Brilio.net - Pemerintah sudah melarang warga mudik Lebaran 2020 guna menekan penyebaran virus corona Covid-19. Meski begitu, keinginan untuk bertemu keluarga sangat besar, sehingga banyak yang nekat mudik.

Padahal, nekat mudik di saat sekarang ini berisiko besar, terutama risiko kesehatan. Selain itu, bisa saja kamu akan disuruh pulang lagi oleh petugas.

Dilansir brilio.net dari liputan6.com, pemudik di Pelabuhan Merak harus tidur di emperan toko dan bahkan kehabisan uang lantaran perjalanan dihentikan.

Sirli (36) sudah dua hari berusaha mendapatkan izin menyeberang melalui Pelabuhan Merak ke Bakauheni, Lampung.

Dia berangkat dari Bandung, Jawa Barat pada Senin malam, 27 April 2020 dan sampai di Merak pada Rabu siang, 29 April 2020. Namun nahas, dia tidak bisa menyeberang karena larangan mudik yang diterapkan oleh pemerintah.

"Saya sudah dua hari di sini. Perjalanan malam Selasa dari Bandung. Kalau pelarangan (mudik) di Merak saya belum tahu, kalau PSBB saya sudah tahu," kata Sirli.

Sirli mengaku bekerja sebagai front liner di perusahaan maskapai penerbangan Lion Air. Namun terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Bermodal Rp 500.000 di dompetnya, dia nekat pulang kampung ke Krui, Lampung Barat. Uangnya pun habis selama di perjalanan dan biaya hidup selama dua hari di sekitar Pelabuhan Merak.

Tidur pun berpindah-pindah dari setiap halaman toko yang tutup. Bahkan harus terusir saat pagi, ketika toko itu buka.

"Sekarang tersisa Rp 100.000, itupun minta bantuan ke keluarga untuk ditransfer. Selama di sini saya tidur di pinggiran toko, kalau diusir pergi," ucap Sirli.

Sirli berharap, pemerintah memberikan kelonggaran baginya untuk menyeberang menuju Bakauheni dan berkumpul dengan keluarganya. Karena istri dan anaknya sudah pulang ke kampung halaman pekan lalu.

"Anak istri saya sudah saya suruh pulang duluan. Saya memaksakan pulang kampung, karena bertahan hidup di Bandung sendiri sudah sulit. Apapun risikonya saya harus pulang kampung. Saya mohon ke pemerintah," kata Sirli.