Brilio.net - Pesantren Ibnu Mas’ud yang terletak di Bogor, Jawa Barat, mendadak menjadi sorotan media setelah diduga menjadi tempat kaderisasi bagi prajurit ISIS yang berperang di Suriah dan Irak.

Bahkan seorang santri dari pesantren tersebut dikabarkan telah gabung ISIS dan ikut berperang. Dia adalah Hatf Saiful Rasul. Bocah 11 tahun itu sempat meminta izin kepada ayahnya, Syaiful untuk pergi ke Suriah, berjuang bersama ISIS.

Hatf mengutarakan niatnya itu ketika mengunjungi ayahnya yang berada di penjara. Ayahnya adalah seorang terpidana kasus terorisme. Kisah Hatf diabadikan sang ayah dalam sebuah esai sepanjang.

"Awalnya saya tidak bereaksi dan hanya menganggap permintaannya sebagai lelucon. Tapi pikiran saya berubah ketika Hatf menegaskan keinginannya itu berulang kali," tulis Syaiful Anam dikutip dari laman Reuters, Jumat (8/9).

Untuk meyakinkan sang ayah, Hatf bahkan mengaku kepada ayahnya bahwa beberapa teman dan guru dari pesantren Ibnu Mas'ud juga ikut pergi berperang bersama ISIS di Suriah.

Mendengar pengakuan anaknya, Syaiful akhirnya merestui putra kecilnya itu pergi ke medan perang di Suriah.

kisah pilu santri asal bogor gabung isis © 2017 berbagai sumber

"Dia ingin menjadi syahid di sana, toh pesantren Ibnu Mas'ud dikelola oleh orang yang memiliki ideologi yang sama," tulisnya.

Hatf pun pergi ke Suriah bersama sekelompok kerabat pada tahun 2015, bergabung dengan militan dari Prancis. Nahas, bocah tersebut tak lama berperang. Haft tewas terkena serangan udara militer Bashar Al Assad, di Kota Jarabulus pada 1 September 2016.

"Tubuh kecilnya hancur karena bom. Aku tak merasa sedih atau kehilangan, karena InsyaAllah, putraku mati syahid. Tapi sebagai seorang ayah, ada kesedihan yang kurasakan. Kesedihan yang sama seperti ayah-ayah lainnya yang telah kehilangan anak tercintanya," tambahnya.

Laman Reuters mencatat, Hatf termasuk 12 orang Indonesia dari pesantren Ibnu Mas'ud yang mencoba pergi ke Suriah. Delapan adalah guru, dan sisanya santri.

Jumadi, Juru bicara pesantren Ibnu Mas'ud menepis tudingan bahwa sekolahnya mendukung ISIS atau kelompok militan lain. Namun ia mengakui pesantrennya belum terdaftar secara resmi.

"Kami tidak punya kurikulum. Kami fokus pada penghafalan alquran dan hadist, akidah, dan sejarah Islam," tutur Jumadi.

Jumadi menambahkan, Hatf belajar di pesantren Ibnu Mas'ud, tapi dia tidak tahu tentang riwayat kepergiannya ke Suriah. Dia juga mengaku tidak mengetahui adanya staf atau santri yang pergi untuk bergabung dengan ISIS, selain tiga guru dan satu santri yang ditahan di Singapura pada tahun lalu.