Brilio.net - Kesetaraan gender masih menjadi isu besar dalam profesi bidang Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM). Padahal bidang ini menghadapi tuntutan zaman yang terus berkembang pesat. Ketergantungan pada tenaga kerja pria tentunya tidak akan cukup untuk menjawab tantangan yang akan datang. Selain itu, kesenjangan gender juga berdampak secara sosial-ekonomi.

General Electric (GE) menguraikan, terjadi krisis bakat untuk perempuan dalam STEM. Di Amerika Serikat, saat ini hanya 14% perempuan dari semua insinyur, dan 25% dari semua profesional IT adalah perempuan. Meskipun 55% perempuan berasal dari perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjana, namun hanya 18% yang merupakan lulusan ilmu komputer, menurut Biro Statistik Amerika.

Sebagaimana dilansir brilio.net dari laman GE Reports Indonesia, Jumat (23/6), GE pun menyoroti masalah peluang ekonomi untuk menangani ketidakseimbangan gender di sektor ini:

1. Di antara banyak raksasa teknologi, perempuan masih kurang terwakili, yakni hanya sekitar 13-24% dari pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi, dan 17-30% yang berada di posisi kepemimpinan.

2. Sementara perempuan cenderung melebihi laki-laki secara keseluruhan dalam pendidikan tinggi (55% - 45%), namun jumlahnya masih jauh lebih kecil untuk pendidikan STEM.

3. Hampir 40% perempuan dengan gelar teknik yang baik meninggalkan profesinya atau tidak pernah terjun ke lapangan, menurut sebuah studi tahun 2014.

4. Menurut OECD, menutup kesenjangan gender dapat meningkatkan GDP hingga 10% pada tahun 2030. Sebuah studi menunjukkan bahwa gender yang beragam di sebuah perusahaan akan meningkatkan keuntungan untuk perusahaan hingga 53%, termasuk peningkatan 35% dalam ROE dan peningkatan 34% total profit, juga ekonom MIT menemukan bahwa pergeseran gender dapat meningkatkan pendapatan sebesar 41%.

5. Bisnis memiliki peran penting untuk perekrutan perempuan di sektor teknologi, didukung oleh pemerintah, akademisi dan LSM. Keterlibatan perempuan di sektor ini akan memiliki dampak sosial-ekonomi yang nyata dan positif.

GE Chief Economist, Marco Annunziata mengatakan, tanpa membawa lebih banyak perempuan ke dalam teknologi dan manufaktur, akan ada dampak ekonomi negatif yang signifikan pada sektor ini. “Ini adalah masalah bagi bisnis yang harus segera diatasi,” ungkap dia.

Karena itu, GE saat ini mencanangkan agar terjadi peningkatan pekerja perempuan di bidang STEM. GE telah mengumumkan golnya untuk memiliki 20.000 karyawan perempuan pada 2020. Jika ini tercapai, maka memperoleh 50:50 representasi gender untuk semua level program teknisnya. Program ini pun digadang-gadang akan secara signifikan meningkatkan keterwakilan perempuan di bidang teknik, manufaktur, IT dan manajemen produk.

Ketidakseimbangan gender hambat perkembangan teknologi & ekonomi GE Reports Indonesia


Berbagai strategi disusun untuk menghilangkan ketidaksetaraan dan mengatasi ketidakseimbangan gender yang sedang berlangsung di bidang teknis. Sehingga, ke depan bisa sepenuhnya berubah menjadi perusahaan industri digital yang mumpuni.

Strategi dijalankan di seluruh sektor, melalui pendidikan, maupun inisiatif yang akhirnya didanai dan banyak munculnya diskusi non-profit. Strategi ini menghasilkan progres, meski masih lambat.

Ketidakseimbangan gender hambat perkembangan teknologi & ekonomi GE Reports Indonesia


Tanpa peran lebih dari perempuan di bidang teknologi dan manufaktur, GE memprediksi akan ada kesenjangan keterampilan yang semakin luas. Dampaknya adalah memengaruhi produktivitas dan mengurangi potensi teknologi baru di dunia digital dan lainnya, yang pada akhirnya ikut pula mengubah industri dan manufaktur.

Ketidakseimbangan gender hambat perkembangan teknologi & ekonomi GE Reports Indonesia


GE percaya bahwa komersial imperatif, ditambah dengan tantangan berkelanjutan dalam merekrut dan mempertahankan bakat perempuan dalam STEM, berarti organisasi harus menyingkirkan kesenjangan gender.

Pendekatan holistik pun dilakukan GE dengan tindakan yang jelas, termasuk pemeriksaan ulang portofolio sekolah eksekutif untuk menyelaraskan fokus perusahaan pada kemampuan industri digital, dan pengenalan Chief Technology Advisory Council untuk menginformasikan strategi masa depan, termasuk kemajuan karier dan kepemimpinan. GE juga akan terus mengeksplorasi dan melaksanakan program kerja yang mendorong budaya adil dan inklusif di mana semua karyawan dapat berkembang.