Brilio.net - Basarnas bersama tim SAR masih melakukan upaya pencarian badan pesawat Lion Air JT 610 yang tenggelam di perairan Karawang. Diduga masih banyak jenazah korban yang masih terjebak di dalam pesawat tersebut.

Dilansir dari laman resmi Basarnas, saat jatuh beacon Emmergency Local Transmitter (ELT) pada pesawat tersebut tidak terpancar atau memancarkan sinyal destress. Sehingga jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 ini tidak terpantau oleh Medium Earth Orbital Local User Terminal (MEO LUT) yang ada di kantor pusat Basarnas.

Catatan terakhir lokasi jatuhnya pesawat ada di sekitar koordinat 05.46.15 S - 107.07.16 E. Namun setelah dilakukan pencarian sejak Senin (29/10), Basarnas yang mencari di titik koordinat tersebut belum juga membuahkan hasil. Lalu mengapa bisa demikian?

tidak ditemukan di koordinat © berbagai sumber
foto: Twitter/@flightradar24

Direktur Operasi Basarnas, Brigjen Bambang Suryo Aji menyampaikan, kendala belum ditemukannya badan pesawat adalah karena lokasinya yang telah bergeser dari titik pertama pesawat jurusan Jakarta-Pangkal Pinang ini jatuh. Perpindahan lokasi ini bisa disebabkan oleh arus bawah laut.

"Arus bawah laut salah satunya (kenapa badan pesawat berpindah). Kedua, bisa saja saat last contact itu tidak tepat posisinya saat itu bisa berubah. Karena bisa saja titik itu sudah diselami tapi belum ditemukan sehingga mungkin perlu digeledah lagi untuk mengecek posisi bangkai kapal itu," jelasnya di Gedung Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, seperti yang brilio.net kutip dari laman liputan6 pada Selasa (30/10).

Penyelaman yang dilakukan tim SAR mencapai kedalaman sekitar 30 sampai 35 meter. Untuk penumpang yang belum ditemukan, Bambang mengatakan tubuh mereka diprediksi akan bertahan sekitar sepekan tergantung cepat atau lambatnya diurai oleh bakteri. Jika terlalu lama belum ditemukan, ia memprediksi tubuh penumpang akan ke luar terbawa arus dan akan mengapung.