Brilio.net - Video wawancara mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Adhyaksa Dault dalam acara yang digagas oleh organisasi Hizbut Tahrir Indonesia empat tahun lalu kini kembali ramai. Dalam kesempatan itu, Adhyaksa melontarkan pernyataan yang mendukung khilafah islamiyah.

Kehadirannya pada acara di Gelora Bung Karno pada 2013 itu diakuinya berdasar pada sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa khilafah akan tegak. Menurutnya, dengan atau tanpa peran masing-masing orang, khilafah akan berdiri. Adhyaksa sepakat untuk melakukan perubahan secara besar-besaran.

"Ada teori fish bone. Kalau tulang utama ikan tidak berubah, maka tulang kecilnya tidak berubah. Jadi secara global dulu harus diubah, syariahnya dihidupkan," tuturnya.

"Jadi kalau ada orang bilang khilafah itu utopis, itu orang gila menurut saya. Jelas khilafah itu adalah tanda-tanda kenabian," katanya tegas.

Video ini kemudian memancing reaksi petisi tuntutan mundur dari jabatannya di Praja Muda Karana (Pramuka). Adhyaksa merupakan Ketua Kwartir Nasional Pramuka periode 2013-2018. Dia terpilih melalui Musyawarah Nasional (MUNAS) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diselenggarakan pada Desember 2013 lalu, menggantikan mendiang Azrul Azwar.

Petisi yang digagas oleh Tubagus Guritno ini hingga Kamis (4/5) telah mencapai 1.905 pendukung dari target 2.500. Beberapa pendukung petisi mencantumkan alasan dukungannya. Misalnya Saipul Iphul menulis, "Saya menandatangani petisi ini, karena tidak mendukung berdirinya khilafah di Negara Kesatuan Republik Indonesia."

Ada pula pernyataan dari Budi Lewiyanto, "Ketika ketua pengurus pramuka yang seharusnya setia kepada Pancasila, dan dasar negara kita, tetapi mengatakan persetujuan nya dengan adanya paham ke khalifahan, dia harus dipecat, karena dapat mempengaruhi anak2 Pramuka!".

Holiwati Sukamdi turut urun pernyataan, "Pramuka harus terbebas dari paham radikal. Pak Jokowi harus segera turun tangan menangani makin masifnya paham radikalisme disusupkan di sekolah-sekolah. Bahaya sudah semakin membesar, Presiden jangan bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa. Jangan sampai nasi menjadi bubur...."

Berikut ini video yang memancing kontroversi tersebut.