Brilio.net - Wabah penyakit misterius yang tersebar di China belakangan ini membuat heboh dunia. Bahkan, masih belum diketahui penyebab pasti wabah tersebut. Namun demikian, timbul kekhawatiran akan menjadi wabah hebat seperti Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) alias infeksi saluran pernapasan berat yang terjadi pada 2002-2003.

Dilansir dari laman Bloomberg, sebuah investigasi menemukan bahwa penyebab wabah pneumonia China adalah virus corona tipe baru. Virus corona (coronavirus) ditengarai menjadi penyebab wabah penyakit serupa SARS di Wuhan, China. Media China menyebut virus penyebab SARS belasan tahun lalu berbeda dengan corona virus penyebab wabah misterius sekarang.

Wuhan pun kini memiliki hampir 200 kasus terkait virus corona. Kasus infeksi juga dilaporkan di Beijing dan provinsi Guangdong di China selatan. Pejabat kesehatan di kota Wuhan mengonfirmasikan kematian orang keempat akibat terjangkit virus.

Seorang pria berusia 89 tahun yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner, meninggal dunia pada 19 Januari setelah menjalani perawatan di rumah sakit sehari sebelumnya.

Orang keempat meninggal karena virus China Bloomberg

foto: Bloomberg.com

Tak hanya di Wuhan, di luar China, kasus yang sama dilaporkan terjadi di Korea Selatan, Thailand, dan Jepang. Kasus-kasus ini melibatkan pengunjung dari Wuhan ataupun wisatawan yang mengunjungi kota tersebut.

Seperti diketahui nama 'corona' dalam bahasa Latin berarti bulatan atau mahkota. Ini menggambarkan bentuk virus saat dilihat dengan mikroskop. Virus ini juga berdampak pada para pekerja medis, sekaligus meningkatkan risiko menyebarnya penyakit yang diakibatkan virus tersebut kala jutaan warga bersiap untuk melakukan perjalanan menjelang liburan Tahun Baru Imlek.

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang diidentifikasi terdapat di tubuh manusia pada 1960-an. Sebagian mengakibatkan selesma, sementara sebagian lain ditemukan pada kelelawar, unta, dan binatang lain.

Infeksi virus corona menyebabkan berbagai gejala termasuk hidung meler, sakit kepala, dan demam. Berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, jika gejala menunjukkan napas pendek, tubuh menggigil, dan tubuh terasa sakit berhubungan dengan jenis coronavirus yang lebih berbahaya.

Virus corona memang pernah bikin heboh di China dan Hongkong lewat SARS juga di wilayah Timur Tengah lewat MERS (Middle East Respiratory Syndrome). SARS saat itu mengakibatkan 8.000 orang terbaring sakit dan lebih dari 700 orang meninggal. Sementara MERS mulai menyebar di Yordania dan Arab Saudi pada 2012. Wabah mengakibatkan 800 orang meninggal dan sebagian besar korban dilaporkan dari Arab Saudi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasikan bahwa patogen baru itu ditularkan antarmanusia, bukan hanya dari hewan ke manusia seperti yang awalnya diduga. Kantor berita Xinhua mengabarkan bahwa lima belas tenaga profesional medis telah terdampak virus, satu di antaranya dalam keadaan sakit parah.

"Risiko dari virus ini menyebabkan pandemonium yang meningkat karena menyebar dari berbagai negara, dan kita sekarang melihat bahwa ini dapat lebih mudah ditularkan antarmanusia," ujar Sanjaya Senanayake, seorang associate professor kedokteran di Australian National University dikutip dari laman Bloomberg (Selasa, 21/1).

"Dibandingkan dengan SARS, satu-satunya faktor baik, saya kira, saat ini tampaknya adalah tingkat kematian yang rendah," tambah Senanayake.

Jumlah kasus di China melonjak selama akhir pekan kemarin saat otoritas kesehatan di seluruh dunia meningkatkan pengujian virus, yang mencakup gejala seperti demam dan batuk. Seiring dengan datangnya liburan Tahun Baru Imlek, penyebaran virus dapat meningkat.

Orang keempat meninggal karena virus China Bloomberg

foto: Bloomberg.com

Komisi kesehatan China telah memutuskan untuk memasukkan virus corona dalam kategori penyakit menular Kelas B, yang melingkupi SARS, sembari mengambil langkah-langkah pencegahan yang biasanya digunakan untuk penyakit paling serius, seperti kolera dan wabah.

Sementara itu, negara-negara lain telah bersiaga dengan meningkatkan langkah kontrol atas turis-turis yang datang. Bandara internasional di New York, Los Angeles, dan San Francisco mulai melakukan skrining pada Jumat malam (17/1), menyusul tindakan pengawasan oleh sejumlah kota di Asia beberapa hari setelah wabah ini dilaporkan pada Desember.

"Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, baik di tingkat nasional dan internasional, anda harus mengasumsikan skenario terburuk - seperti skenario SARS - di mana terdapat kasus-kasus mulai dari Hong Kong hingga ke seluruh dunia," lanjut Senanayake.

WHO dikabarkan akan mengadakan pertemuan komite darurat pada 22 Januari di Jenewa untuk membahas "apakah wabah tersebut merupakan darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional, serta rekomendasi apa yang harus dibuat untuk mengendalikannya."