Brilio.net - Baru-baru ini terjadi kasus pembunuhan yang menimpa pegawai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN), Indria. Suaminya, Abdul Malik Aziz, mengaku membunuh istrinya setelah cekcok. Publik pun kaget melihat aksi di luar kewajaran itu.

Kasus pembunuhan yang melibatkan pasangan suami istri memang bukan kali ini saja terjadi. Beberapa kasus pembunuhan yang dilakukan pria terhadap pasangan wanitanya juga marak terjadi, sebagai contoh kasus Azwar Anas yang membunuh istrinya, Rizka Devianggita, pada 2 Mei 2017 lantaran sakit hati terhadap istri. Dilihat dari kuantitas kasus pembunuhan, memang lebih banyak kasus pria membunuh pasangan wanitanya daripada sebaliknya.

Mengutip dari psychologytoday.com (8/9), dari kasus pembunuhan yang melibatkan pasangan, 40% korban adalah wanita dan 6 % adalah pria. Pria memutuskan untuk membunuh pasangan, biasanya dipicu oleh keputusan sang wanita untuk mengakhiri hubungan. Sedangakan keputusan wanita membunuh pasangan prianya basanya dipicu oleh kekerasan yang dilakukan oleh pria dalam rumah tangga.
Pria yang melaukan pembunuhan pada pasangannya mengaku mereka melakukan pembunuhan karena cinta. Selain mereka mengaku bahwa pembunuhan tersebut merupakan wujud cinta yang berlebih. Sedangkan para wanita yang melakukan pembunuhan cenderung tidak menyatakan sebab karena cinta. Mereka cenderung beralasan membunuh sebab cinta yang penuh prahara.

 

v © 2017 brilio.net
ilustrasi: merdeka.com

 

Profesor filsafat Universitas Haifa, Aaron Ben-Zeév, Ph.D., mengatakan ada beberapa asumsi mengapa pria tega membunuh pasangan wanitanya. Pertama dikarenakan kepribadannya yang garang dan punya risiko akan membunuh seseorang. Kedua dikarenakan perasaan cemburu dan marah. Perasaan semacam ini cukup kuat untuk mendorong perilaku agresif yang berujung pembunuhan.

Sedang wanita yang membunuh pasangannya lebih disebabkan oleh akumulasi perasaan jenuh akan kesakitan. Perasaan semacam itu mungkin disebabkan rasa sakit dan kekerasan yang diterima bertubi-tubi, hingga secara mental sudah siap melakukan aksi pembalasan atau pembunuhan.

Para pria mengaku membunuh pasangannya karena cinta. Ideologi cinta yang dianut para pria lebih ekstrem. Mereka menganggap wanitanya ialah bagian dari hidupnya. Seperti yang dijelaskan dalam psychologytoday.com (8/9), pria ketika mencintai wanita benar-benar menyatu dengan pasangannya sehingga apapun yang pasangannya lakukan akan mempengaruhi hidupnya.

“Karena cinta, aku membunuhnya.. Jika aku tidak mencintainya, jika aku tidak mencintainya, aku rasa ku tidak akan merasakan sakit yang dalam.. seperti ia menancapkan duri di hatiku.” – catatan seorang pembunuh dikutip dari psychologytoday.com (8/9).

Terjadinya pembunuhan terhadap pasangan kekasih sebenarnya dapat diamati fasenya. Aaron juga menjelaskan beberapa kondisi yang menjadi risiko terjadinya kasus pembunuhan kepada kekasih, khususnya pria kepada wanitanya.

Kondisi pertama yakni ketika seorang pria merasa wanitanya ialah dunianya. Kedua hidup pria tersebut kurang bermakna. Ketiga pikiran tradisional pria tentang maskulinitas, bahwa prialah yang paling berhak atas segala sesuatu. Keempat kepribadian pria yang keras kepala dan tidak bisa diajak kompromi, dan terakhir ketika pria percaya bahwa cinta perlu pengorbanan, termasuk kekasihnya sendir sbagai korban.
Kondisi seperti itulah yang akan meningkatkan risiko pembunuhan terhadap pasangan.

Sebenarnya ada beberapa cara untuk menghindari kasus semacam itu. Menurut psikolog forensik Robert Hanlon, tindakan pencegahan tersebut dapat diawali dari lingkungan keluarga. "Kejahatan ini dapat dihindari jika anggota keluarga lebih memahami ancaman apabila mempunyai anggota keluarga dengan penyakit mental atau yang pernah melakukan tindak kekerasan sebelumnya," jelasanya sebagaimana dikutip brilio.net dari foxnews.com (8/9).

Pembunuhan apapun alasannya merupakan suatu perbuatan tercela. Indonesia sendiri sudah mengatur hukum tentang pembunuhan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pasal 338-340. Apalagi pembunuhan terhadap seorang kekasih, menjadi peristiwa yang ironis.