yakni tak hanya diajari pendidikan umum, para santri juga diajarkan cara bercocok tanam serta budidaya ikan.

Saat ini jumlah santri ada 20 orang. Pemerintah mendukung keberadaan pesantren ini dengan menyediakan lahan seluas 30 hektare. Bukan hanya pemerintah setempat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga menyambut positif dengan adanya Pondok Pesantren Darusy Syifa'.